Angka lempeng total

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Angka Lempeng Total (ALT) merupakan angka yang menunjukkan jumlah koloni bakteri aerob mesofilik yang terdapat pada per gram ataupun per milliliter sampel uji.[1]Prinsip ALT ialah metode yang dimaksudkan untuk menghitung pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah sampel ditanam pada lempeng media padat dengan cara tuang (poure plate) yang selanjutnya diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 35-37°C. Dipilihnya suhu 35-37°C karena menurut Cappucino (2008) bakteri aerob mesofilik dapat tumbuh dengan baik pada suhu tersebut.[2]

Media Pengujian ALT[sunting | sunting sumber]

Pada pengujian mikrobiologi, bakteri dibiakkan pada bahan berisi nutrisi yang disebut media. Media bisa berupa cairan seperti kaldu serta dapat pula berupa padatan seperti agar dan gelatin. Fungsi dari media sendiri yaitu untuk menunjang pertumbuhan bakteri yang memiliki persyaratan nutrisi yang rumit agar dapat tumbuh dengan optimal.

Adapun media yang digunakan pada pengujian ALT ialah PCA (Plate Count Agar). Masa inkubasi yang berisi biakan dilakukan dengan cara cawan petri dibalik. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari jatuhnya butir air hasil pengembunan yang disebabkan oleh suhu inkubator. Apabila pada cawan hingga terdapat air yang jatuh maka akan merusak pembacaan angka lempeng total dari sampel yang diuji nantinya. Cara inokulasi yang dipilih adalah cara tuang, dimana hal ini dimaksudkan untuk melihat pertumbuhan bakteri aerob mesofil yang membutuhkan oksigen dalam pertumbuhannya, sehingga akan teramati pertumbuhan bakteri aerob mesofil tersebut akan berada dipermukaan lempeng agar, dikarenakan pertumbuhannya yang mencari oksigen. Dengan demikian, pada pengamatan angka lempeng total ini, koloni bakteri yang dicari atau dihitung yakni yang tumbuh di permukaan lempeng agar.

Penggunaan Media PCA untuk uji ALT ini terlebih dahulu ditambahkan TTC 0.5 % (trifeniltetrazolium klorida). Pengunaan TTC pada PCA ini biasanya ditambahkan sebanyak 1 ml dalam 1000 ml media PCA. TTC ini berfungsi sebagai indikator yang akan direduksi sehingga memberikan warna pada koloni bakteri yang akan diamati, dengan demikian hal tersebut dapat membedakan antara koloni bakteri dengan kotoran yang bisa saja berasal dari residu sampel yang dapat mengganggu pengamatan koloni bakteri.[3]

Metode Pengujian ALT[sunting | sunting sumber]

Pengujian ALT melewati dua tahap penting yaitu tahap pengenceran dan tahap pencawanan. Tahan pengenceran biasanya dilakukan secara desimal, yaitu 1:10, 1:100, 1:1000 dan seterusnya. Larutan yang digunakan untuk pengenceran dapat berupa larutan buffer fosfat, 0.85% NaCl atau larutan ringer.[3] Selanjutnya pada tahap pencawanan, metode yang sering digunakan yaitu metode hitung cawan. Prinsip dari metode ini ialah sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, kemudian sel mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat secara visual dan kemudian dihitung tanpa menggunakan mikroskop (Waluyo, 2016).[4] Metode hitung cawan dapat dibedakan atas dua cara, yaitu metode tuang (pour plate) dan metode sebaran (spread plate).[5]

Untuk melaporkan hasil analisis mikrobiologi dengan cara hitungan cawan digunakan suatu standar yang disebut Standard Plate Counts (SPC) yaitu sebagai berikut.

  • Cawan yang dipilih dan hitung adalah yang mengandung antara 30-300 koloni bakteri. Hal ini dikarenakan jumlah mikroorganisme dalam sampel tidak diketahui sebelumnya, maka untuk memperoleh sekurang-kurangnya satu cawan yang mengandung koloni dalam jumlah yang memenuhi syarat tersebut harus dilakukakn sederetan pengenceran dan pencawanan.
  • Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu membentuk kumpulan koloni besar, yang mana jumlah koloninya diragukan dapat dihitung sebagai satu koloni.
  • Satu deretan (rantai) koloni yang ditunjukkan sebagai garis padat dihitung sebagai satu koloni.

Kelebihan dan Kelemahan ALT[sunting | sunting sumber]

Kelebihan dari uji ALT dengan metode hitung cawan, yakni metode ini sensitif untuk menghitung mikroba, karena hanya sel hidup yang dihitung. Selain itu beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus serta dapat digunakan untuk isolasi dan Identifikasi mikroba sebagai koloni yang terbentuk dapat berasal dari mikroba yang memiliki kenampakan tertentu (Waluyo, 2016).[5]

Selain memiliki kelebihan, adapun kelemahan dari metode uji angka lempeng total antara lain sebagai berikut:[6]

  • Terdapat potensi koloni yang berasal dari lebih dari satu sel mikroba, misalnya mikroba berpasangan, rantai atau kelompok sel.
  • Dimungkinkan untuk adanya pengurangan jumlah sel mikroba yang sebenarnya.
  • Adanya kemungkinan untuk spesies mikroba yang tidak dapat tumbuh selama masa inkubasi karena penggunaan media agar, suhu, pH, dan kadar oksigen.
  • Memungkinkan jenis mikroba tertentu untuk tumbuh dan menyebar di permukaan media agar, sehingga menghalangi mikroba lain yang dapat mempengaruhi proses penghitungan.
  • Penghitungan dilakukan pada media agar dengan populasi mikroba 30 sampai 300 koloni. Jika populasi memiliki kurang dari 30 koloni, ini akan menghasilkan penghitungan statistik yang tidak akurat, sedangkan jika lebih dari 300 koloni akan menghasilkan yang sama karena persaingan antar koloni.
  • Perhitungan populasi mikroba dapat didasarkan pada waktu inkubasi, yang biasanya berlangsung selama 24 jam atau lebih.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Yusmaniar, dkk (2017). Mikrobiologi dan Parasitologi (PDF). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. hlm. 54. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-07-09. Diakses tanggal 2021-07-02. 
  2. ^ Dewi, Meylisa Mutiara (2016). "Uji Angka Kapang/Khamir (AKK) dan Angka Lempeng Total (ALT) pada Jamu Gendong Temulawak di Pasar Tarumanegara Magelang" (PDF). Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2020-03-31. Diakses tanggal 2021-07-02. 
  3. ^ a b Kusuma, Sri Agung Fitri (2009). "Uji Biokimia Bakteri". Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Farmasi. Universitas Padjajaran: Bandung. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-11-04. Diakses tanggal 2021-07-02. 
  4. ^ Safrida, Yuni Dewi, dkk (2019). "Uji Cemaran Mikroba dalam Susu Kedelai tanpa Merek di Kecamatan Jaya Baru Kota Banda Aceh Seraca Total Plate Count (TPC)". Jurnal Serambi Engineering. IV (1): 364–371. 
  5. ^ a b Widhiastusi, Putu Widya (2019). "Uji Angka Lempeng Total dan Identifikasi Staphylococcus aureus pada Ikan Tuna Asap di Pasar Kedonganan" (PDF). Karya Tulis Ilmiah. Jurusan Analis Kesehatan. Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar: Denpasar. 
  6. ^ Sundari, Sri, dkk (2019). "Uji Angka Lempeng Total (ALT) pada Sediaan Kosmetik Lotion X di BBPOM Medan". Jurnal Biologica samudra. 1 (1): 25–33.