Lompat ke isi

Dana tukar-dagang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Exchange-traded fund)

Exchange-traded fund (ETF) - Dana Tukar-Dagang (DTD) adalah reksa dana yang diperdagangkan di bursa efek. ETF merupakan kontrak investasi kolektif yang unit penyertaannya dicatat dan diperdagangkan di bursa efek seperti halnya saham. Seperti halnya saham atau reksa dana pada umumnya terdapat pula manajer investasi dan bank kustodian.

ETF pada awalnya dimulai di negara Kanada pada tahun 1990 di bursa efek Toronto kemudian menyebar negara Amerika Utara lainnya, yaitu Amerika Serikat pada tahun 1993 dan kemudian menyebar luas ke Eropa dengan dimulai pada tahun 1999. Di Indonesia sendiri ETF mulai ada pada tanggal 18 Desember 2007 dengan reksa dana indeks dimana indeks yang dijadikan underlying adalah Indeks LQ 45.

Definisi: Secara sederhana, ETF dapat diartikan sebagai reksa dana yang diperdagangkan di bursa, termasuk di Bursa Efek Indonesia. ETF merupakan kontrak investasi kolektif yang unit penyertaanya dicatatkan dan diperdagangkan di bursa seperti saham selama jam bursa berlangsung.

Dana kelolaan ETF pada akhir 2013 Rp 450 miliar, sementara per akhir Juli 2014 tercatat senilai Rp 925 miliar. Dengan demikian terdapat kenaikan hampir lebih dari 200 persen dalam enam bulan. ETF di Indonesia yang pertama mengacu kepada indeks LQ-45 adalah R-LQ45X yang dikeluarkan oleh PT Indo Premier Securities, kemudian disusul oleh Bahana Securities pada 2007 yang lalu. Industri ETF ini kemudian mati suri sebelum digalakkan lagi pada tahun 2011. Empat jenis ETF saham yang dikeluarkan oleh PT IPIM (Indo Premier Investment Management) adalah ETF XXIT, ETF XIJI, ETF XIIC dan ETF XISI.

Menurut Head of Operation and Business Management PT Panin Asset Management, Rudiyanto, ETF secara global berlatar belakang dari relatif banyaknya produk reksa dana yang kinerjanya kalah dari pasar, sehingga diciptakan produk reksa dana yang dikelola secara pasif tetapi kinerjanya sama dengan pasar. (Sumber: Harian KOMPAS Kamis, 14 Agustus 2014 Halaman 20)

Secara garis besar, ETF dapat dibagi menjadi dua; pertama, ETF terbuka yang menginvestasikan dana kelolanya dalam portofolio efek yang terdapat pada indeks tertentu dengan proporsi yang sama. Sebagian besar jenis ETF yang diperdagangkan di pasar adalah ETF terbuka atau disebut juga ETF berbasis indeks[1] ETF terbuka memiliki fleksibilitas yang lebih baik dalam membuat portofolio dan tidak dilarang untuk mengikuti program peminjaman surat berharga atau untuk menggunakan masa depan dan pilihan dalam mencapai tujuan ivestasinya[2]; dan ETF tertutup yang tidak ikelola berdasarkan indeks, tetapi dana yang diperdagangkan di bursa efek yang berbentuk perusahaan investasi dan dikelola secara aktif oleh manajer investasi.[3]

ETF Indeks

[sunting | sunting sumber]

ETF berbasis indeks merupakan ETF yang mencoba untuk mengikuti indeks dari pasar saham, seperti mengulangi, melengkapi, atau disimpan dalam portofolio sebagai representatif dari sekuritas yang ada di indeks. Pada ETF berbasis indeks memiliki kekurangan yaitu tidak mampu melacak indeks dasar, umumnya terjadi kesalahan pada pelacakan, adanya perbedaan antara harga pasar ETF dan nilai aset bersih dari dana tersebut.[4] ETF ini seperti indeks dari reksa dana, saham reksa dana dapat ditukarkan hanya dengan satu harga per hari (penutupan nilai aset bersih), ETF berbasis indeks dapat dibeli dan dijual sepanjang hari pada pertukaran besar seperti saham. Dengan ETF berbasis indeks, investor mendapatkan eksposur ke berbagai sekuritas dalam satu transaksi.[5]

ETF merupakan gabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal transaksi jual beli.[6] Sebagian besar ETF memiliki tujuan untuk meniru cara kerja dari suatu indeks, sebelum biaya. Hal ini memungkinkan investor untuk membeli pasar, segmen pasar atau strategi dengan menekan tombol, membuat eksposur instan untuk portofolio yang terdiversifikasi dari sekuritas yang mendasarinya. ETF dapat dilihat sebagai gabungan antara reksa dana terbuka dan suatu saham. Tolok ukur standar yang dilacak oleh indeks dana dan ETF adalah indeks capitalisation-weighted (juga disebut market-weighted), bobot dari masing-masing investor sebanding dengan pasarnya. ETF memiliki fleksibilitas tinggi untuk dikembangkan, sebab berpotensi berkembang terhadap investasi apa saja sebagai pokok.[7]

ETF Obligasi

[sunting | sunting sumber]

ETF obligasi adalah ETF yang melakukan investasi pada obligasi, digunakan untuk memberikan pendapatan tetap bagi para investor. ETF obligasi termasuk obligasi pemerintah obligasi perusahaan, nasional dan lokal. Tidak seperti instrumen dasarnya, ETF obligasi tidak memiliki tanggal jatuh tempo. Umumnya diperdagangkan dengan harga premium atau diskon dari harga sebenarnya.[4] ETF obligasi menawarkan visi masa depan. Daripada memperdagangkan ratusan obligasi unik, pembeli dan penjual pada pasar obligasi dapat melakukan perdagangan tunggal dalam ETF obligasi yang mewakili segmen tersebut. Dengan memusatkan permintaan perdagangan dalaam satu instrumen yang terus-menerus dan dilaporan secara terpusat, ETF obligasi membantu pembeli dan penjual obligasi menemukan satu sama lain secara efisien tanpa harus bergantung pada dealer.[8]

Satu dekade yang lalu, obligasi perusahaan hanya dapat dijual dan dibeli dengan transaksi di luar bursa yang menggunakan bantuan dari dealer. Biasanya, obligasi perusahaan sangat tidak likuid sehingga sulit untuk menjualnya. Hal ini disebabkan praktik yang umum terjadi di pasar ini adalah untuk menahan obligasi sampai jatuh tempo sehingga tidak ada investor yang membeli. Dengan munculnya wadah keuangan baru seperti ETF obligasi, situasi dengan cepat berubah. Pembeli dan investor dari obligasi perusahaan memiliki akses terhadap aset yang sangat tidak likuid ini melalui ETF obligasi. Reksa dana obligasi sama dengan ETF obligasi dalam hal memberi investor kesempatan berinvestasi dengan berbagai eksposur untuk berbagai sektor. Meskipun rata-rata reksa dana obligasi memerlukan rasio biaya yang lebih tinggi, tetapi memiliki lebih banyak fleksibilitas dibandingkan dengan ETF obligasi dalam hal investasi dan reposisi kepemilikan.[9]

Kekhawatiran yang timbul ketika ETF telah menjadi invesor yang kuat di pasar obligasi yang relatif tidak likuid dan menarik investor yang akan meninggalkan kelas aset jika likuiditas tidak tersedia. Pembuat pasar cenderung tidak melakukan intervensi. Oleh sebab itu, obligasi menjadi lebih rentan terhadap penurunan harga yang tiba-tiba. Madhavan and Sobczyk menyoroti peningkatan likuiitas oleh ETF obligasi dengan memerhatikan frekuensi perdagangan obligasi perusahaan dibandingkan frekuensi perdagangna ETF.[10]

ETF Komoditas

[sunting | sunting sumber]

ETF Komoditas adalah dana investasi yang melacak kinerja indeks dasar dari suatu aset atau komoditas.[11] ETF Komoditas menjadi populer sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 2004. Dana investasi dari ETF Komoditas menawarkan investor cara yang mudah untuk membuka jalan pada komoditas, dianggap sebagai kelas aset yang sesuai untuk diversifikasi dalam portofolio investasi dan sebagai lindung nilai dari penurunan ekonomi. Sebelumnya, berinvestasi di bidang komoditas adalah hal yang rumit untuk investor individu sebab paparan pergerakan harga dari barang-barang komoditas sebagian besar dilakukan melewati kontrak berjangka. Dengan adanya ETF komoditas yang menawarkan investasi tanpa perlu membeli kontrak berjangka secara langsung telah memenuhi kebutuhan yang dirasa perlu untuk investor individu dalam komoditas.[12]

ETF komoditas berinvestasi untuk komoditas fisik, seperti barang pertanian, sumber daya alam, dan logam mulia. Pada umumnya, ETF ini berfokus pada komoditas tunggal hingga penyimpanan fisik atau investasi kontrak berjangka. ETF komoditas lain berupaya untuk melacak kinerja indeks komoditas yang terdiri dari banyaknya komoditas individu menggunakan kombinasi penyimpanan fisik dan posisi derivatif.[4] ETF merupakan sarana investasi yang penting di pasar komoditas. Sama seperti reksa dana, ETF memiliki portofolio aset yang dibiayai dengan menerbitkan saham kepada para investor. Namun, tidak seperti reksa dana, saham ETF dapat diperjualbelikan sepanjang hari di bursa. ETF menyediakan investor individu dan investor institusi cara yang efisien untuk membuka jalan pada berbagai komoditas, termasuk barang pertanian, energi. logam, atau kombinasi diantaranya.[13]

ETF Mata Uang Asing

[sunting | sunting sumber]

Dalam beberapa tahun kebelakang, berbagai ETF mata uang asing telah muncul. ETF mata uang asing dirancang untuk melacak kinerja mata uang asing terhadap dolar AS atau sekumpulan mata uang. Investor dapat berinvestasi dalam jangka panjang maupun pendek untuk seluruh mata uang.[14] Pada dasarnya, ETF ini yaitu pergantian baik dalam waktu yang panjang maupun pendek pada mata uang target. Oleh sebab ETF ini diperdagangkan dengan basis saham, investor dapat mengambil tindakan yang mungkin tergantung dari pada jumlah saham yang dibeli. Sebagian besar aplikasi spekulasi dan lindung nilai dalam mata uang asing dapat uang, dan ketiga, untuk melacak dilakukan dengan perdagangan mata uang langsung dan derivatif tradisional, kemudahan perdagangan ini menarik investor baru atau terkadang mata uang asing yang menarik investor. Tidak ada denominasi yang ditetapkan per saham ETF mata uang asing.[15]

ETF mata uang asing memiliki setidaknya tiga objek yang berbeda. Pertama, melacak harga dari mata uang yang mendasarinya, kedua, untuk melacak perubahan harga harian dari mata uang, dan ketiga, untuk melacak hasil dari mata uang dan pasar uang asing terkait. ETF mata uang dasar melibatkan rekening bank dalam mata uang asing. Nilai minimal saham yang dapat diperdagangkan investor individu bergantung pada broker yang menyimpan akun.[16]

Keunggulan ETF

[sunting | sunting sumber]
  1. Unit Penyertaan (UP) diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) (lebih likuid)
  2. Subscription dan Redemption hanya diperbolehkan untuk Dealer Partisipan dan Sponsor
  3. Gangguan Redemption yang dapat memengaruhi nilai aktiva bersih (NAB) jauh lebih kecil
  4. Portfolio dalam saham lebih transparan (saham LQ45)
  5. Trend kenaikan NAB mengikuti trend kenaikan indeks LQ45
  6. Minimum jumlah investasi nasabah jauh lebih kecil (1 lot saham = sekitar Rp 500 ribu)

Kelemahan ETF

[sunting | sunting sumber]
  1. ETF tetap rawan terhadap fluktuasi harga saham, karena faktor ekonomi makro seperti suku bunga dan nilai tukar
  2. ETF juga dipengaruhi juga stabilitas politik
  3. Investor tidak dapat memilih saham bisa dikoleksi dalam ETF, tetapi hanya yang berada dalam indeks ETF
  4. Investor tidak dapat menentukan pda harga yang diinginkan

Perbedaan ETF dengan reksadana

[sunting | sunting sumber]
Fitur ETF Reksa Dana Open-Ended
Perdagangan Diperdagangkan di Bursa Efek sepanjang jam bursa Melalui MI atau Agen Penjual
Minimum Investasi Tidak ada Bervariasi (masing-masing RD)l
Harga Khusus RD ETF LQ45 mengikuti trend kenaikan/penurunan indeks LQ45 & juga terdapat premium/discount atas Bid/Offer untuk disesuaikan dengan permintaan pasar Ditentukan oleh NAB RD
Pengumuman Harga Ditampilkan secara berkesinambungan oleh Bursa Efek sepanjang jam perdagangan Diumumkan satu kali oleh MI berdasarkan perhitungan NABl
Market Making Hampir semua ETF mempunyai market maker (Liquidity Provider) Tidak adal
Efrek Derivatif Beberapa ETF memiliki option dan atau futures atas underlying berupa indeks atau ETF itu sendiri Tidak adal

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Investor Bulletin: Exchange-Traded Funds (ETFs) (PDF). SEC’s Office of Investor Education and Advocacy. Agustus 2012. hlm. 4. 
  2. ^ "Actively Managed Exchange-Traded Funds - SEC Release No. IC-25258, 66 Fed. Reg. 57614". 8 November 2001. Diarsipkan dari situs asli pada 3 Mei 2017. Diakses pada 29 November 2021.
  3. ^ Agustin, I. A. (2019). Evaluasi Kinerja Exchange Traded Fund (ETF) Sustainable And Responsible Investment (SRI-KEHATI) Berdasarkan Indeks SRI-KEHATI dan IHSG (Doctoral dissertation, Universitas Pancasakti Tegal). hlm. 32-33.
  4. ^ a b c Pardanawati, Sri Laksmi (2017-02-10). "PERILAKU PRODUSEN ISLAM". Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam. 1 (01). doi:10.29040/jiei.v1i01.6. ISSN 2579-6534. 
  5. ^ Chen, James. "Index ETF Definition". Investopedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-29. 
  6. ^ Kutra, Poppy; Azhara, Edo; Gulo, Yupiter (30 Desember 2019). "Peranan Exchange-Trade Funds (ETF) untuk Mendorong Pertumbuhan Industri Reksa Dana Dalam Pasar Modal Indonesia". Jurnal Pasar Modal dan Bisnis. 1 (2): 253–264. doi:10.37194/jpmb.v1i2.34. ISSN 2715-5595. 
  7. ^ Rita, Maria Rio (Maret 2008). "Exchange Traded Fund (ETF): Inovasi dalam Dunia Industri Reksa Dana di Indonesia" (PDF). Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 14 (1): 91–105. 
  8. ^ "Bond ETFs: Benefits, Challenges, Opportunities" (PDF). BlackRock Viewpoint: 1–13. Juli 2015. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-12-07. Diakses tanggal 2021-11-29. 
  9. ^ Sultan, Syed Galib (2014). "A Study on Bond Exchange-Traded Funds (ETFs) and Corporate Bond Liquidity" (PDF). ETF Research Academy: 1–33. 
  10. ^ Madhavan, Ananth; Sobczyk, Aleksander (2016). "Price Dynamics and Liquidity of Exchange-Traded Funds". Journal Of Investment Management. 4 (2): 86–102. doi:10.2139/ssrn.2429509. ISSN 1556-5068. 
  11. ^ Petrova, Elitsa (2016). "A Brief Overview of the Types of ETFs". SSRN Electronic Journal: 39–45. doi:10.2139/ssrn.2728144. ISSN 1556-5068. 
  12. ^ Guedj, Ilan; Li, Guohua; McCann, Craig (2011-05-31). "Futures-Based Commodity ETFs". The Journal of Index Investing (dalam bahasa Inggris). 2 (1): 14–24. doi:10.3905/jii.2011.2.1.014. ISSN 2154-7238. 
  13. ^ Aramonte, Sirio; Todorov, Karamfil (12 April 2021). "Futures-Based Commodity ETFs When Storage is Constrained" (PDF). BIS Bulletin. Bank for International Settlements (41): 1–7. 
  14. ^ Burney, R. B. (2013). Dynamic Rebalancing Based Hedging of Exchange Rate Risk Using Currency ETFs.
  15. ^ Burney, Robert B. (2012). "Hedging with Currency ETFs: The Implications of Return Dynamics". Journal of Accounting and Business. 5 (1): 25–35. 
  16. ^ Burney, Robert B. (2016). "Currency ETF Tracking Error" (PDF). Academy of Economics and Finance Journal. 7 (2): 9–15.