Orientasi masa depan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Orientasi masa depan adalah sejauh mana seseorang atau kelompok berpikir mengenai masa depan mereka dengan mengkonsekuensi masa depan dan merencanakan sebuah rencana ke depan sebelum bertindak. Hal ini juga bisa merupakan pendapat dalam psikologi.

Orientasi masa depan memang merupakan satu atau dua hal yang sangat penting. Contohnya ketika seseorang mengalami masa pubertasnya dari remaja ke dewasa, ia akan melakukan masa transisi yang dimana mereka harus membuat pilihan terhadap kelompok sosialnya, jalur akademik, dan juga membuat pilihan mengenai perilaku yang akan berisiko tinggi ketika dilakukan, seperti penggunaan pada narkoba, alkohol dan aktivitas seksual.[1]

Perspektif masa depan[sunting | sunting sumber]

Terdapat berbagai cara untuk mengamati atau mengukur orientasi masa depan dari beberapa perspektif. Yang paling mudah diamati adalah yang berada pada diri masing - masing, yaitu optimisme diri, perspektif pada waktu dan lain sebagainya. Hal tersebut dianggap termasuk dalam memengaruhi cara orang untuk berpikir kedepan dan dapat merencanakan masa depan. Perasaan positif juga bisa termasuk dalam orientasi kedepan karena penuh akan harapan dan juga tujuan untuk hasil - hasil yang positif.[2]

Konsep[sunting | sunting sumber]

Pendekatan tematik[sunting | sunting sumber]

Pendekatan tematik disini berguna untuk memahami orientasi di masa depan karena berfokus pada tema yang dirujuk oleh seorang individu dan juga kelompok saat mereka sedang memikirkan masa depan. Hal tersebut bisa disebut sebagai 'representasi kognitif' akan masa depan dengan berfokus pada sebuah gambar atau domain tertentu yang dapat diisi dengan pemikiran mengenai masa depan.

Hal ini mulai melesat populer pada tahun 1980-an. Karena secara tradisional hal tersebut akan diukur dengan meminta seseorang untuk membuatkan daftar harapan dan juga ketalutan mereka akan masa depan melalui beberapa pertanyaan terbuka, yang kemudian dikelompokkan kedalam beberapa kategori seperti pendidikan, pekerjaan, karir, dan lain sebagainya.[3]

Inti budaya[sunting | sunting sumber]

Pada pendekatan tematik sebelumnya bisa dipastikan sespesifik bagaimana inti budaya masa depan. Dari beberapa perbedaan terutama pada kondisi fisik, orientasi budaya dan juga keyakinan yang berbeda bisa ditemukan pada peran orang dewasa. Diluar tiga hal tersebut orang - orang membangun masa depan mereka akan sesuai dengan norma, nilai dan juga kondisi kehidupan di mana mereka tinggal atau menempati sebuah tempat (seperti konteks sosial dimana mereka berada)

Model komponen orientasi masa depan[sunting | sunting sumber]

Pada model ini umumnya hanya berlaku pada bagian kehidupan yang berbeda dan yang mencakup pada tiga komponen yang dapat dijadikan langkah. Tiga komponen tersebut adalah motivasi, kognitif dan perilaku.

Komponen motivasi ini berkaitan dengan pertanyaan - pertanyaan yang meliputi apa yang menbuat orang berpikir tentang masa depan. Komponen kognitif ini berkaitan dengan seberapa sering seseorang memikirkam masa sepan mereka dalam konsep yang berbeda (seperti ingin berpendidikan tinggi, memiliki pekerjaan atau juga berkarier) dan bagaimana orang tersebut dapat berhubungan dengan aspek lain baik dalam hal pendekatan yaitu sebuah harapan atau juga penghindaran yaitu sebuah ketakutan. Lalu pada komponen perilaku yaitu komponen dimana seseorang akan mengeksplorasi mengenai opsi masa depan dengan cara mencari saran, mengumpulkam beberapa informasi dan juga mengevaluasi kesesuainnya yang bersifat pribadi.

Orientasi diri dengan masa depan[sunting | sunting sumber]

Setiap individu yang memiliki pemahaman diri lebih memiliki kemungkinan kecil untuk mengalami depresi, kecemasan dan juga masalah eksternal. Karena individu tersebut biasanya memiliki pemikiran yang positif mengenai masa depan mereka dan mereka akan cenderung lebih percaya diri.[4]

Perkembangan[sunting | sunting sumber]

Orientasi pada masa depan adalah sebuah bawaan. Hal tersebut mencakup pada pikiran, rencana, motivasi, harapan dan juga perasaan individu terhadap masa depannya. Hal tersebut menjadi semakin relevan pada masa remaja dikarenakan orientasi masa depan akan meningkat seiring bertambahnya usia, tetapi hal tersebut juga dapat diidentifikasi sejak bayi. Sebuah studi menunjukan bahwa orang yang memiliki usia yang lebih memiliki orientasi masa depan lebih besar dibandingkan dengan remaja.[5]

Dampak[sunting | sunting sumber]

Prestasi akademik[sunting | sunting sumber]

Beberapa peneliti melakukan penelitian mengenai orientasi masa depan dengan prestasi akademik pada setiap individu dan mereka menemukan bahwa jika membayangkan diri sendiri dengan hal yang positif untuk masa depan, otomatis individu akan merasa termotivasi untuk berhasil secara akademis.

Perilaku yang bermasalah[sunting | sunting sumber]

Orientasi masa depan memiliki kemungkinan untuk tidak hanya memotivasi, seperti mengejar prestasi akademik. Tetapi juga dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan mengenai apakah akan terlibat dalam masalah. Jika seorang remaja tidak memiliki harapan positif pada masa depannya, ada kemungkinan mereka tidak peduli dengan konsekuensi dari risiko tersebut, seperti terlibat kriminal dan melakukan perilaku kekerasan. Pada intinya, peneliti menunjukan bahwa individu yang merencanakan masa depan dapat mengurangi kemungkinan bahwa individu akan melakukan aktivitas yang berisiko dan berbahaya.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Johnson, Sarah R. Lindstrom; Blum, Robert W.; Cheng, Tina L. (2014-11-01). "Future orientation: a construct with implications for adolescent health and wellbeing". International Journal of Adolescent Medicine and Health (dalam bahasa Inggris). 26 (4): 459–468. doi:10.1515/ijamh-2013-0333. ISSN 2191-0278. PMC 4827712alt=Dapat diakses gratis. PMID 24523304. 
  2. ^ Nurmi, Jari-Erik (1991-03-01). "How do adolescents see their future? A review of the development of future orientation and planning". Developmental Review (dalam bahasa Inggris). 11 (1): 1–59. doi:10.1016/0273-2297(91)90002-6. ISSN 0273-2297. 
  3. ^ Trommsdorff, Gisela; Lamm, Helmut (1980). "Future orientation of institutionalized and noninstitutionalized delinquents and nondelinquents". European Journal of Social Psychology (dalam bahasa Inggris). 10 (3): 247–278. doi:10.1002/ejsp.2420100304. ISSN 1099-0992. 
  4. ^ Seginer, Rachel (2009). Future orientation: Developmental and ecological perspectives. New York: Springer. ISBN 978-0-387-88640-4. 
  5. ^ Steinberg, Laurence; Graham, Sandra; O’Brien, Lia; Woolard, Jennifer; Cauffman, Elizabeth; Banich, Marie (2009). "Age Differences in Future Orientation and Delay Discounting". Child Development (dalam bahasa Inggris). 80 (1): 28–44. doi:10.1111/j.1467-8624.2008.01244.x. ISSN 1467-8624.