Teungku Peukan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Teungku Peukan
Lahir1886
Manggeng, Aceh Barat Daya,
 Kesultanan Aceh
Meninggal11 September 1926
Blangpidie, Aceh Barat Daya,
Belanda Hindia Belanda
MakamHalaman Masjid Jami' Baitul Adhim Blangpidie
Dikenal atasPeristiwa 11 September 1926
Orang tuaTeungku Adam & Siti Zulaikha

Teungku Peukan merupakan ulama dan pejuang Aceh melawan Belanda yang syahid di Blangpidie pada peristiwa 11 September 1926. Dia dilahirkan pada tahun 1886 di Sawang, Aceh Selatan dan lama menetap di Manggeng, Aceh Barat Daya

Ayah Teungku Peukan bernama Keuchik Adam bin Teungku Padang Ganting yang berasal dari daerah Alue Paku, Sawang, Aceh Selatan. Sedangkan ibunya bernama Siti Zulaikha. Nama Teungku Peukan diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya.[1]

Perjuangan[sunting | sunting sumber]

Makam Teungku Peukan di halaman Masjid Jami' Blangpidie

Perjuangan Teuku Ben Mahmud menginspirasi Teungku Peukan dan pasukannya untuk menyerang tangsi (bivak) Belanda di Blangpidie.

Pada malam menjelang peperangan dengan kolonial Belanda, Teungku Peukan dan pasukannya terlebih dahulu melakukan wirid dan zikir (serah diri) kepada Tuhan di Meunasah (mushalla) Ayah Gadeng, Manggeng. Setelah wirid tersebut selesai dilaksanakan, Teungku Peukan memerintahkan pasukannya menuju markas Belanda regional Blangpidie (sekarang Asrama Kodim 0110 Aceh Barat Daya) di Blangpidie dengan menempuh berjalan kaki sejauh 20 km.

Pada penyerangan ini juga dihadiri oleh salah seorang putra dari Teungku Peukan yang bernama Teungku Muhammad Kasim yang dikenal dengan sebutan "Teungku Tahala". Menjelang fajar memasuki malam Jumat pada tanggal 11 September 1926, pasukan Teungku Peukan pun tiba dan beristirahat sejenak di bale (balai) Teungku Muhammad Yunus Lhoong Geulumpang Payong, Blangpidie.

Pada saat itu Teungku Peukan membagi 3 sektor penyerangan dan dibantu oleh Said Umar, Waki Ali, dan Zakaria Ahmad yang dikenal dengan nama Nyak Walad. Penyerangan dilakukan pada saat menjelang subuh, sehingga serdadu Belanda kaget dan kocar-kacir. Pada penyerangan itu banyak serdadu Belanda yang tewas.[2]

Gugur[sunting | sunting sumber]

Sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan, Teungku Peukan mengumandangkan azan dan di saat itulah seorang tentara Belanda melepaskan 1 tembakan yang membuat Teungku Peukan meninggal. Teungku Peukan meninggal pada hari Jumat, 11 September 1926.

Dalam kejadian itu Teungku Tahala putra dari Teungku Peukan menjadi emosional dan menyerang serdadu Belanda. Saat itu pula di meninggal dalam pertempuran. Ada beberapa pejuang yang selamat dalam pertempuran itu, yaitu Pang Paneuk dan Sidi Rajab. Dalam peristiwa tersebut atas inisiatif Teungku Yunus Lhong jenazah Teungku Peukan dan 5 pejuang lainnya (termasuk putra Teungku Peukan bernama Muhammad Kasimazs) dimakamkan di depan Masjid Jami' Baitul 'Adhim Blangpidie.[2]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Abuya Syammarfaly, H.Nyak Abbas SB, Rozal Nawafil
  2. ^ a b Abuya Syammarfaly, H.Nyak Abbas SB