Efek lintas ras

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Efek lintas ras (kadang-kadang disebut bias lintas ras, bias ras lain, bias ras sendiri, atau efek ras lain) adalah kecenderungan untuk lebih mudah mengenali wajah yang satu ras dengan diri sendiri, atau kelompok ras yang pernah berhubungan. Dalam psikologi sosial, efek lintas ras digambarkan sebagai “keuntungan golongan sendiri”, sedangkan di bidang lain, efek tersebut dapat dilihat sebagai bentuk spesifik dari “keunggulan golongan sendiri” karena hanya diterapkan dalam situasi antar ras atau antar etnis.[1] Efek lintas ras diperkirakan berkontribusi terhadap kesulitan dalam identifikasi lintas ras, serta bias rasial yang tersirat.[2]

Sejumlah teori telah disusun mengenai mengapa efek lintas ras terjadi, termasuk kognisi sosial dan keahlian persepsi. Namun, belum ada model yang mampu menjelaskan seluruh bukti yang ada.[3]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Studi penelitian pertama tentang efek lintas ras diterbitkan pada tahun 1914. Dinyatakan bahwa manusia cenderung memandang wajah orang-orang dari ras lain selain rasnya sendiri tampak sama. Individu-individu dari suatu ras dapat dibedakan satu sama lain sesuai dengan tingkat keakraban atau kontak mereka dengan ras tersebut secara keseluruhan. Hal ini tidak berlaku jika orang-orang telah terbiasa dengan ras yang beragam.[4]

Ketika penelitian tentang efek lintas ras terus berlanjut, berbagai teori muncul tentang mengapa efek tersebut ada, termasuk hipotesis kontak, mekanisme pemrosesan yang berbeda, kognisi sosial, pemilihan fitur, dan pengabaian kognitif. Namun, masing-masing teori ini memiliki tantangan dan bukti yang bertentangan.[3]

Sejumlah penelitian tentang efek lintas ras telah dilakukan. Namun, kemajuan teknologi telah memungkinkan para peneliti untuk mempelajari efek lintas ras dari lensa saraf dan/atau komputasi. Meskipun keduanya terjadi di bawah payung pemrosesan wajah, para peneliti telah menemukan bahwa area otak yang berbeda (seperti area wajah fusiform) aktif saat memproses wajah ras sendiri vs ras lain.[5] Penelitian yang menggunakan model komputasi menemukan bahwa efek ras lainnya hanya terjadi ketika pemrosesan wajah dan pemilihan fitur dipengaruhi oleh pengalaman yang bias.[6] Namun, karena penggunaan metode ini untuk menguji efek lintas ras masih relatif baru, penelitian lebih lanjut masih diperlukan.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Beaupré MG, Hess U (January 2006). "An ingroup advantage for confidence in emotion recognition judgments: the moderating effect of familiarity with the expressions of outgroup members". Personality & Social Psychology Bulletin. 32 (1): 16–26. doi:10.1177/0146167205277097. PMID 16317185. 
  2. ^ Lebrecht S, Pierce LJ, Tarr MJ, Tanaka JW (2009-01-21). "Perceptual other-race training reduces implicit racial bias". PLOS ONE. 4 (1): e4215. Bibcode:2009PLoSO...4.4215L. doi:10.1371/journal.pone.0004215alt=Dapat diakses gratis. PMC 2627769alt=Dapat diakses gratis. PMID 19156226. 
  3. ^ a b Young SG, Hugenberg K, Bernstein MJ, Sacco DF (2012). "Perception and motivation in face recognition: a critical review of theories of the Cross-Race Effect". Personality and Social Psychology Review. 16 (2): 116–42. doi:10.1177/1088868311418987. 
  4. ^ Feingold CA (1914). "The influence of environment on identification of persons and things". Journal of Criminal Law and Police Science. 5 (1): 39–51. doi:10.2307/1133283. JSTOR 1133283. 
  5. ^ Natu V, O'Toole AJ (2013-09-01). "Neural perspectives on the other-race effect". Visual Cognition. 21 (9–10): 1081–1095. doi:10.1080/13506285.2013.811455. 
  6. ^ O'Toole AJ, Natu V (2013-09-01). "Computational perspectives on the other-race effect". Visual Cognition. 21 (9–10): 1121–1137. doi:10.1080/13506285.2013.803505.