Taman Jepara

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Taman Jepara atau Jeparanese Garden adalah Taman Khas Kabupaten Jepara yaitu taman yang dibangun[1] dengan gaya arsitektur tradisional Jepara. Prinsip dasar taman Jepara adalah miniaturisasi dari lanskap atau pemandangan alam Jepara. Taman Jepara dahulunya hanya di bangun di areal keraton, dan yang diperbolehkan masuk hanya keluarga Raja, fungsi taman tersebut untuk sarana hiburan serta untuk menyegarkan pikiran. Ornamen pada taman Jepara dahulu hanya menerapkan konsep arsitektur tradisional. Kini taman Jepara lebih mengarah keminiatur alam,[2] arsitektur, dan kultur budaya[3] Kabupaten Jepara dengan sentuhan sedikit modern. Bahkan sekarang taman Jepara dapat di buat oleh masyarakat umum, taman Jepara kini di bangun di hotel yang bertema Jepara, kantor, dan rumah milik pejabat, atau pengusaha. Taman Jepara terdapat ornamen yang menjadi simbol budaya khas Jepara.

Tanaman[sunting | sunting sumber]

Taman Jepara terdapat tanaman yang khas dan harus ada di Taman Jepara, yaitu:

Bunga Kenanga Putih merupakan bunga favorit Ratu Kalinyamat. Selain itu Bunga Kenanga Putih memiliki manfaat untuk kesehataan, diantaranya untuk mengobati sakit kepala, mual, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri haid, keputihan, sesak nafas, malaria.

Bunga Kantil merupakan bunga favorit R.A. Kartini. Selain itu Bunga Kantil memiliki makna kehidupan, karena bunga kantil mempunyai nilai rutinitas yang erat untuk beberapa orang Jawa, terutama Jawa Tengah termasuk juga Jepara baik dalam prosesi kelahiran, perkawinan, maupun kematian.

Pohon bunga melati diikat dengan pita merah melambangkan perjuangan dan kemajuan wanita serta menunjukkan tempat kelahiran Pahlawan Nasional RA Kartini. Juga untuk melukiskan keharuman, dan perilaku yang baik budi pekerti luhur.

Pohon Pisang Kipas sangat erat hubungannya dengan Kabupaten Jepara. Terbukti adanya motif daun jumbai, jumbai adalah daun yang terbuka seperti kipas, lebar dan membentuk irama yang dinamis seperti daun pisang kipas di motif ukiran khas Jepara.

Pohon[sunting | sunting sumber]

Taman Jepara terdapat pohon yang khas dan harus ada di Taman Jepara, yaitu:

adalah salah satu pohon yang di keramatkan masyarakat Jepara. Pohon kayu setigi tergolong kayu langka yang di zaman sekarang cukup sulit ditemui.Pertumbuhan pohon setigi cukup lambat dalam kurun waktu 5-10 tahun hanya berdiameter 4-7 cm saja dan tingginyapun tidak seberapa hanya sekitar 1 meter. Karakter batang setigi berkelok atau tidak lurus mempunyai serat yang alot atau keras lebih keras dari kayu biasa pada umumnya.Keunikan kayu setigi tenggelam di air walau hanya secuil saja,bahkan kualitas kayu setigi yang tua ratusan tahun dari kayu mati ngurak limbah serbuk gergajinya juga tenggelam di air.Keunikan yang lain adalah mempunyai sifat alami sebagai kayu penyedot bisa hewan atau serangga berbisa (upas-upasan bahasa jawa) dengan cara ditempelkan dibekas sengatan atau gititan “luka baru” kulit bekas gigitan akan terasa tersedot sampai bisa racun tadi keluar atau terhisap oleh kayu setigi.

adalah salah satu pohon yang di keramatkan masyarakat Jepara. Kayu Dewadaru[4] di Jepara (Karimunjawa) merupakan kayu yang paling dituakan[5] atau dikeramatkan, sejarah Sunan Nyamplungan yang membawa kayu ini dari ayahnya yaitu Sunan Gunung Muria yang dahulunya berbentuk tongkat alam. Tokoh spritual, metafisika, pedagang, pengusaha, bahkan pejabat banyak berburu jenis kayu dewadaru yang tenggelam sebagai media mistik juga nilai pengobatan medis maupun non medis.

adalah salah satu pohon yang di keramatkan masyarakat Jepara. Kayu kalimasada mempunyai warna yang cenderung hitam, kayunya ringan dengan serat atau belang mirip sono keling. Karimunjawa memang pulau mistik yang banyak menyimpan keanekaragaman jenis kayu langka bertuah termasuk kayu kalimasada yang biasa digabungkan dengan setigi maupun dewadaru atau kayu-kayu bertuah lainya. Pohon kalimosodo cenderung lebih cepat tumbuh atau besar mempunyai daun yang lebar dan berbuah orang pulau menyebut pentil kembang kalimosodo. Pohon ini biasa tumbuh didaerah rawa maupun di daratan namun mempunyai karakter kayu yang kering dan agak beserat kasar. Dari nama KALIMASADA ATAU KALIMOSODO mepunyai arti kalimah sahadad cocok dengan namanya jenis kayu ini untuk bertasbih,dzikir atau membaca aurad lelaku dapat meningkatkan energi spiritualis seseorang.

Pada motif ukiran khas Jepara mempunyai ciri khas yaitu Pada setiap pangkal daun jumbai biasanya keluar 3 atau 5 buah (biasanya disebut Buah Wuni).


Gerbang[sunting | sunting sumber]

Candi Bentar[sunting | sunting sumber]

Candi bentar adalah sebutan bagi bangunan gapura berbentuk dua bangunan serupa dan sebangun tetapi merupakan simetri cermin yang membatasi sisi kiri dan kanan pintu masuk. Candi bentar tidak memiliki atap penghubung di bagian atas, sehingga kedua sisinya terpisah sempurna, dan hanya terhubung di bagian bawah oleh anak tangga. Yang lazim ditemukan dalam arsitektur kuno dan klasik di Jawa dan Bali.

Bangunan ini lazim disebut "gerbang terbelah", karena bentuknya seolah-olah menyerupai sebuah bangunan candi yang dibelah dua secara sempurna. Bangunan gapura tipe ini terutama banyak dijumpai di Pulau Jawa, Bali, dan Lombok. Bangunan gerbang terbelah seperti ini diduga muncul pertama kali pada zaman Majapahit. Di kawasan bekas Kesultanan Mataram, di Jawa Tengah dan Yogyakarta, gerbang semacam ini juga disebut dengan "supit urang" ("capit udang"), seperti yang terdapat pada kompleks Keraton Solo, Keraton Yogyakarta, Keraton Kasepuhan dan Pemakaman raja-raja Imogiri. Meskipun makna supit urang biasanya mengacu kepada gerbang dengan jalan bercabang dua, biasanya jalan dan gerbang yang mengapit kiri dan kanan bangunan pagelaran keraton.

Paduraksa[sunting | sunting sumber]

Paduraksa adalah bangunan gapura berbentuk "gerbang yang memiliki atap penutup", yang lazim ditemukan dalam arsitektur kuno dan klasik di Jawa dan Bali. Kegunaan bangunan ini adalah sebagai pembatas sekaligus gerbang akses penghubung antarkawasan dalam kompleks bangunan khusus.

Fraktal Gebyok[sunting | sunting sumber]

Gerbang Fraktal Gebyok adalah Gerbang di bentuk dengan pengulangan fraktal gebyok lengkap dengan ukir khas Jepara, gerbang tersebut diletakkan untuk menghiasi taman ataupun rumah. tetapi tidak menutup kemungkinan Gerbang Fraktal Gebyog yang di bentuk dengan pengulangan di letakkan di antara Gerbang Candi bentar menuju Gerbang Paduraksa.

Dwarapala[sunting | sunting sumber]

Dwarapala adalah patung penjaga gerbang atau pintu dalam ajaran Siwa dan Buddha, berbentuk manusia atau raksasa yang memegang gada. Biasanya dwarapala diletakkan di luar untuk melindungi tempat suci atau tempat keramat didalamnya. Jumlah arca dwarapala dapat hanya sendirian, sepasang, atau berkelompok. Bangunan suci yang kecil biasanya memiliki hanya satu arca dwarapala. Seringkali dwarapala diletakkan berpasangan di antara gerbang masuk. beberapa situs bangunan suci yang lebih besar memiliki empat, delapan, bahkan duabelas arca dwarapala yang menjaga empat penjuru mata angin sebagai Lokapala, dewa penjaga empat atau delapan penjuru mata angin.

Gazebo[sunting | sunting sumber]

Arah[sunting | sunting sumber]

Gazebo merupakan suatu bangunan yang ada di taman, biasanya tiap sisinya terbuka karena sesuai dengan tujuan utamanya, gazebo merupakan tempat yang nyaman untuk menikmati taman. Dengan sisi yang terbuka, Anda yang sedang berada di dalamnya dapat menikmati pemandangan taman dengan lebih bebas juga dapat menikmati udara yang bertiup tanpa terhalang penutup pada tiap sisi. Seperti halnya Joglo Jepara, Gazebo Jepara harus menghadap ke laut dengan maksud agar berpikiran luas. Gazebo Jepara juga harus membelakangi gunung dengan maksud agar tidak congkak dan tinggi hati.

Genteng[sunting | sunting sumber]

Genteng Kerpus Tradisional Jepara atau Genteng Wuwungan Khas Jepara merupakan genteng yang memiliki ukiran yang indah dan terkandung filosofi di dalamnya. yaitu:

  • Genteng Makuta

genteng ini hanya ada satu dan terdapat pada bagian paling atas dan tepat ditengah, yang artinya penguasa harus memiliki sifat adil dan bijaksana.

  • Genteng Gajahan

bentuk genteng yang tidak patah tetapi melengkung yang mempunyai maksud sebagai perwujudan cara hidup yang luwes. Sebagian orang menyebut genteng gajahan dengan sebutan genteng gatotkaca.

  • Genteng Krepyak

menghadap ke atas sebagai motivasi bukan untuk jadi rendah diri.

Hiasan (ornamen)[sunting | sunting sumber]

Impes[sunting | sunting sumber]

Impes merupakan lentera tradisional khas dari Kabupaten Jepara. Lampu taman yang menggantung dari tiang dan lampu tersebut berbentuk menyerupai Impes baik dari bahan sesungguhnya yaitu kertas, ataupun terbuat dari kain, kaca, akrilik, ataupun plastik.

Pohon Air Warna[sunting | sunting sumber]

Pohon air warna[6] adalah plastik bening yang di isi air berwarna-warni kemudian di gantungkan pada ranting pohon di taman depan rumah, baik dipasang pada depan pintu, maupun di pasang pada halaman depan rumah. Air plastik tersebut dahulunya sebagai penolak bala, namun sekarang plastik air warna tersebut digunakan sebagai ornamen untuk memeriahkan suatu acara.

Macan Kurung[sunting | sunting sumber]

Ornamen lentera taman yang berbentuk menyerupai Macan Kurung tapi bukan terbuat dari kayu melainkan terbuat dari batu ataupun semen.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]