C.L. Coolen
Coolen adalah seorang peranakan Rusia-Belanda dan Jawa. Ibunya, seorang puteri bangsawan Jawa, ia mewarisi kebudayaan Jawa yang sedikit banyak sudah bercampur dengan Islam. Coolen lahir pada tahun 1775 dan meninggal pada tahun 1873.[1] Pada tahun 1827 ia membuka kawasan hutan yang luas di Ngoro, sekitar 60 km dari Surabaya, yang kemudian berkembang menjadi desa yang makmur. di Ngoro sebagai pemimpin desa, Coolen mempraktikkan kekristenannya sambil tetap menghormati warga desanya yang Muslim dengan mengizinkan mereka membangun mesjidDengan kata lain, Coolen tidak memaksa orang Muslim pada masa itu bergabung untuk menjadi Kristen. Sikapnya itu membuat coolen diseganin oleh pemuka agama Islam dan Kristen.
Dalam ritual Kristen yang dilaksanakan oleh Coolen ada beberapa unsur Islam maupun budaya atau kepercayaan asli Jawa.[1] Pendek kata, Coolen memberi tempat bagi nilai-nilai budaya dan religiositas Jawa yang sudah bercampur dengan Islam di dalam kekristenan yang ia kembangkan di Ngoro.[1] Coolen sangat berbeda dengan penginjil lainnya yang identik ingin menjauhkan budaya Jawa maupun dari dari pengaruh agama Islam.[2] Salah satu hal yang membuat Coolen sangat disegani dan dihormati adalah keberaniannya dalam menentang sistem tanam paksa pada tahun 1842-1844 yang hendak diberlakukan oleh pemerintah pada masa itu.[2]
Berdasarkan sikap terpujinya Coolen juga mempunyai sifat dan perilaku yang kurang baik yaitu, egosentrisme, megalomania, kelobaan akan kekayaan dan kehidupan perkawinannya yang tidak bersih dari skandal.[2] Coolen meninggalkan isteri dan kelima anaknya di Surabaya kemudian pergi ke Ngoro. akhirnya Coolen menikah lagi di masjid.[2] Bagaimanapun kekurangan itu, Coolen tetap dipandang sebagai ornag yang berjuang mengupayakan serta berani mengungkapkan iman Kristen dalam cara dan bentuk yang kontekstual, baik yang bernuansa Jawa maupun Islam.[1]