Darso Sumarto

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Darso Sumarto merupakan dalang yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Selama hidupnya, ia menekuni perbuatan wayang kayu terutama Wayang Golek, Menak dan Wayang Wahyu. Dia juga menerima pesanan Wayang Gambyong serta merepasi Wayang Kulit dan Wayang Golek.

Ketertarikan Darso pada dunia wayang berasal dari lingkungan yang sangat kental akan dunia pedalangan. Oleh karana itu, ia tidak tertarik dengan seni-seni lain yang cukup populer seperti lukisan atau patung.[1]

Selepas sekolah dasar. dia berkerja pada pesewaan gamela. Usaha ini banyak digeluti masyarakat sekitarnya. Akhirnya dia berkerja pada Widi prayitno, seorang dalang Wayang Golek yang terkenal di Kulon Progo. Ini adalah awalan perkenalan darso dengan dunia pedalangan dan wayang.

Darso belajar mendalang hingga menguasai ilmu pedalangan, baik wayang golek maupun wayang kuliy Widi Prayitno.

wayang kayu yang dibuat darso memeang tujuan nya untuk dijual karyanya pun dijual pada widi prayitno. Wayang buatan darso yang awalnya hanya dikenal dalang saja, semakin dikenal dikalangan luas. Wayang Darso pun mulai dilirik dipasar baik lokal maupun mancanegara, seperti prancis,Amerika dan Birma.

sejak nama Darso sebagai dalang dan perajin wayang kayu mulai dikenal luas, rumahnya di Sentolo tiap hari dikunjungi banyak pelanggan. Dalam berkarya,Darso lebih fokus pada usaha yang digelutinya sebagai seni terapan. Ia tetap bergelut dengan wayang hingga wafat pada tahun 1993. Jasadnya dimakamkan di Pemakaman Jangkangsentolo tak jauh dari tempat tinggalnya. Kini, usahanya diteruskan anak pertamanya samto. Ditangan Samto, usaha pembuatan wayang kayu milik keluarganya ini berkembang. Dari yang awalnya dibuat sendiri, menjadi usaha yang melibatkan banyak orang. Usaha pembuatan wayang kayu warisan Darsono sekarang berdiri dengan nama " Pelita Kasih".

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ M. Dahlan, Muhidin (2012). Almanak Seni rupa Indonesia. Jakrta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Repunlik Indonesia. hlm. 515.