Lompat ke isi

Basiang Padi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Basiang Padi merupakan salah satu bentuk sastra lisan Minangkabau yang terdapat di Talawi, Sawahlunto. Basiang Padi adalah salah satu sastra lisan berbalas pantun, yang dilakukan ketika bersiang padi di sawah. Umumnya, genre ini dilakukan oleh ibu-ibu yang sedang batoboh (gotong-royong) dengan sistem arisan. Pada mulanya, ia dilakukan hanya untuk menambah semangat dan mengurangi rasa lelah, dengan berbalas pantun sesama mereka. Berbalas pant un ini berhenti sejenak, ketika makan dan shalat. Acara Basiang Padi ini berlangsung mulai pukul 09.00 WIB pagi sampai dengan pukul 17.00 WIB sore. Pantun pantun dalam Basiang Padi ini berisi sindiran-sindiran, ungkapan isi hati, pengisahan peruntungan, bahkan, kadang kala, orang lewat pun juga dapat menjadi bahan pantun. Pantun Basiang Padi dimufakati, ketika ibu-ibu sudah sampai di sawah. Sebelum mereka memasuki sawah (masih di pematang sawah), pantun telah mulai dilantunkan. Sambil berpantun, mereka memasuki sawah dan menyiangi padi. Hal ini bedangsung terus sampai tiba waktunya makan siang dan shalat Zuhur. Setelah makan dan shalat, mereka kembali menuju sawah sambil kembali melantunkan pantun dan juga terus bersiang sampai pukul 17.00 WIB sore. Pada saat ini pula, pantun berakhir seiring berakhimya menyiangi padi dan mereka pulang ke rumah masing-masing. Karena ingin mengembangkan sastra lisan ini, pada dekade terakhir, ia dicoba untuk ditampilkan di Pekan Budaya Sumatera Barat dan di tempat-tempat hiburan lainnya. Akan tetapi, hal itu tidak berlangsung lama, karena peminat terhadap sastra lisan ini boleh dikatakan tidak ada. Untuk kepentingan dokumentasi dan inventarisasi, genre sastra lisan ini ditampilkan di gedung atau aula, tanpa dihadiri oleh penonton. Sekarang, sastra lisan ini sudah sulit ditemukan di tengah masyarakat.[1]

Basiang padi di Talawi, Sawahlunto sangat berbeda di daerah lainnya, salah satunya di daerah Padang, basiang padi yang di lakukan di Padang hanya sebatas basiang saja tanpa ada berbalas pantun. Mereka hanya mengisi waktu sambil basiang padi dengan mengobrol sesama mereka.

Berikut ini adalah contoh teks Basiang Padi:

Pertama, badubuok (duduk)

Mali-mali sikaduduok

umbuah di baruah diak pisang udang, denai

mari-mari adiak duduok

ambo mabao pasan urang

suda la nyo lei denai

mandi salawek indak basah

suruek barombun diak hateh guguak

denai kamari diak saocah

rundiang sapatah diak bao duduok

suda fa nyo lei denai

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Amir, Adriyetti, dkk (2006). Pemetaan Sastra Lisan Minangkabau. Padang: Andalas University Press. hlm. 160–161. ISBN 979-1097-08-9.