Bank digital

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Bank digital merupakan sebuah transformasi untuk langkah strategis bagi perusahaan (negeri maupun swasta) dalam mendukung pencapaian program nasional yang digagas oleh Pemerintah.[1]

Sejak internet pertama kali muncul, bentuk-bentuk baru dari perdagangan akan muncul dan mengambil alih sistem dari cara lama dalam melakukan sesuatu termasuk sistem perbankan memiliki perubahan selama tiga dekade terakhir—lihat saja bagaimana semua sekarang berjalan dengan aplikasi mobile banking—.[2]

Saluran elektronik didasarkan pada teknologi protokol Internet (IP), seperti yang terjadi pada: ATM, pusat panggilan (call centre), ATM, internet banking, dan mobile banking, semuanya serba digital diaktifkan dan bank telah berinovasi menjadi bank digital berdasarkan platform digital yang menjangkau setiap sudut dari bank untuk memudahkan pelayanan.[2]Dan inilah perubahan besar: bank harus berhenti memikirkan saluran menjangkau pelanggan secara konvensional dan mengenali bahwa saluran telah beralih dan aktif secara digital.

Namun, hari ini, besok atau di masa depan, populasi penduduk atau masyarakat telah terbiasa pindah ke dunia digital atau maya di mana mayoritas pelayanan sudah digital. Seperti saat ini contohnya, generasi milenial tumbuh bersama perkembangan teknologi yang pesat. Oleh karena itu, peran apa yang akan ada untuk bank yang telah dibangun atas dasar model distribusi fisik dengan elektronik dan membiasakan serba digital.

Inovasi digital dan teknologi yang lebih luas untuk bank menjadi tidak hanya peluang untuk mendapatkan keuntungan,—sebagian besar didorong oleh produktivitas yang lebih baik dan dengan kenyamanan yang jauh lebih besar yang ditawarkan kepada klien—tetapi juga risiko ketika terjadi perubahan yang cepat terhadap memburuknya kapasitas pendapatan.[3]

Saat bank merancang bank generasi baru; bank digital, langkah awalnya yang harus dimiliki adalah pelanggan dan karyawan. Dalam menggunakan langkah ini sebagai permulaan, bank perlu mempertimbangkan bagaimana membangun proses dan struktur organisasi dalam versi sumber daya digital secara optimal guna menjangkau dan mendukung pelanggan tersebut dan para karyawannya.[2]

Bank digital akan didasarkan pada teknik digital untuk memahami pelanggan untuk membangun sebuah proses digital dari sudut pandang pelanggan. Di akhir perancangan digital, mereka kemudian akan membutuhkan seorang arsitek atau teknisi digital untuk membangun desain program digital.[2]

Untuk menjadi bank digital, dengan jaringan digital sebagai intinya dari bank, adalah tantangan yang nyata karena itu berarti menjauh secara fundamental dari penempatan jaringan cabang (yaitu pondasi sementara sebagai distribusi secara elektronik).[2]

Inilah sebabnya mengapa bank ritel banyak menggunakan strategi multi saluran dimana mereka mencoba mengintegrasikan saluran pusat panggilan (call centre) mereka dengan penggunaan saluran internet mereka.[2]

Kenyataannya, satu-satunya alasan mengapa pelanggan digital masih pergi ke kantor cabang adalah karena bank membutuhkan data diri pelanggan, ada aturan menyatakan bahwa pelanggan harus secara fisik pergi ke bank untuk menunjukkan paspor (identitas) mereka untuk dapat membuka rekening.[2] Oleh karena itu, di dunia digitalisasi saat ini, orang hanya mengunjungi cabang karena memang aturannya sudah seperti itu.

Jadi inilah tantangan bagi bank digital: bagaimana pelanggan baru bergabung dengan bukti identitas, seperti paspor, atau lainnya, mungkin meminta pelanggan memindai dan mengirim email gambar atau mengirim gambar paspor atau identitas mereka dari telepon mereka tetapi, untuk sebagian besar bank di sebagian besar ekonomi, itu tidak dapat diterima oleh hukum, pihak bank harus melihat secara fisik paspor atau identitas.[2]

Jika pelanggan tidak nyaman untuk datang secara fisik ke cabang, mengapa bank tidak bisa pergi dan melihat nasabah secara fisik? Ini adalah yang lain, sebuah alternatif, di baru ini yang serba dunia digital, pelanggan menangani semua kebutuhan transaksi mereka melalui langsung maupun jarak jauh, uang tunai semuanya otomatis melalui infrastruktur ATM.[2]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Digital Banking Transformation for Sustainable Business. Bank Tabungan Negara (BTN). 2017. hlm. 1. 
  2. ^ a b c d e f g h i Skinner, Chris (2014). Digital Bank Strategies To Launch Or Become A Digital Bank. Singapore: Marshal Cavendish Business. ISBN 978-981-4516-46-4. 
  3. ^ Scardovi, Claudio (2017). Digital Transformation in Financial Services. London, UK: Spinger. hlm. 32. doi:10.1007/978-3-319-66945-8. ISBN 978-3-319-66945-8.