Fadhilah Yasin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Surat Yaasiin adalah salah satu surat dalam kitab Al Qur'an yang sering dibaca oleh sebagian umat islam pada banyak acara-acara sosial kemasyarakatan dan keagamaan khususnya di Indonesia. Berikut kami tuliskan beberapa fadhilah ( keutamaan ) dari membaca surat yaasiin yang diyakini mempunyaikeutamaan- keutamaan bagi yang membacanya

Yaasiin Qalbul Qur’an[sunting | sunting sumber]

Hadits ke-1[sunting | sunting sumber]

Dari Qatadah, dari Anas, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya bagi setiap sesuatu itu ada qalbu (hatinya), dan sesungguhnya qalbul Qur’an itu adalah surat Yaasiin. Barangsiapa yang membacanya, seolah-olah ia membaca Al-Qur’an sepuluh kali”.

— [1]

Adapun para perawi/sanad hadits tersebut adalah sebagai berikut:

Nabi SAW --- Anas --- Qatadah --- Muqatil bin Hayyan --- Harun Abu Muhammad --- Al-Hasan bin Shalih --- Humaid bin ‘Abdur Rahman --- Muhammad bin Sa’id --- Darimiy.

Hadits ini dla’if karena dalam sanadnya ada perawi yang bernama Harun Abu Muhmammad.

Tirmidzi mengatakan: ia itu majhul [2]

Di tempat lain Tirmidzi juga mengatakan, “Hadits ini gharib, dan Harun Abu Muhammad adalah majhul”.Kesalahan pengutipan: Tag <ref> harus ditutup oleh </ref>

Adapun sanad hadits ini sebagai berikut:

Nabi SAW --- Anas --- Qatadah --- Muqatil bin Hayyan --- Harun Abu Muhammad – Al-Hasan bin Shalih --- Humaid bin ‘Abdur Rahman Ar-Ruaasiy --- Qutaibah dan Sufyan bin Waqi’ --- Trimidzi.

Hadits ini dla’if karena dalam sanadnya ada perawi bernama Harun Abu Muhammad, ia majhul.

Baihaqi meriwayatkan hadits tersebut dengan matan dan sanad yang hampir sama. Perbedaan sanadnya adalah nama Harun Abu Muhammad yang terdapat dalam sanadnya Darimiy tersebut tertulis dalam sanadnya Baihaqiy dengan nama Harun bin Muhammad. Haditsnya sebagai berikut:

Hadits ke-3[sunting | sunting sumber]

Dari Qatadah, dari Anas bin Malik, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Bagi setiap sesuatu itu ada qalbu (hatinya), dan sesungguhnya qalbul Qur’an itu adalah surat Yaasiin. Barangsiapa yang membacanya, Allah mencatatnya dengan bacaan itu sama dengan membaca Al-Qur’an sepuluh kali”.

— [3]

Adapun sanad hadits tersebut adalah sebagai berikut:

Nabi SAW --- Anas bin Malik --- Qatadah --- Muqatil bin Hayyan --- Harun bin Muhammad --- Al-Hasan bin Shalih --- Humaid bin ‘Abdur Rahman --- Qutaibah bin Sa’id --- Abu ‘Abdillah Muhammad bin Al-Fadl Az-Zahid --- Abul Fadl --- Ahmad bin Ismail bin Yahya bin Hazim Al-Azdiy --- Abu Sa’ad ‘Abdul Malik bin Abu ‘Utsman Az-Zahid --- Baihaqiy.

Hadits ini dla’if karena dalam sanadnya ada perawi yang bernama Harun bin Muhammad (dalam riwayat Darimiy disebutkan Harun Abu Muhammad). Perbedaan semacam ini bahkan menambah kemajhulan Harun Abu Muhammad, dan semakin menyatakan kedla’ifan hadits tersebut. Karena, dengan nama Harun bin Muhammad, berarti itu dua orang, yakni Harun dan Muhammad (bapaknya Harun), lalu perlu dipertanyakan: Siapakah Harun dan siapakah Muhammad itu ?. Lagi pula nama tersebut dalam kitab-kitab Rijalul hadits tidak tercatat sebagai murid Muqatil bin Hayyan, dan tidak tercatat sebagai guru dari Hasan bin Shalih.

Hadits ke-4[sunting | sunting sumber]

Dari Ma’qil bin Yasar bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Al-Baqarah adalah inti dan puncaknya Al-Qur’an.Delapan puluh malaikat turun menyertai setiap ayat, dan dikeluarkan (kalimat) “Alloohu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum” dari bawah ‘Arsy, lalu disambungkan dengannya atau disambungkan dengan surat Al-Baqarah. Dan Yaasiin adalah qalbul Qur’an. Tidaklah seseorang membacanya dengan mengharap (ridla) Allah tabaaraka wa ta’aalaa dan kampung akhirat melainkan diampuni dosanya. Dan bacakanlah ia (surat Yaasiin itu) untuk orang yang akan meninggal di antara kalian”. [HR. Ahmad, juz 7, hal. 286, no. 20322]

Adapun sanad hadits tersebut adalah sebagai berikut:

Nabi SAW --- Ma’qil bin Yasar --- Abiihi (bapaknya) --- Rajulun (seorang laki-laki) --- Abiihi (bapaknya, bernama Sulaiman bin Tharkhan At-Taimiy Abul Mu’tamir Al-Bashriy) --- Mu’tamir --- ‘Arim --- Ahmad.

Hadits ini dla’if, karena dalam sanadnya ada dua perawi yang majhul, yaitu Rajulun (seorang laki-laki) dan Abiihi (bapaknya), yang tidak didapatkan keterangan siapakah Rajulun maupun Abiihi itu.

Selain itu, ada rawi yang bernama Sulaiman yaitu bapaknya Mu’tamir yang nama lengkapnya Sulaiman bin Tharkhan At-Taimiy Abul Mu’amir Al-Bashriy. Ia dinyatakan sebagai mudallis terhadap hadits-hadits yang tidak didengarnya dari Al-Hasan dan lain-lainnya (lihat Tahdzibul Kamal juz 12, hal. 13, Mizaanul I’tidal juz 2, hal. 212). Apalagi pada sanad hadits ini ia menerima dari Rajulun (seorang laki-laki) yang tidak disebutkan namanya.

Hadits ke-5[sunting | sunting sumber]

Dari Abdur Razzaaq, dari Ma’mar, ia berkata, “Saya mendengar seorang laki-laki menceritakan bahwasanya pada setiap sesuatu itu ada qalbunya, dan qalbul Qur’an itu adalah Yaasiin.

Hadits ini pun dla’if karena disamping bukan sabda Nabi SAW, Ma’mar menyatakan menerima dari seorang laki-laki yang tidak disebutkan namanya.

Kesimpulan:

Hadits-hadits di atas semuanya dla’if, karena itu tidak dapat dijadikan hujjah untuk menunjukkan bahwa surat Yaasiin adalah qalbul Qur’an.

Kelipatan bacaan Yaasiin[sunting | sunting sumber]

Hadits ke-6[sunting | sunting sumber]

Dari Abu Hurairah RA, ia mengatakan, “Barangsiapa yang membaca Yaasiin satu kali, maka seolah-olah telah membaca Al-Qur’an sepuluh kali”. Dan Abu Sa’id pun berkata, “Barangsiapa yang membaca Yaasiin satu kali, maka seolah-olah ia telah membaca Al-Qur’an dua kali”. Abu Hurairah berkata (kepada Abu Sa’id), “Engkau menceritakan hadits menurut yang engkau dengar, dan akupun menceritakan hadits menurut yang aku dengar”. [HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman juz 2, hal. 281, no. 2466]

Adapun sanad hadits tersebut sebagai berikut:

Abu Hurairah --- Abu ‘Utsman --- Sulaiman At-Taimiy --- Suwaid Abu Hatim --- Thalut bin ‘Ibad --- Al-Mu’tamir --- Ahmad bin ‘Ubaid Ash-Shafar --- ‘Ali bin Ahmad bin ‘Abdan --- Baihaqiy.

Haditsi ini dla’if, karena dalam sanadnya ada perawi yang bernama Abu ‘Utsman yang menerima dari Abu Hurairah, ia dinyatakan majhul.

Hadits ke-7[sunting | sunting sumber]

Dari Qatadah, dari Anas bin Malik, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Bagi setiap sesuatu itu ada qalbu (hati)nya, dan sesungguhnya qalbul Qur’an itu adalah surat Yaasiin. Barangsiapa yang membaca Yaasiin, maka Allah mencatatnya dengan bacaan itu sama dengan membaca Al-Qur’an sepuluh kali”. [HR. Baihaqiy, dalam Syu’abul Iman juz 2, hal. 479, no. 2460]

Adapun sanad hadits tersebut sebagai berikut:

Nabi SAW --- Anas bin Malik --- Qatadah --- Muqatil bin Hayyan --- Harun bin Muhammad --- Al-Hasan bin Shalih --- Humaid bin ‘Abdur Rahman --- Qutaibah bin Sa’id --- Abu ‘Abdillah Muhammad bin Al-Fadl Az-Zahid --- Abul Fadl Ahmad bin Ismail bin Yahya bin Hazim Al-Azdiy --- Abu Sa’ad ‘Abdul Malik bin Abu ‘Utsman Az-Zahid --- Baihaqiy.

Hadits ini dla’if, karena dalam sanadnya ada perawi yang bernama Harun bin Muhammad, ia majhul. Demikian pula hadits yang semakna yang diriwayatkan oleh Darimiy melalui sanad yang sama dengan sanad Baihaqiy di atas, hanya saja Qutaibah bin Sa’id yang ada pada sanad Baihaqiy di atas, pada sanad Darimiy tertulis dengan nama Muhammad bin Sa’id, dan Darimiy sendiri menerima dari Muhammad bin Sa’id tersebut. Kami belum mendapat keterangan yang manakah yang benar, apakah dengan nama Qutaibah bin Sa’id sebagaimana pada sanad Baihaqi, ataukah dengan nama Muhammad bin Sa’id sebagaimana sanad pada Darimiy.

Hadits ke-8[sunting | sunting sumber]

Dari Qatadah, dari Anas, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya bagi setiap sesuatu itu ada qalbu (hatinya), dan sesungguhnya qalbul Qur’an itu adalah surat Yaasiin. Barangsiapa yang membacanya, seolah-olah ia membaca Al-Qur’an sepuluh kali”. [HR. Darimiy juz 2, hal. 456, no. 3266]

Adapun sanad hadits tersebut sebagai berikut:

Nabi SAW --- Anas bin Malik --- Qatadah --- Muqatil bin Hayyan --- Harun Abu Muhammad --- Al-Hasan bin Shalih --- Humaid bin ‘Abdur Rahman --- Muhammad bin Sa’id --- Darimiy.

Hadits ini dla’if, karena dalam sanadnya ada perawi yang bernama Harun Abu Muhammad yang dinyatakn majhul oleh Tirmidzi.

Hadits ke-9[sunting | sunting sumber]

Dari Abu Qilabah, ia berkata, “ …..dan barangsiapa yang membacanya (Yaasiin), maka seolah-olah ia telah membaca Al-Qur’an sebelas kali. Bagi setiap sesuatu ada qalbu (hati)nya, dan qalbul Qur’an itu adalah Yaasiin”. [HR. Baihaqi, Syu’abul Iimaan juz 2, hal. 481, no. 2467]

Adapun sanad hadits tersebut sebagai berikut:

Abu Qilabah --- Ayyub As-Sakhtiyaniy --- Khalil bin Murrah --- Ma’mar bin Sulaiman An-Nakhaa-i --- Sa’dan bin Nashr --- Isma’il bin Muhammad Ash-Shafar --- Abul Husain bin Bisyran --- Baihaqiy.

Hadits ini dla’if, karena disamping haditsnya maqthu’ (perkataan Abu Qilabah, seorang tabi’in), pada sanadnya ada seorang rawi yang bernama Khalil bin Murrah, nama lengkapnya adalah Khalil bin Murrah Adl-Dluba’i Al-Bashriy, ia oleh Bukhari dinyatakan munkarul hadits, dan haditsnya tidak shahih. [Tahdzibut Tahdzib juz 3, hal. 146, no. 319]

Hadits ke-10[sunting | sunting sumber]

Dari ‘Abdur Razzaaq, dari Ma’mar, ia berkata, “Saya mendengar seorang laki-laki menceritakan bahwasanya pada setiap sesuatu itu ada qalbunya, dan qalbul Qur’an itu adalah Yaasiin. Dan barangsiapa yang membacanya, maka hal itu seimbang membaca Al-Qur’an” atau ia mengatakan, “seimbang dengan bacaan Al-Qur’an seluruhnya. Dan barangsiapa membaca Qul yaa-ayyuhal kaafiruun, sesungguhnya hal itu seimbang dengan seperempat Al-Qur’an, dan “Idzaa zulzilat” seimbang dengan separoh Al-Qur’an”. [HR Abdur Razzaaq, Al-Mushannaf ‘Abdur Rozzaaq juz 3, hal. 372]

Hadits ini dla’if, karena disamping haditsnya maqthu’, Ma’mar mengatakan, mendengar dari seorang laki-laki yang tidak ia sebutkan namanya. Dengan demikian rawi tersebut majhul.

Kesimpulan:

Riwayat-riwayat di atas tidak ada satupun yang shahih (semuanya dla’if), disamping itu matannya pun saling bertentangan. Dengan demikian riwayat-riwayat di atas dla’if sanadnya dan mudltharib matannya. Karena itu jika ingin khatam Al-Qur’an, maka tammatkanlah membaca Al-Qur’an termasuk surat Yaasiinnya.

Yaasiin dan Pengampunan Dosa.[sunting | sunting sumber]

Hadits ke-11[sunting | sunting sumber]

Dari Hasan, dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa membaca Yaasiin pada malam hari, maka pada pagi itu ia diampuni (dari dosanya). Dan barangsiapa membaca Haamiim, surat Ad-Dukhaan, pada malam Jum’at, maka ia diampuni (dari dosanya). [R. Darimiy juz 2, hal. 457] Adapun sanad hadits tersebut lengkapnya adalah sebagai berikut:

Nabi SAW --- Abu Hurairah --- Al-Hasan (tidak mendengar Abu Hurairah) --- Muhammad bin Jahadah --- Ziad bin Khomasah --- Abuhu (ayahnya) --- Al-Walid bin Syuja’ --- Darimiy.

Hadits ini dla’if, karena pada sanadnya ada seorang perawi yang bernama Al-Walid bin Syuja’, yang nama lengkapnya adalah Al-Walid bin Syuja’ bin Walid bin Qais As-Sukuniy Al-Kindiy atau kunyahnya Abu Hammaam bin Badr Al-Kuufiy.

Ketika Yahya bin Ma’in ditanya oleh Ahmad bin Muhammad binAl-Qasim bin Muhriz mengenai rawi ini, ia mengatakan, “Ia tidak apa-apa dan tidak termasuk rawi yang dusta:.

Abu Hatim mengatakan, “Ia syaih yang shaduq, dicatat haditsnya, tetapi tidak bisa dijadikan hujjah”.

Nasaiy mengatakan, “ia tidak mengapa”. Al-Mufadldlal bin Ghassan Al-Ghalibi mengatakan, “Tidak pernah mendengar Ibnu Ma’in menilai jelek tentang rawi ini, kecuali ia mengatakan “Ia tidak punya bagian (dalam urusan hadits)”. [Tahdzibul Kamal juz 31, hal. 22-28]

Hadits ke-12[sunting | sunting sumber]

Dari Hasan, dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa membaca Yaasiin pada malam hari dengan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni baginya dari dosanya pada malam itu”. [HR. Abu Ya’laa juz 9, hal. 93-94] Adapun sanad hadits tersebut lengkapnya adalah sebagai berikut:

Nabi SAW --- Abu Hurairah --- Al-Hasan (Al-Bishri, tidak mendengar Abu Hurairah) --- Hisyam bin Ziyad --- Hajjaj bin Muhammad --- Ishaq bin Abu Israil --- Abu Ya’laa.

Hadits ini dla’if karena dalam sanadnya ada dua kelemahan:

Pertama, hadits ini mursal, karena Hasan tidak pernah mendengar hadits apapun dari Abu Hurairah.

Kedua, ada rawi yang dinyatakan dla’if, yaitu Hisyam bin Ziyad.

Bahwa Hasan tidak endengar dari Abu Hurairah (mursal tabi’I) dinyatakan oleh Tirmidzi, Ayyub, Yunus bin ‘Ubaid dan Ali bin Abu Ziyad. (Musnad Abu Ya’la Al-Maushili juz 9, hal. 95).

Adapun rawi Hisyam bin Ziyad, nama lengkapnya adalah Hisyam bin Ziyad bin Abu Yazid Al-Quraisyi yang kunyahnya adalah Abul Miqdaam bin Hisyam Al-Baishriy. Tentang dia, ahli hadits menyataka demikian:

Ahmad bin Hanbal: dla’iful hadits

Abu Zar’ah: dla’iful hadits

Yahya bin Ma’in: laisa bitsiqaat

Bukhari: para ahli memperbincangkannya, medla’ifannya.

Tirmidzi: ia menyatakan dla’if.

Nasaiy, Ali bin Husein bin Junaid dan Abul Fath Al-Azdiy: matrukul hadits

Abu Hatim Ar-Razi: dla’if, tidak tsiqat. [Tahdzibul Kamal juz 30, hal. 200-203]

Hadits ke-13[sunting | sunting sumber]

Dari Hasan, dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa membaca Yaasii pada malam dan siang hari dengan mengharap ridla Allah, diampuni baginya (dari dosanya)”.

Adapun sanad hadits tersebut lengkapnya adalah sebagai berikut:

Nabi SAW --- Abu Hurairah --- Al-Hasan (tidak mendengar Abu Hurairah) --- Ghalib bin Al-Qaththan --- Hasan bin Abu Ja’far --- Aqlab bin Tamim --- Wahab bin Baqiyyah --- Humaid bin Ahmad bin ‘Abdullah bin Abu Majlad Al-Wasiti --- Thabrani.

Hadits ini dla’if, karena ada tiga kelemahan.

Pertama, dalam sanadnya ada perawi yang bernama Aghlab bin Tamim. Bukhari mengatakan, “Ia munkarul hadits”. Maslamah bin Qasim menyatakan, “Munkaul hadits”. Ibnu ‘Adiy menyatakan, “Keseluruhan haditsnya tidak mahfud dan hanya dicatat”.[4]

Kedua, di dalam Mu’jamush Shaghir yang sudah di tahqiq oleh Muhammad Syukur, pada sanad di atas ada perbedaan atau pembetulan oleh pentahqiq. Adapun sanadnya sebagai berikut :

Nabi SAW --- Abu Hurairah --- Al-Hasan (tidak mendengar Abu Hurairah) --- Ghalib bin Al-Qaththan --- Jasr (bin Farqad) --- Hasan bin Abu Ja’far --- Aqlab bin Tamim --- Wahab bin Baqiyyah – Humaid bin Ahmad bin ‘Abdullah bin Abu Majlad Al-Wasitiy --- Tabrani.

Pada sanad ini tampak antara rawi Hasan bin Abu Ja’far

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ HR. Darimiy juz 2, hal. 456, no. 3266
  2. ^ mizaanul I’tidal juz 4, hal. 288, no. 9178
  3. ^ HR. Baihaqi, dalam Syu’abul Iman juz 2, hal 479, no. 2460
  4. ^ Lisaanul Mizaan juz 1, hal. 464-465, no.1429

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  • Lisaanul Mizaan juz 1, hal. 464-465, no.1429
  • Tahdzibul Kamal juz 31, hal. 22-28
  • At-Tarikhul Kabir juz 8, hal. 226, no. 2815
  • Syu’abul Iman juz 2, hal 479, no. 2460
  • ‘Aridlatul Ahwadziy juz 11, hal. 15, no. 2887
  • Tahdzibul Kamal juz 12, hal. 13,
  • Mizaanul I’tidal juz 2, hal. 212
  • Syu’abul Iman juz 2, hal. 281, no. 2466
  • Yasin Diarsipkan 2023-03-30 di Wayback Machine., - "Surah Yasin Muslim Okezone". Okezone.com.