Propaganda

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Poster Perang Dunia II dari Angkatan Bersenjata Amerika tentang Jepang yang diasosiasikan sebagai tikus (binatang yang merugikan) mendekati perangkap yang diberi tanda "Angkatan Laut, Angkatan Darat, Sipil", sebagai latar belakang peta negara bagian Alaska

Propaganda (dalam bahasa Latin modern: "propagare" diartikan "mengembangkan" atau "memekarkan")[1], diayah, atau daayah merupakan serangkaian pesan dengan tujuan agar dapat memengaruhi pendapat seseorang, tindakan masyarakat atau sekelompok orang. Informasi dari propaganda tidak disampaikan secara obyektif, melainkan informasi yang diberikan dibangun dengan tujuan agar dapat memengaruhi pihak-pihak yang mendengar maupun yang melihatnya.[2]

Ketika orang mendengar istilah "propaganda" akan langsung menjadi gambaran di benak banyak orang sebagai suatu tindakan atau hal yang buruk.[3] Berbagai bahan dan media digunakan untuk menyampaikan pesan propaganda, yang berubah seiring dengan penemuan teknologi baru, termasuk lukisan, kartun, poster, pamflet, film, acara radio, acara TV, dan situs web. Propaganda di era digital merupakan cara penyebaran yang baru muncul. Misalnya menyebarkan propaganda melalui berita palsu atau bias dan media sosial.[4] Propaganda dilakukan menggunakan bahasa ekspresif dan emosional yang bertujuan untuk menggerakkan atau mengubah pikiran manusia yang sering juga dikaitkan dalam bidang irasional.[5]

Secara sistematis, propaganda membentuk persepsi dan kognisi yang memengaruhi respons perilaku propaganda.[6] Komunikasi dilakukan dari satu orang kepada banyak orang, memisahkan antara komunikator terhadap komunikannya.[6] Jacques Ellul mengatakan bahwa komunikator dalam propaganda yang dilakukan merupakan perwakilan dari suatu organisasi atau lembaga yang berupaya mengendalikan kehendak masyarakat targetnya atau komunikannya.[7] Hal ini dapat disimpulkan bahwa komunikator pada propaganda yang ditujukan merupakan sesorang yang ahli baik dalam teknik penguasaan atau kontrol sosial.[7]

Definisi[sunting | sunting sumber]

Kata propaganda dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai penerangan berupa paham, pendapat, dan sebagainya yang benar atau salah yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu.[8] Propaganda dalam bahasa Latin modern yakni "propagare" diartikan mengembangkan atau memekarkan. Jadi, propaganda berarti apa yang akan disebarkan.[9]

Penggunaan secara istilah, propaganda diartikan sebagai suatu usaha dalam membentuk persepsi, manipulasi pikiran bawah sadar atau kognisi, dan memiliki pengaruh langsung terhadap perilaku dengan memberikan respons sesuai yang dikehendaki pelaku propaganda baik secara disengaja dan sistematis.[10] Secara umum, propaganda didefinisikan sebagai jenis komunikasi yang dirancang untuk memengaruhi opini dan reaksi, terlepas dari apakah informasi itu benar atau salah. Propaganda berusaha membujuk opini tanpa memberikan alasan yang relevan.[11] Orang cenderung mengartikan propaganda sebagai pengartian negatif karena dapat melibatkan agresi militer, tindak kriminal publik, politik tidak sehat dan lain sebagainya.[12]

Propaganda modern[sunting | sunting sumber]

Definisi propaganda modern

Propaganda adalah usaha dengan sengaja dan sistematis, untuk membentuk persepsi, memanipulasi pikiran, dan mengarahkan kelakuan untuk mendapatkan reaksi yang diinginkan penyebar propaganda.

— Garth S. Jowett dan Victoria O'Donnell[13]
  • Jacques Ellul mendefinikan propaganda sebagai komunikasi yang “digunakan oleh suatu kelompok terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan-tindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan secara psikologis dan tergabungkan di dalam suatu kumpulan atau organisasi.”[14] Bagi Ellul, propaganda erat kaitannya dengan organisasi dan tindakan, yang tanpa propaganda praktis tidak ada.[7]
  • Dalam Everymans encyclopedia, propaganda merupakan suatu seni untuk menyebarkan dan meyakinkan suatu kepercayaan, khususnya kepercayaan terhadap agama atau politik.[15]
  • Leonard W. Dobb, sebagai pakar opini publik, menyatakan bahwa propaganda merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh individu-individu yang berkepentingan untuk mengontrol sikap kelompok termasuk dengan cara menggunakan sugesti, sehingga berakibat menjadi kontrol terhadap kegiatan kelompok tersebut.[16]
  • Harold Lasswell mengatakan propaganda adalah propaganda merupakan pengaturan dari perilaku kolektif dengan melakukan manipulasi pada simbol-simbol yang signifikan.[17] Penggunaan istilah perilaku kolektif dalam melakukan propoganda sebagai upaya untuk mempengaruhi aktivitas manusia dengan memanipulasi kinerjanya pemotretan terhadap opini publik, tata nilai tanpa kedekatan secara fisik.[17]

Komponen propaganda[sunting | sunting sumber]

Propaganda akan terjadi apabila terdapat komponen propaganda dalam berkomunikasi. Adapun komponen-komponen yang termasuk dalam promosi, untuk membentuk komunikasi sebagai berikut.

  1. Pihak penyebar informasi, berupa komunikator, atau orang yang dilembagakan/lembaga yang menyampaikan pesan dengan isi dan tujuan tertentu,
  2. Komunikan yang diharapkan menerima pesan atau sasaran penerima pesan, kemudian melakukan sesuatu menurut cara yang ditentukan oleh komunikator,
  3. Pesan-pesan tertentu dirumuskan sedemikian rupa sehingga efektif mencapai tujuannya,
  4. Tepat atau sesuai dengan situasi dari komunikan selaku penyebar sarana atau media situasi,
  5. Kebijakan atau propaganda politik yang menentukan isi dan tujuan yang ingin dicapai,
  6. Kemajuan yang berkesinambungan atau secara terus-menerus,
  7. Memiliki kemampuan dalam proses untuk menyampaikan gagasan, ide/keyakinan atau doktrin,
  8. Bertujuan untuk memengaruhi perubahan teknologi opini, sikap dan perilaku individu/kelompok, mempertegas pengendalian terhadap pengaruh dari luar,
  9. Kondisi dan keadaan yang memungkinkan kegiatan publisitas propaganda yang relevan,
  10. Mengikuti atau menggunakan prosedur dan metode perencanaan secara sistematis, dan
  11. Prosedur yang dirancang memiliki tujuan yang konkret untuk memengaruhi dan mendorong komunikator untuk mengikuti keinginan atau cara yang ditentukan oleh komunikator.[18]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Propaganda kuno[sunting | sunting sumber]

Propaganda sudah ada sejak awal terdokumentasinya sejarah manusia. Inskrpsi Behistun (515 SM) yang menggambarkan kenaikan Darius I ke tahta Persia merupakan contoh propaganda awal. Arthashastra yang ditulis oleh Chanakya (350 - 283 SM), profesor di Universitas Takshashila, membahas propaganda secara detail, termasuk cara menyebarkan propaganda dan pemakaiannya dalam peperangan. Muridnya, Chandragupta Maurya (340 - 293 SM), menggunakan cara-cara ini untuk mendirikan dan menjadi pemimpin Kekaisaran Maurya.[19] Tulisan karya penulis Romawi Kuno seperti Livy (59 SM - 17 M) dianggap propaganda pro-Romawi yang hebat. Contoh lain adalah The War of the Irish with the Foreigners abad ke-12, oleh para Dál gCais yang menggambarkan mereka sebagai penguasa sejati Irlandia.

Pada tahun 1863 di Jawa ditemukan sebuah prasasti peninggalan pemerintahan Kerajaan Tarumanegara yaitu Prasasti Ciaruteun yang mengungkap adanya tradisi propaganda kerajaan kuno dengan agama dengan menggunakan kultus individu terhadap Raja Purnawarman. Pada prasasti tersebut terukir pahatan stempel kaki sang raja dengan tulisan Sansekerta beraksara Pallawa yang menyatakan: "Inilah (tanda) sepasang telapak kaki yang seperti kaki Dewa Vishnu (pemelihara) ialah telapak yang mulia sang Purnnavarmmana, raja di negara Taruma, raja yang gagah berani di dunia".[20]

Pergeseran makna[sunting | sunting sumber]

Pada abad ke-17 Gereja Katolik Roma mendirikan Perkumpulan Propaganda Suci (Sacred Congregation of Propaganda) di bawah kemimpinan Paus Gregorius XIII. Ia mengemukakan propaganda sebagai suatu hal yang harus disebarkan. Tujuan dari perkumpulan itu adalah pembentukan komisi untuk mengelola lembaga pendidikan Katolik mengenai penyebaran keyakinan. Aktivitas komisi berhenti setelah kematian Gregorius XIII. Kemudian Paus Gregorius XV pada masa jabatan pada 1621-1623, ia melakukan penyebarluasan terhadap keyakinan dari perkumpulan suci "de Propaganda Fide" yang dibentuknya berlokasi di dekat Spanyol dan Roma, tepatnya di jalan Via di Propaganda. Usaha yang dilakukan berlangsung bertahun-tahun dalam melakukan propaganda atau "pemasaran" yang menjangkau masyarakat melalui percetakan dan ahli bahasa.[21] Beberapa hal yang dianggap memiliki kedekatan hubungan dengan propaganda adalah kesalahan informasi seperti inflasi bahasa dan penggelembungan bahasa yang disebarluaskan.

Pada abad ke-20 istilah propaganda menjadi berkonotasi negatif (bermakna negatif) menakutkan, karena propaganda yang dilakukan oleh kaum Nazi Jerman dengan paham Fasisme dan juga oleh Uni Soviet dalam menyebarkan doktrin komunisme.[22] Dalam penyebarannya, gerakan propaganda politik berpidato melalui media massa yang pada saat itu dipandang suatu kegiatan kontroversial bersifat persuasif.

Ruang lingkup[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan sifatnya[sunting | sunting sumber]

Propaganda putih[sunting | sunting sumber]

Propaganda putih juga dikenal sebagai overt propaganda atau propaganda terbuka[23] merupakan propaganda yang berasal dari sumber yang teridentifikasi dengan benar, dan informasi dalam pesan cenderung akurat. Upaya propaganda ini berusaha membangun kredibilitas dengan audiens, agar berguna di masa yang akan datang.[24]

Propaganda hitam[sunting | sunting sumber]

Propaganda hitam juga dikenal sebagai covert propaganda atau propaganda terselubung[23] merupakan propaganda yang berasal dari sumber pihak lawan dan informasi dalam pesan yang diajukan cenderung bertentangan atau berlawanan dengan pesan dari propagandis (komuninkator).[25]

Propaganda abu-abu[sunting | sunting sumber]

Propaganda abu-abu merupakan propaganda yang asal sumbernya teridentifikasi, namun karena keberadaan dari propagandis (komunikator) yang dinilai pura-pura. Keberadaan propagandis kadang memperlihat dirinya sebagai sumber netral artinya berada dipihak lawan.[25]

Berdasarkan medianya[sunting | sunting sumber]

Propaganda vertikal[sunting | sunting sumber]

Propaganda vertikal merupakan propaganda yang menggunakan semua metode teknis komunikasi massa (media massa).[26] Propaganda ini dilakukan oleh satu pihak disebar kepada banyak orang dengan mengandalkan media massa untuk menyebarkan informasi ataupun pesan.[27]

Propaganda horizontal[sunting | sunting sumber]

Propaganda horizontal (horizontal propaganda) merupakan propaganda melalui komunikasi interpersonal dan komunikasi organisasi dibanding komunikasi massa dan biasanya digunakan oleh partai politik.[27]

Berdasarkan sumbernya[sunting | sunting sumber]

Propaganda tertutup[sunting | sunting sumber]

Propaganda tertutup merupakan propaganda yang berasal dari sumbernya tidak diketahui atau tidak jelas dan secara tertutup.[28] Pengungkapan dalam propaganda tidak diketahui secara jelas, niat propagandis tidak langsung muncul.

Propaganda terbuka[sunting | sunting sumber]

Propaganda terbuka merupakan propaganda yang berasal dari sumber yang disebutkan dengan jelas dan secara terbuka.[28] Pengungkapan dalam propaganda telah jelas, niat propagandis langsung muncul.

Propaganda tertunda[sunting | sunting sumber]

Propaganda tertunda (delayed revealed propaganda) merupakan propaganda yang berasal atau awal mulanya dirahasiakan, akan tetapi cepat atau lambat akan disebutkan jelas dan secara terbuka.[28] Pengungkapan dalam propaganda itu tertunda, niat propagandis tidak segera muncul. Namun Seluruh tujuan dan niat terungkap selang beberapa waktu tertentu

Berdasarkan metode[sunting | sunting sumber]

Metode koersif[sunting | sunting sumber]

Metode koersif merupakan propaganda yang menerapkan metode ancaman dan bahasa kekerasan yang membuat komunikan selaku target propaganda mengikuti apa yang diinginkan oleh komunikator selaku propagandis, karena didorong oleh rasa takut, terancam atau khawatir.[28]

Metode persuasif[sunting | sunting sumber]

Metode persuasif merupakan propaganda yang menerapkan metode penyampaian pesan yang menarik dengan tujuan agar komunikan selaku target propaganda senang dan rela mengikuti apa yang diinginkan komunikator selaku propagandis.[28]

Metode pervasif[sunting | sunting sumber]

Metode pervasif merupakan propaganda komunikasi yang menerapkan metode penyampaian pesan secara luas serta dilakukan secara terus menerus kepada komunikan selaku target sehingga menjadi bagian dari yang diinginkan oleh komunikator selaku propagandis.[29]

Berdasarkan sistem[sunting | sunting sumber]

Propaganda interaksi simbolik[sunting | sunting sumber]

Interaksi simbolik merupakan propaganda menggunakan lambang komunikasi dalam berbagai arti baik bahasa lisan atau tulis, gambar dan isyarat yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga merangsang jiwa komunikan selaku target propaganda untuk menerima pesan dan kemudian memberikan tujuan dari keinginan komunikator selaku propagandis.[3][30]

Propaganda dengan perbuatan[sunting | sunting sumber]

Propaganda dengan perbuatan merupakan propaganda yang menggunakan perbuatan nyata untuk memaksa komunikan selaku target penerima pesan dan melakukan tindakan yang dikehendaki komunikator selaku propagandis. Propaganda ini mengacu pada konsep aksi kekerasan yang biasanya dilakukan oleh kaum anarkis melalui bentuk wacana politik sebagai cara untuk memberikan inspirasi terhadap massa dan mendorong terjadinya revolusi struktur politik di negara tertentu. Bentuk kekerasannya dapat mengejutkan, menakutkan, dan menginspirasi jaringan orang yang lebih besar (seperti teroris) daripada sebelumnya.[30][31]

Berdasarkan tujuan[sunting | sunting sumber]

Propaganda sosial[sunting | sunting sumber]

Propaganda sosial merupakan propaganda merujuk dan menyebar pada keadaan opini umum atau publik tanpa terlihat kemunculan dari propaganda itu. Seperti, sejumlah masyarakat mencoba untuk mengintegrasikan perilaku anggotanya menurut polanya pada dirinya sendiri dan menyebarkan gaya hidupnya.[32]

Propaganda politik[sunting | sunting sumber]

Propaganda politik merupakan propaganda yang dilakukan oleh pemerintah, partai politik, dan kelompok kepentingan untuk membentuk dan menumbuhkan opini publik melalui informasi spesifik jangka pendek untuk mencapai tujuan politik (strategis atau taktis). Propaganda politik melibatkan bentuk kegiatan komunikasi politik secara terencana dan sistematis. Komunikasi politik yang dilakukan, baik satu arah maupun dua arah, yang dijadikan pandangan politik dengan menggunakan teknik periklanan, propaganda, dan hubungan masyarakat sesuai dengan tuntutan zaman dan ketentuan atau keadaan tertentu secara terus menerus.[33]

Propaganda agitasi[sunting | sunting sumber]

Propaganda agitasi merupakan propaganda sebagai upaya agar seseorang bersedia memberikan pengorbanan yang besar bagi tujuan yang langsung, mengorbankan jiwa mereka dalam usaha mewujudkan cita-cita dalam tahap-tahap yang merupakan suatu rangkaian. Propaganda ini sering kali dikaitkan dengan hal negatif, karena memiliki sifat menghasut, meangancam, memaksa, ketidakpuasan didepan masyarakat umum dan mendorong terjadi pemberontakan.[34]

Propaganda integrasi[sunting | sunting sumber]

Propaganda integrasi merupakan propaganda yang mirip jenis propaganda sosial, propaganda sebagai upaya yang bertujuan membuat individu berpartisipasi dalam masyarakat sosial agar menstabilkan, menyatukan dan memperkuatnya.[35]

Hubungan antara iklan, humas, dan propaganda[sunting | sunting sumber]

Dalam bidang periklanan atau kehumasan untuk tujuan komersial, bisa jadi sesuatu itu bukan murni propaganda, tetapi dapat mengandung elemen propaganda saat pesan bertujuan untuk menyesatkan penerima pesan dengan menyembunyikan:

  • Sumber informasi
  • Tujuan informan
  • Sisi lain cerita (hanya satu pihak)
  • Konsekuensi saat pesan ini diadopsi.

Etika komunikasi persuasif[sunting | sunting sumber]

Untuk menghindari propaganda, praktisi humas memiliki beberapa etika komunikasi persuasif yang diperkenalkan oleh Prof. Richard L. Johannesen dari Northen Illinois University di mana mereka diberikan seperangkat pemilah untuk membedakan mana yang diperbolehkan dalam pesan membujuk dan mana yang dilarang dan termasuk propaganda.[36]

Teknik-teknik propaganda[sunting | sunting sumber]

Teknik-teknik propaganda buku Dan Nimmo yang membahas mengenai pentingnya propaganda dengan memanfaatkan kombinasi antar kata, tindakan, dan logika sebagai tujuan persuasif yakni Pemberian julukan, Penyamarataan yang berkilap, Teknik pemindahan, Tebang pilih, Teknik bandwagon, Manusia biasa, dan Kesaksian.[37]

Pemberian julukan[sunting | sunting sumber]

Pamflet anti-PKI

Pemberian julukan adalah penggunaan julukan untuk menjatuhkan seseorang, istilah, atau ideologi dengan memberinya arti negatif. Teknik ini bertujuan untuk memanipulasi atau memengaruhi opini publik secara halus, sehingga opini publik konsisten dengan opini produser propaganda.[38] Dapat pula diartikan sebagai teknik pemanggilan nama untuk menghubungkan seseorang atau ide dengan simbol negatif. Propaganda yang menggunakan teknik ini berharap pendengar akan menolak orang atau ide berdasarkan simbol negatif, daripada melihat bukti yang ada.[39]

Penyamarataan yang berkilap[sunting | sunting sumber]

Penyamarataan berkilap adalah penyampaian pesan yang memiliki implikasi bahwa sebuah pernyataan diinginkan oleh banyak orang atau mempunyai dukungan luas. Teknik digunakan ini mengandung penyampaian pesan yang tidak jelas tetapi menarik, biasanya digunakan dalam propaganda dan kampanye politik untuk mendapatkan reaksi yang menguntungkan. Contohnya adalah "pemerintahan yang baik dan bersih" dan "warisan mulia kita".[40]

Teknik pemindahan[sunting | sunting sumber]

Teknik transfer adalah suatu teknik propaganda dengan membawa otoritas, sanksi, dan wibawa dari sesuatu yang dihormati dan dihargai ke sesuatu yang lain agar pesan itu dapat diterima. Transfer ini juga menggunakan otoritas, sanksi, dan ketidaksetujuan untuk menyebabkan seseorang menolak dan tidak menyetujui sesuatu yang propagandis.[41]

Tebang pilih[sunting | sunting sumber]

Tebang pilih adalah suatu teknik persuasi yang mencoba memengaruhi opini melalui distorsi yang disengaja, seperti dalam menekan informasi, menekankan fakta yang dipilih, memanipulasi statistik, dan mengutip penelitian yang dicurangi atau dipertanyakan.[42]

Teknik bandwagon[sunting | sunting sumber]

Teknik bandwagon adalah teknik dilakukan dengan mempropagandakan agar sukses dapat dicapai oleh seseorang, suatu lembaga/organisasi.[43] Bandwagon adalah teknik persuasif dan jenis propaganda di mana seorang propagandis membujuk pembacanya, sehingga mayoritas bisa setuju dengan argumen propagandis. Teknik propaganda umum ini digunakan untuk meyakinkan publik untuk berpikir, berbicara, atau bertindak dengan cara tertentu hanya karena orang lain melakukannya. Masyarakat diundang untuk “melompat ke kereta” dan tidak ketinggalan atau tertinggal karena masyarakat lainnya terlibat dalam apa yang mereka anggap sebagai perilaku yang benar.[44]

Manusia biasa[sunting | sunting sumber]

Manusia biasa adalah salah satu teknik propaganda yang berusaha mendekati dan meyakinkan seseorang bahwa idenya bagus karena mereka berasal dari rakyat.[42] Teknik propaganda yang menggunakan pendekatan yang digunakan oleh seseorang untuk menunjukkan bahwa dirinya rendah hati dan empati dengan penduduk pada umumnya.

  • Cara ini banyak digunakan untuk kampanye untuk memperoleh kekuasaan politik (kursi presiden, bupati, pemerintah daerah). Biasanya acara telah dirancang sedemikian rupa saat individu yang dicalonkan lewat, maka ia akan mencium bayi, bersalaman dengan orang biasa, hingga memeluk orang papa.

Kesaksian[sunting | sunting sumber]

Kesaksian adalah salah satu teknik propaganda yang paling umum dengan mengutip perkataan terkenal tentang baik buruknya suatu ide atau produk yang ditampilkan agar orang terpengaruh untuk mengikuti, atau kadang-kadang dalam kesaksiannya orang yang sama menjelek-jelekkan produk yang lain.[45]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Widyananda, Rakha Fahreza (2020). Fahreza, Rakha, ed. "Propaganda adalah Menyiarkan Pendapat untuk Mencari Dukungan, Ketahui Pengertiannya". Merdeka.com. Diakses tanggal 2021-12-25. 
  2. ^ Lestari, Ambar Sri (2020). Narasi dan Literasi Media dalam Pemahaman Gerakan Radikalisme:Konsep dan Analisis (edisi ke-1). Depok: Rajawali Pers. hlm. 41. ISBN 978-623-231-387-3. 
  3. ^ a b Munthe, Moeryanto Ginting (2010). "Propaganda dan Ilmu Komunikasi". ULTIMACOMM. 2 (2): 39–50. doi:10.31937/ultimacomm.v2i2.191. 
  4. ^ Robinson, Gail (2019). Mass Commnunication and Journalism. Amerika Serikat: ED-Tech Press. hlm. 126. ISBN 978-1-83947-206-0. 
  5. ^ Hasan, Mohammad (2013). Metodologi Pengembangan Ilmu Dakwah (PDF). Surabaya: Pena Salsabila. hlm. 17. ISBN 978-602-9045-79-6. 
  6. ^ a b Qadaruddin, Muhammad (2018). Kepemimpinan Politik Perspektif Komunikasi. Sleman, Yogyakarta: Deepublish. hlm. 15. ISBN 978-602-453-185-0. 
  7. ^ a b c Sufyan, Fikrul Hanif (2018). Menuju lentera merah gerakan propagandis komunis di Serambi Mekah, 1923-1949. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hlm. 7. ISBN 9786023861125. 
  8. ^ "propaganda". kbbi.kemdikbud.go.id. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring. Diakses tanggal 2021-12-25. 
  9. ^ "propaganda, n". Oxford English Dictionary (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. Diakses tanggal 2021-12-27. 
  10. ^ Affandi, Muhajir (2017). Komunikasi Propaganda Suatu Pengantar. Yogyakarta: Deepublish. hlm. 14. ISBN 9786024535322. 
  11. ^ Sitoresmi, Ayu Rifka (2021). Mandasari, Rizky, ed. "Propaganda Adalah Menyampaikan Pendapat dengan Tujuan Tertentu, Pahami Definisinya". Liputan6.com. Diakses tanggal 2021-12-27. 
  12. ^ Rosramadhana (2020). MENULIS ETNOGRAFI: Belajar Menulis Tentang Kehidupan Sosial Budaya Berbagai Etnis. Yayasan Kita Menulis. hlm. 150. ISBN 9786237645177. 
  13. ^ Jowett, Garth S.; O’Donnell, Victoria (2012). Propaganda and Persuasion (PDF) (edisi ke-5). Amerika Serikat: SAGE Publications. hlm. 289. ISBN 978-1-4129-7782-1. 
  14. ^ Jacques Ellul, Propaganda: The Formation of Men's Attitudes, Knopf, 1965
  15. ^ Muqsith, Sulthan Jiyad; Alkhendra; Yazan, Sheiful; Fransiska, Arina (2019). "Teknik Propaganda pada Pemberitaan Calon Walikota Padang Jelang Pemilukada 2018 di Harian Padang Ekspress". AL MUNIR : Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam. 10 (2): 82. doi:10.15548/amj-kpi.v2i2.493. ISSN 2657-0521. 
  16. ^ Muqsith, Sulthan Jiyad; Alkhendra; Yazan, Sheiful; Fransiska, Arina (2019). "Teknik Propaganda pada Pemberitaan Calon Walikota Padang Jelang Pemilukada 2018 di Harian Padang Ekspress". AL MUNIR : Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam. 10 (2): 83. doi:10.15548/amj-kpi.v2i2.493. ISSN 2657-0521. 
  17. ^ a b Bachtiar, Andi Youna; Perkasa, Didin Hikmah; Sadikun, Mochamad Rizki (2016). "Peran Media Dalam Propaganda". Jurnal Komunikologi. 13 (2): 79. 
  18. ^ Bachtiar, Andi Youna; Perkasa, Didin Hikmah; Sadikun, Mochamad Rizki (2016). "Peran Media Dalam Propaganda". Jurnal Komunikologi. 13 (2): 82. 
  19. ^ Boesche, Roger. "Kautilya’s Arthasastra on War and Diplomacy in Ancient India", The Journal of Military History 67 (hal. 9–38), Januari 2003.
  20. ^ Ningsih, Widya Lestari (2021-08-13). Nailufar, Nibras Nada, ed. "Prasasti Ciaruteun: Lokasi Penemuan, Fungsi, Isi, dan Maknanya". Kompas.com. Diakses tanggal 2021-12-31. 
  21. ^ Gabay, Jonathan (2010). Soul trader: Para Pedagang Jiwa. Loveable Store. hlm. 4–5. ISBN 9786028224741. 
  22. ^ Mintargo, Wisnu (2003). "Lagu Propaganda Dalam Revolusi Indonesia: 1945-1949" (PDF). Humaniora. 15 (1): 106. doi:10.22146/jh.779. 
  23. ^ a b Rizkiansyah, Mariko (2013). "MAKNA IDEOLOGI DAN BENTUK PROPAGANDA MEDIA (Studi Semiotika Barthes media Eramuslim dan National Israel Terhadap Kasus Mavi Marmara)". Jurnal Komunikasi. 4 (1): 87. doi:10.36080/comm.v4i1.53. 
  24. ^ Jowett, Garth; O'Donnell, Victoria (2006). Propaganda and Persuasion (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-4). California: Sage Publications. hlm. 16. ISBN 1-4129-0897-3. 
  25. ^ a b Liliweri, Alo (2011). Komunikasi Serba Ada Serba Makna (edisi ke-1). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. hlm. 797. ISBN 978-602-8730-60-0. 
  26. ^ Marlin, Randal (2013). Propaganda and the Ethics of Persuasion (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-2). Kanada: Broadview Press. hlm. 29. ISBN 9781460403990. 
  27. ^ a b Hasan, Kamaruddin (2010). "Jenis-Jenis Propaganda" (PDF). repository.unimal.ac.id. hlm. 1. Diakses tanggal 2021-12-27. 
  28. ^ a b c d e Fathullah, Nurul Safitry (2020). "Propaganda Pembentukan Opini Publik Tentang Aksi Penolakan Rkuhp Dan Ruu Kpk 2019 Di Kota Makassar Pada Media Sosial Whatsapp" (PDF). repository.unhas.ac.id. Universitas Hasanuddin. hlm. 22. Diakses tanggal 2021-12-28. 
  29. ^ Fanani, Hamam (2015). "Teknik-Teknik Propaganda Dalam Berita Di Media Online (Analisis Isi Kuantitatif Teknik Teknik Propaganda Calon Presden Dan Calon Wakil Presiden Jokowi Dan Jusuf Kalla Dalam Berita Politik Di Situs Berita Online Detik.Com Dan Kompas.Com)" (PDF). repository.umy.ac.id/ (edisi ke-Lampiran). hlm. 5. Diakses tanggal 2021-12-28. 
  30. ^ a b "Mengenal Propaganda Politik di Era Post-Truth". brorivaicenter.com. BroRivai Center. Diakses tanggal 2021-12-28. 
  31. ^ McCafferty, Sean; Overton, Iain (2021). "The Improvised Explosive Device And 'The Propaganda Of The Deed'" (PDF) (dalam bahasa Inggris). Action on Armed Violence. hlm. vii. Diakses tanggal 2021-12-28. 
  32. ^ Marlin, Randal (2013). Propaganda and the Ethics of Persuasion (edisi ke-2). Kanada, Amerika Serikat: Broadview Press. hlm. 27. ISBN 9781770484665. 
  33. ^ ALP, Hakan (2016). "Political Advertising and Propaganda Within Spiral of Silence-Agenda Setting Theory" (PDF). Journalism and Mass Communication (dalam bahasa Inggris). 6 (1): 12–18. doi:10.17265/2160-6579/2016.01.002. 
  34. ^ Syarbaini, Syahrial; M. Nur, Syurya; Anom, Erman (2021). Teori dan Pemahaman Komunikasi Politik (PDF). Jakarta: Esa Unggul Press. hlm. 136. 
  35. ^ Marlin, Randal (2013). Propaganda and the Ethics of Persuasion (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-2). Kanada, Amerika Serikat: Broadview Press. hlm. 28. ISBN 9781770484665. 
  36. ^ "A Conversation about Communication Ethics" (PDF). Exploring Communication Ethics: 37, 41. 
  37. ^ Zakiyuddin, Ahmad (2018). "TEKNIK TEKNIK PROPAGANDA POLITIK JALALUDIN RAKHMAT (Studi kasus pada Kampanye Pemilu 2014 di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat)" (PDF). Jurnal Academia Praja. 1 (1): 39. doi:10.36859/jap.v1i01.41. 
  38. ^ Swan, Thomas (2020). "Name Calling Propaganda: Definition and Examples". soapboxie.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-27. 
  39. ^ Delwiche, Aaron (2018). "NAME-CALLING". propagandacritic.com (dalam bahasa Inggris). Propaganda Critic. Diakses tanggal 2021-12-24. 
  40. ^ "glittering generalities". dictionary.apa.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-28. 
  41. ^ Balnaves, Mark; Donald, Stephanie Hemelryk; Shoesmith, Brian (2009). Media Theories and Approaches: A Global Perspective (dalam bahasa Inggris). New York: Palgrave Macmillan. hlm. 134. ISBN 9781137094926. 
  42. ^ a b "Card stacking". dictionary.apa.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-30. 
  43. ^ Hasan, Kamaruddin (2011). "PRAKTIK DAN TEKNIK PROPAGANDA" (PDF). repository.unimal.ac.id. Universitas Malikussaleh. hlm. 3. Diakses tanggal 2021-12-28. 
  44. ^ "Public Relations and Propaganda Techniques". gspm.online.gwu.edu. Universitas George Washington. 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-25. Diakses tanggal 2021-12-28. 
  45. ^ Zakiyuddin, Ahmad (2018). "TEKNIK TEKNIK PROPAGANDA POLITIK JALALUDIN RAKHMAT (Studi kasus pada Kampanye Pemilu 2014 di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat)" (PDF). Jurnal Academia Praja. 1 (1): 51. doi:10.36859/jap.v1i01.41. 

Bacaan lebih lanjut[sunting | sunting sumber]

  • Altheide, David L. & Johnson, John M. 1980. Bureaucratic Propaganda. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
  • J. A. C. Brown. 1963. Techniques of Persuasion: From Propaganda to Brainwashing Harmondsworth: Pelican
  • John H. Brown. 2006. "Two Ways of Looking at Propaganda" Diarsipkan 2007-09-30 di Wayback Machine.
  • Combs, James E. & Nimmo, Dan. 1993. The New Propaganda: The Dictatorship of Palaver in Contemporary Politics. White Plains, N.Y. Longman.
  • Robert Cole. 1996. Propaganda in Twentieth Century War and Politics ()
  • Robert Cole, 1998. ed. Encyclopedia of Propaganda. 3
  • Nicholas John Cull, David Culbert, and David Welch, eds. 2003. Propaganda and Mass Persuasion: A Historical Encyclopedia, 1500 to the Present
  • Cunningham, Stanley, B. 2002. The Idea of Propaganda: A Reconstruction. Westport, Conn.: Praeger.
  • Edward S. Herman & Noam Chomsky. 1988. Manufacturing Consent: The Political Economy of the Mass Media. New York: Pantheon Books.
  • Hindery, Roderick R., 2001. Indoctrination and Self-deception or Free and Critical Thought?
  • Jowett, Garth S. dan O'Donnell, Victoria. 2006. Propaganda and Persuasion edisi ke-4. Thousand Oaks: CA: Sage
  • Nimmo, Dan. 1989. Komunikasi Politik (Komunikator, Pesan, dan Media). Bandung: Remadja Karya.
  • Nurudin. 2008. Komunikasi Propaganda. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • Shoelhi, Mohammad. 2012. Propaganda dalam komunikasi internasional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.