Pringgokusuman, Gedongtengen, Yogyakarta

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pringgokusuman
Negara Indonesia
ProvinsiDaerah Istimewa Yogyakarta
KotaYogyakarta
KecamatanGedongtengen
Kodepos
55272
Kode Kemendagri34.71.05.1002
Kode BPS3471120001
Luas0,46 km2
Jumlah penduduk15.617 jiwa (Tahun 2007)

Pringgokusuman (Jawa: ꦥꦿꦶꦁꦒꦏꦸꦱꦸꦩꦤ꧀, translit. Pringgakusuman) adalah sebuah kelurahan yang terletak di kemantren Gedongtengen, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Memiliki luas wilayah 0,46 km2. Kode Pos Kelurahan Pringgokusuman adalah 55272. Lokasi Kantor Kelurahan Pringgokusuman berada di Jl. Letjend Soeprapto No. 84 Yogyakarta

Batas-batas wilayah[sunting | sunting sumber]

Utara Kelurahan Bumijo dan Kelurahan Sosromenduran
Timur Kelurahan Sosromenduran
Selatan Kelurahan Ngampilan
Barat Sungai Winongo, Kelurahan Tegalrejo, dan Kelurahan Pakuncen

Pembagian administratif[sunting | sunting sumber]

Kelurahan Pringgokusuman terdiri dari 22 Rukun Warga (RW) dan 85 Rukun Tetangga (RT).[butuh rujukan] Wilayahnya juga meliputi 7 kampung, yaitu:[1]

  1. Gandekan Lor
  2. Jlagran
  3. Kemetiran Kidul
  4. Kemetiran Lor
  5. Notoyudan
  6. Pringgokusuman
  7. Sutodirjan

Notoyudan[sunting | sunting sumber]

Notoyudan adalah salah satu kampung di kelurahan Pringgokusuman. Berada di wilayah Kelurahan Pringgokusuman, Kecamatan Gedongtengen, Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kampung Notoyudan terbagi atas 4 Rukun Warga (RW) dan 19 Rukun Tetangga (RT).

Batas-batas wilayah Kampung Notoyudan adalah:

  • Utara: Kampung Pringgokusuman
  • Timur: Kampung Sutodirjan
  • Selatan: Kampung Sanggrahan (Ngampilan)
  • Barat: Sungai Winongo dan Kampung Sudagaran (Tegalrejo)

Di kampung Notoyudan ini terdapat sebuah ndalem atau kediaman bangsawan Kraton Yogyakarta yaitu Gusti Natayudha. Pada era tahun 1970an di pendopo ndalem Notoyudan sering dipakai untuk kegiatan kesenian, di antaranya langen mandra wanara, yang dilakukan oleh warga kampung Notoyudan. Kesenian langen mandra wanara merupakan salah satu kesenian khas Yogyakarta yang menggabungkan konsep seni tari, seni drama, seni musik, dan seni suara yang tergolong sebagai seni klasik Jawa gagrak Yogyakarta. Kesenian tradisional yang sudah sangat jarang ditampilkan ini mengambil kisah ramayana.[2][3][4]

Kependudukan (2007)[sunting | sunting sumber]

  • Jumlah Penduduk Tercatat: 15.617 jiwa
  • Jumlah Kepala Keluarga: 4.062 KK

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Sulistyowati, N. A., dan Priyatmoko, H. (2019). Toponim Kota Yogyakarta (PDF). Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 71. ISBN 978-623-7092-08-7. 
  2. ^ Herjaka HS (29 Oktober 2012). "Kesetiaan Juwaraya kepada Langen Mandra Wanara". http://tembi.net. Diakses tanggal 3 Februari 2016.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)[pranala nonaktif permanen]
  3. ^ Uun Halimah, "Tari Langen Mandra Wanara (Daerah Istimewa Yogyakarta)", http://uun-halimah.blogspot.co.id, diakses tanggal 3 Februari 2016  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  4. ^ "Various – Java: "Langen Mandra Wanara" Opéra De Danuredjo VII", http://www.discogs.com, diakses tanggal 3 Februari 2016  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)