Ekonomi sirkular

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ekonomi sirkular, ekonomi berdaur, atau ekonomi melingkar adalah sebuah alternatif untuk ekonomi linier tradisional (buat, gunakan, buang) di mana pelaku ekonomi menjaga agar sumber daya dapat dipakai selama mungkin, menggali nilai maksimum dari penggunaan, kemudian memulihkan dan meregenerasi produk dan bahan pada setiap akhir umur layanan.[1][2] Ekonomi sirkular merupakan sistem industri yang bersifat restoratif dan regeneratif dengan suatu desain yang menggantikan konsep 'akhir hidup' produk ke arah penggunaan energi yang terbarukan, menghilangkan penggunaan bahan kimia beracun, serta bertujuan untuk penghapusan limbah melalui desain unggul bahan, produk, sistem, dan model bisnis.[3] Pada sistem ekonomi sirkular, penggunaan sumber daya, sampah, emisi, dan energi terbuang diminimalisir dengan menutup siklus produksi-konsumsi dengan memperpanjang umur produk, inovasi desain, pemeliharaan, penggunaan kembali, remanufaktur, daur ulang ke produk semula (recycling), dan daur ulang menjadi produk lain (upcycling). Dalam konteks keberlanjutan produk plastik, konsep ekonomi sirkular dapat diterapkan melalui beberapa cara misalnya: recycling plastik, upcycling plastik sebagai campuran aspal, mengubah plastik bernilai ekonomi rendah menjadi bahan bakar atau energi, dan sebagainya.[4] Selain itu, konsep ekonomi sirkuler adalah mengubah limbah menjadi keuntungan. Diharapkan dengan menggunakan konsep ekonomi sirkuler, pendapatan global pada tahun 2030 mencapai $4.5 triliun dan meninggkat hingga $40 triliun pada tahun 2050.

Ekonomi sirkular terdiri dari tiga prinsip utama, yakni mengurangi sampah dan polusi, menggunakan produk atau bahan secara terus-menerus, dan memperbarui sistem alam. Hal ini didasarkan atas meningkatnya penggunaan energi terbarukan yang semakin dipercepat oleh adanya inovasi digital. Ekonomi sirkular merupakan model ekonomi yang tangguh, distributif, beragam, dan inklusif. Ekonomi sirkular adalah pengejawantahan konsep ekonomi yang menggabungkan pembangunan berkelanjutan dan pengimplementasian ekonomi hijau.

Prinsip ekonomi sirkular[sunting | sunting sumber]

Forum Ekonomi Dunia menyatakan bahwa beberapa prinsip ekonomi sirkular antara lain bertujuan untuk merancang keluarnya limbah karena produk yang dioptimalkan untuk dapat dibongkar dan digunakan kembali. Lalu, sirkularitas memperkenalkan pada diferensiasi antara komponen habis pakai dan tahan lama pada suatu produk. Selain itu, energi yang diperlukan untu siklus ini harus terbarukan oleh alam agar dapat mengurangi ketergantungan sumber daya dan meningkatkan sistem ketahanan (seperti guncangan minyak).[3]
Sedangkan menurut Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin), prinsip utama yang terdapat pada ekonomi sirkular adalah 5R, yaitu Reduce, Reuse, Recycle, Recovery dan Repair. Lima prinsip tersebut dapat dilakukan melalui pengurangan pemakaian material mentah dari alam (reduce) melalui optimasi penggunaan material yang dapat digunakan kembali (reuse) dan penggunaan material hasil dari proses daur ulang (recycle) maupun dari proses perolehan kembali (recovery) atau dengan melakukan perbaikan (repair).[5]

Faktor Pendorong Ekonomi Sirkular[sunting | sunting sumber]

Lima faktor yang teridentifikasi dapat menjadi katalisator dalam implementasi ekonomi sirkular di antaranya adalah (1) teknologi digital, (2) investasi berbasis dampak, (3) komitmen manajemen, (4) infrastruktur, dan (5) kebijakan pemerintah [6]

Dampak Positif Ekonomi Sirkular[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan Hasil Studi Manfaat Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan dari Ekonomi Sirkular di Indonesia tahun 2021 yang dilakukan oleh Bappenas bersama United Nations Development Programme (UNDP) dan didukung oleh Pemerintah Kerajaan Denmark menunjukkan adanya dampak positif pada lima sektor industri, yaitu makanan dan minuman, konstruksi, elektronik, tekstil, dan retail yang berfokus pada kemasan plastik sebagai berikut [7]:

  • Penghematan biaya operasional lebih dari Rp431,91 miliar.
  • Penciptaan lapangan pekerjaan 14.270 orang.
  • Pengurangan emisi lebih dari 1,4 juta ton CO2e.
  • Penghematan energi lebih dari 4,8 juta MWh.
  • Penurunan konsumsi air lebih dari 252 ribu m3.
  • Pengurangan sampah lebih dari 827 ribu ton

Manfaat Penerapan Ekonomi Sirkular[sunting | sunting sumber]

Beberapa manfaat dari adanya penerapan ekonomi sirkular sebagai berikut [8]

  1. Membantu mencegah sampah masuk ke lingkungan, mengurangi pemborosan dan meminimalkan dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh sampah.
  2. Meningkatkan nilai dan potensi ekonomi dari sampah dengan menciptakan peluang usaha baru di sektur industri pengelolaan sampah dan memfasilitasi produksi produk-produk bernilai tambah yang terbuat dari limbah atau sampah.
  3. Membantu pemerintah dan masyarakat meningkatkan kesadaran tentang masalah sampah dan bagaimana cara untuk mengurangi pemborosan, mencegah masalah sampah di tempat dan menciptakan sumber daya yang lebih bernilai.
  4. Mengubah cara pandang tentang lingkungan dan memajukan ekonomi secara bersamaan.

Aplikasi Ekonomi Sirkular[sunting | sunting sumber]

Industri Konstruksi[sunting | sunting sumber]

Material sisa yang digunakan pada konstruksi dapat digunakan kembali atau diolah kembali dalam bentuk lain (Recycle) sebagai berikut [9]:

  1. Aspal didaur ulang dan digunakan sebagai bahan anti air
  2. Beton dibentuk sebagai batu buatan seperti paving block.
  3. Beton dipasang di dasar laut sebagai terumbu karang
  4. Batu digunakan sebagai bahan campuran beton
  5. Batu digunakan sebagai bahan perkerasan jalan (pavement)
  6. Kayu digunakan sebagai serbuk kayu
  7. Logam dan baja digunakan sebagai arang aktif / briket

Industri Agri-Pangan[sunting | sunting sumber]

Limbah dalam jumlah besar yang dihasilkan dari industri agri-pangan dapat digunakan untuk produk makanan, obat-obatan, dan perawatan kulit dengan mengekstraksi senyawa bioaktif. Biji, kulit buah, dan sereal dapat diolah menjadi tepung dengan penerimaan konsumen sebesar 90 hingga 100%. Kulit buah dapat menjadi sumber pewarna dengan kemampuan antioksidan dan anti-inflamasi sehingga berpotensi untuk pengembangan makanan fungsional baru. Selain itu, kulit buah menjadi substrat yang sangat baik penghasil enzim bromelain yang sangat diminati di tingkat industri.

Senyawa fenolik yang ada dalam residu buah jeruk memiliki aktivitas obat yang luas, meningkatkan kapasitas perlindungan terhadap penyakit kronis seperti kanker berkat sifat antioksidan, antiinflamasi, dan antibakterinya. Di sisi lain, tangeretin, nobiletin, dan hesperidin ternyata merupakan penghambat antigen yang melawan virus pernapasan dan hati dalam aplikasi farmasi[10].

Industri Farmasi[sunting | sunting sumber]

Makroalga[sunting | sunting sumber]

Ada sejumlah besar dan beragam metabolit baru yang dapat diperoleh dari makroalga dan berbagai aplikasinya; organisme ini dapat dianggap sebagai matriks yang menarik dan menjanjikan untuk mendapatkan bahan baku baru untuk perumusan produk kosmetik yang inovatif. Selain itu, mereka dapat dimasukkan ke dalam model ekonomi sirkular, menjadi sumber senyawa bioaktif yang berkelanjutan untuk aplikasi industri di masa depan. Senyawa makroalga dapat digunakan sebagai bahan tambahan, eksipien, bahan aktif formulasi kosmetik, bahan pengental atau pembentuk gel, tabir surya karena efeknya yang melindungi foto dan anti-fotografi, anti-penuaan dan pemutih kulit, produk perawatan anti-selulit, pengelupasan kulit dan pelangsingan, dan bahkan untuk perawatan rambut dan mulut, dengan hasil yang sangat menjanjikan[11].

Bulu Babi[sunting | sunting sumber]

Pasar bulu babi menarik dan penuh dengan potensi untuk dimanfaatkan. Pemanfaatan limbah bulu babi dalam model ekonomi sirkular, mampu menghasilkan keuntungan sehingga meningkatkan pengelolaan limbah makanan dan mempromosikan produk baru. Limbah bulu babi dapat dimanfaatkan kembali untuk inovasi baru di bidang biomedis, farmasi, dan kosmetik. Kolagen fibrilar bulu babi adalah biomaterial yang aman dan dapat diaplikasikan untuk regenerasi kulit yang rusak atau struktural seperti tulang rawan dan tendon. Manfaat lingkungan dan sosial yang diperoleh dari perusahaan yang memanen dan memproses bulu babi secara sirkuler dapat berupa beberapa hal. Produk inovatif yang dihasilkan dengan bahan bulu babi yang dibuang dapat berkontribusi untuk melindungi keanekaragaman hayati, sementara dari sudut pandang sosial, konversi industri ke ekonomi sirkular akan menjamin peluang kerja baru bagi masyarakat setempat dan kemungkinan untuk melatih karyawan melalui kursus pendidikan[12].

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "WRAP and the circular economy | WRAP UK". www.wrap.org.uk (dalam bahasa Inggris). 2013-01-24. Diakses tanggal 2019-10-30. 
  2. ^ Veza, Ibham; Idris, Muhammad; Fattah, Islam Md Rizwanul (2022-06-08). "Circular economy, energy transition, and role of hydrogen". Mechanical Engineering for Society and Industry (dalam bahasa Inggris). 2 (2): 54–56. doi:10.31603/mesi.7134. ISSN 2798-5245. 
  3. ^ a b "From linear to circular—Accelerating a proven concept". Towards the circular economy (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-10-30. 
  4. ^ "Circular Economy Our Way to Promote Waste Management" (PDF). PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL TBK. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2019-10-30. Diakses tanggal 30 Oktober 2019.  line feed character di |title= pada posisi 9 (bantuan)
  5. ^ "Kemenperin: Industri Berperan Ciptakan Indonesia Bersih Lewat Konsep 'Circular Economy'". kemenperin.go.id. Diakses tanggal 2019-10-30. 
  6. ^ Harymawan, Iman; Putra, Fajar Kristanto Gautama; Prabhawa, Aditya Aji; Rahayu, Nadia Klarita (2022-12-05). KEBERLANJUTAN, EKONOMI SIRKULAR, DAN PENGUKURANNYA - Perspektif Korporasi. Airlangga University Press. ISBN 978-602-473-880-8. 
  7. ^ Muamar, Abul (2022-09-13). "Mewujudkan Ekonomi Sirkular dengan 5 Sektor Potensial". Green Network Asia - Indonesia. Diakses tanggal 2023-09-16. 
  8. ^ Adab, Yonathan Suryo Pambudi, S. T. , M. Si , Penerbit. MENCAPAI PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN BERKELANJUTAN: PANDUAN LENGKAP. Penerbit Adab. ISBN 978-623-497-458-4. 
  9. ^ Wahyu Adi, Tri Joko; Wibowo, Panji (2020-05-01). "Application of circular economy in the Indonesia construction industry". IOP Conference Series: Materials Science and Engineering. 849 (1): 012049. doi:10.1088/1757-899X/849/1/012049. ISSN 1757-8981. 
  10. ^ Osorio, Lady Laura Del Rio; Flórez-López, Edwin; Grande-Tovar, Carlos David (2021-01-19). "The Potential of Selected Agri-Food Loss and Waste to Contribute to a Circular Economy: Applications in the Food, Cosmetic and Pharmaceutical Industries". Molecules. 26 (2): 515. doi:10.3390/molecules26020515. ISSN 1420-3049. 
  11. ^ Lourenço-Lopes, Catarina; Fraga-Corral, Maria; Jimenez-Lopez, Cecilia; Pereira, Antia G.; Garcia-Oliveira, Paula; Carpena, Maria; Prieto, Miguel A.; Simal-Gandara, Jesus (2020-08-24). "Metabolites from Macroalgae and Its Applications in the Cosmetic Industry: A Circular Economy Approach". Resources. 9 (9): 101. doi:10.3390/resources9090101. ISSN 2079-9276. 
  12. ^ Zilia, Federico; Bacenetti, Jacopo; Sugni, Michela; Matarazzo, Agata; Orsi, Luigi (2021-05-12). "From Waste to Product: Circular Economy Applications from Sea Urchin". Sustainability. 13 (10): 5427. doi:10.3390/su13105427. ISSN 2071-1050.