Nilai sosial

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Nilai sosial adalah berbagai prinsip, anggapan maupun keyakinan yang berlaku dalam suatu masyarakat. Nilai ini menjadi pedoman hidup bagi anggota masyarakat dan dianggap baik dan benar serta wajib dipatuhi. Nilai sosial tidak berbentuk tulisan, melainkan berbentuk lisan serta diketahui dan disepakati bersama oleh setiap anggota masyarakat. Pewarisan nilai sosial dilakukan oleh generasi lama ke generasi baru secara turun-temurun. Dalam suatu masyarakat, nilai sosial dapat sangat beragam dan selalu berubah mengikuti perkembangan dalam masyarakat itu sendiri. Nilai sosial diperlukan untuk mengatur hubungan antaranggota masyarakat.[1] Masyarakat akan berperilaku sesuai dengan norma sosial yang berlaku dan menentukan apa yang benar dan penting berdasarkan nilai sosialnya.[2] Perwujudan nilai-nilai sosial dalam kehidupan sehari-hari akan membentuk pandangan hidup dan identitas budaya yang menjadi pembeda bagi suatu masyarakat tertentu dengan masyarakat yang lain.[3]

Sumber[sunting | sunting sumber]

Tuhan, masyarakat, dan individu menjadi sumber utama dari nilai sosial. Penetapan nilai sosial yang bersumber dari Tuhan dilandasi oleh doktrin agama yang menjadi pedoman manusia dalam bersikap dan bertindak. Nilai sosial yang bersumber dari masyarakat merupakan hasil kesepakatan sejumlah anggota masyarakat. Sedangkan nilai sosial yang bersumber dari individu merupakan hasil rumusan seseorang dalam suatu masyarakat yang kemudian dijadikan pedoman bagi seluruh anggota masyarakatnya.[4]

Ciri-ciri[sunting | sunting sumber]

Secara umum, nilai sosial memiliki ciri-ciri berikut:[5]

  1. Terbentuk melalui interaksi sosial antarmanusia secara terus menerus.
  2. Diwariskan melalui proses belajar dalam bentuk sosialisasi, akulturasi, dan penyebaran kebudayaan.
  3. Aturan atau tolok ukur ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial.
  4. Nilai yang terkandung bersifat berbeda-beda pada tiap masyarakat dengan kebudayaan dan peradaban yang berbeda.
  5. Memberikan pengaruh dengan tingkatan yang berbeda-beda bagi tindakan manusia.
  6. Memberi dampak positif dan dampak negatif terhadap perkembangan kepribadian individu yang berperan sebagai anggota masyarakat.

Tolok ukur[sunting | sunting sumber]

Dalam suatu masyarakat, nilai sosial diukur melalui penghargaan yang diberikan terhadap pemanfaatan nilai tersebut. Tolok ukur ini selalu bersifat sementara dan mengikuti perkembangan masyarakat. Sifat tetap pada suatu tolok ukur hanya dapat dicapai apabila sebagian besar atau seluruh anggota masyarakat menerima dan memberikan penghargaan terhadap suatu nilai.[6] Nilai sosial juga dapat diukur melalui gaya hidup masyarakat. Perubahan pada gaya hidup berarti adanya perubahan terhadap nilai sosial pada masyarakat. Gaya hidup ini berubah mengikuti perkembangan zaman dan perkembangan teknologi.[7]

Nilai sosial menjadi terbatas apabila individu di dalam suatu kelompok sosial tidak mengadakan interaksi sosial dengan individu lainnya. Kondisi ini dapat terjadi karena kehilangan kontak dan komunikasi akibat keterbatasan material atau pembatasan jarak antarindividu yang menyebabkan keterasingan sosial. Individu yang merasa terasing dapat memiliki pemikiran untuk menyampaikan keinginan dan pendapatnya atau membatasi dirinya dari komunikasi dengan orang lain.[8]

Pembentukan[sunting | sunting sumber]

Nilai-nilai sosial merupakan sesuatu yang nyata dalam tindakan manusia.[9] Tindakan individu lebih diatur oleh nilai budaya dibandingkan dengan nilai sosial.[10] Pembentukan nilai sosial di dalam masyarakat terjadi di dalam individu-individu secara bersama dalam waktu yang lama.[11] Suatu nilai hanya akan menjadi nilai sosial jika masyarakat menjadikan nilai tersebut sebagai sebuah kebutuhan hidup.[12] Nilai sosial dapat dibentuk melalui kebijakan publik dengan memanfaatkan pendidikan, kepemimpinan, dan hubungan antarmasyarakat. Pembentukan nilai sosial yang baru akan terjadi dengan cepat jika terjadi perubahan sosial secara menyeluruh di dalam masyarakat.[13]

Jenis-jenis[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan sifatnya[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan sifanya, nilai sosial dibedakan menjadi:[14]

  1. Nilai kepribadian, yaitu nilai yang membentuk kepribadian seseorang dan berasal dari dirinya sendiri.
  2. Nilai kebendaan, yaitu nilai yang diukur dari pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dengan memanfaatkan usaha manusia.
  3. Nilai biologis, yaitu nilai yang berkaitan dengan kesehatan dan sifat biologis manusia.
  4. Nilai kepatuhan hukum, yaitu nilai yang berkaitan dengan undang-undang atau peraturan negara yang menjadi pedoman tentang hak dan kewajiban bagi setiap warga negara
  5. Nilai pengetahuan, yaitu nilai yang mengutamakan konsep keilmuan sebagai cara untuk mencari kebenaran.
  6. Nilai agama, yaitu nilai yang berkaitan dengan ajaran agama yang dianut oleh anggota masyarakat yang menjadi pedoman dalam bersikap, berperilaku, mematuhi perintah, dan menjauhi larangan.
  7. Nilai keindahan, yaitu nilai yang berkaitan dengan kebutuhan keindahan sebagai bagian dari kebudayaan.

Berdasarkan tingkat kepentingannya[sunting | sunting sumber]

Bagi setiap manusia, makanan dan minuman memiliki nilai material. Keduanya berguna bagi unsur fisik manusia.

Berdasarkan tingkat kepentingannya, nilai sosial dapat dibagi menjadi:[15]

  1. Nilai material, nilai ini adalah segala sesuatu yang dapat berguna bagi unsur fisik manusia. Contohnya, makanan, air, serta pakaian. Nilai material relatif lebih mudah diukur dengan menggunakan alat ukur. Contohnya mengukur isi dengan satuan liter.
  2. Nilai vital, nilai ini adalah segala sesuatu yang dapat berguna bagi manusia untuk melakukan kegiatan dan aktivitas. Contohnya, buku serta alat tulis bagi pelajar atau mahasiswa, kalkulator bagi auditor, dan motor bagi tukang ojek motor.
  3. Nilai kerohanian, nilai ini adalah segala sesuatu yang berguna bagi batin (rohani) manusia. Nilai kerohanian antara lain sebagai berikut.
    • Nilai kebenaran yang bersumber dari akal manusia.
    • Nilai keindahan yang bersumber pada rasa keindahan (estetis). Contohnya, lagu, lukisan, dan ukiran atau karya-karya seni lainnya.
    • Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada kodrat manusia, seperti kehendak dan kemauan. Contohnya menolong orang yang terkena musibah.

Berdasarkan tingkat keberadaannya[sunting | sunting sumber]

Berdasarakan tingkat keberadaannya, nilai sosial dapat dibagi menjadi nilai yang mandiri dan nilai yang tidak mandiri. Nilai yang mandiri, merupakan suatu nilai yang telah ada sejak manusia ada dan memiliki sifat khusus. Sedangkan nilai yang tidak mandiri merupakan nilai yang diperoleh manusia karena ada pihak lain yang membantu mendapatkannya.[16]

Berdasarkan cirinya[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan cirinya, nilai sosial dibedakan menjadi:[17]

  1. Nilai yang membudaya, yaitu nilai yang dapat menimbulkan tindakan melalui proses berpikir yang lama. Nilai ini telah menjadi bagian dari kepribadian bawah sadar.
  2. Nilai dominan, yaitu nilai yang memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai-nilai yang lainnya. Suatu nilai dianggap sebagai nilai dominan jika penganut nilai sangat banyak, dianut dalam waktu yang lama, serta dipertahankan dan dijunjung tinggi oleh tokoh masyarakat.

Peranan[sunting | sunting sumber]

Peran utama dari nilai sosial adalah mengatur tingkah laku anggota masyarakat sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga timbul ketenteraman. Pencapaian tujuan bersama dalam masyarakat menjadi mudah dengan adanya ketenteraman. Dalam prosesnya, nilai sosial berperan sebagai pedoman berperilaku, pengendalian sosial, dan pelindung sosial. Sebagai pedoman berperilaku, nilai sosial berfungsi mengarahkan individu agar memiliki perilaku yang seusai dengan harapan masyarakat. Nilai sosial kemudian memberikan batasan-batasan tingkah laku pada manusia dengan pemberian sanksi atau perasaan bersalah. Adanya rasa aman yang timbul melalui penerapan nilai sosial kemudian menjadi pelindung bagi manusia dalam melakukan tindakan apapun tanpa adanya rasa takut.[18] Nilai sosial juga dapat membentuk kelas sosial dalam stratifikasi sosial. Selain itu, nilai sosial juga dapat membentuk rasa persaudaraan, kerja sama, dan perilaku yang baik dalam masyarakat.[19] Keseimbangan antara nilai sosial dan norma sosial dengan interaksi sosial juga akan membentuk proses akomodasi antarindividu atau antarkelompok sosial.[20]

Etika bisnis[sunting | sunting sumber]

Kegiatan bisnis tidak dapat dilakukan tanpa adanya penerapan nilai sosial, nilai moral dan nilai etika. Pemberian bantuan tanpa pamrih merupakan salah satu bentuk nilai sosial yang diperlukan untuk menciptakan hubungan yang selaras antara perusahaan dan lingkungan selama kegiatan operasional perusahaan berlangsung. Bisnis merupakan bagian dari sistem masyarakat yang mengharuskan adanya hubungan timbal balik dengan lingkungan bisnis. Penertiban dan pengaturan bisnis harus didukung oleh etika atau norma sosial agar tercipta hubungan yang selaras antara bisnis dan sistem sosial yang berlaku.[21]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Suhardi dan Sunarti, S. (2009). Sosiologi 1: Untuk SMA/MA Kelas X Program IPS (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 43. ISBN 978-979-068-208-5. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2020-09-30. Diakses tanggal 2020-11-01. 
  2. ^ Budiati, Atik Catur (2009). Sosiologi Kontekstual: Untuk SMA & MA Kelas X (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 29. ISBN 978-979-068-219-1. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-01-22. Diakses tanggal 2020-11-01. 
  3. ^ Widianti, Wida (2009). Sosiologi 1: untuk SMA dan MA Kelas X (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 25. ISBN 978-979-068-745-5. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-01-23. Diakses tanggal 2020-11-01. 
  4. ^ Sukardi, J.S., dan Rohman, A. (2009). Sosiologi: Kelas X untuk SMA / MA (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 39. ISBN 978-979-068-747-9. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2020-11-05. Diakses tanggal 2020-11-01. 
  5. ^ Waluya, Bagja (2009). Sosiologi 1 : Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 28. ISBN 978-979-068-738-7. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2020-11-27. Diakses tanggal 2020-11-01. 
  6. ^ Ruswanto (2009). Sosiologi: SMA / MA Kelas X (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 34. ISBN 978-979-068-746-2. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2020-11-07. Diakses tanggal 2020-11-01. 
  7. ^ Indraddin dan Irwan 2016, hlm. 74.
  8. ^ Soyomukti 2014, hlm. 325.
  9. ^ Wirawan 2015, hlm. 194.
  10. ^ Wirawan 2015, hlm. 186.
  11. ^ Indraddin dan Irwan 2016, hlm. 93.
  12. ^ Indraddin dan Irwan 2016, hlm. 94.
  13. ^ Sudrajat, dkk. (2017). Meneguhkan Ilmu-Ilmu Sosial Keindonesiaan (PDF). Yogyakarta: Fakultas Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta. hlm. 187–188. ISBN 978-602-60578-2-2. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-04-03. Diakses tanggal 2020-11-22. 
  14. ^ Risdi 2019, hlm. 48-49.
  15. ^ Maryati, Kun,. Sosiologi : Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial untuk SMA/MA. 1, [Schülerband] Kelas X. Suryawati, Juju, (edisi ke-Kurikulum 2013, Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah). Jakarta. ISBN 978-602-254-133-2. OCLC 958874384. , hlm. 74: Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur fisik manusia. Contohnya, makanan, air, dan pakaian. Nilai material relatif lebih mudah diukur dengan alat ukur.
  16. ^ Risdi 2019, hlm. 51.
  17. ^ Risdi 2019, hlm. 49-50.
  18. ^ Elisanti dan Rostini, T. (2009). Sosiologi 1: untuk SMA / MA Kelas X (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 39. ISBN 978-979-068-744-8. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-01-22. Diakses tanggal 2020-11-01. 
  19. ^ Sudarmi, S., dan Indriyanto, W. (2009). Sosiologi 1: Untuk Kelas X SMA dan MA (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 25. ISBN 978-979-068-209-2. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-01-22. Diakses tanggal 2020-11-01. 
  20. ^ Soyomukti 2014, hlm. 343.
  21. ^ Prihatminingtyas, Budi (2019). Etika Bisnis: Suatu Pendekatan dan Aplikasinya Terhadap Stakeholders (PDF). Malang: CV. IRDH. hlm. 28. 

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  1. Indraddin dan Irwan (2016). Strategi dan Perubahan Sosial (PDF). Yogyakarta: Deepublish. ISBN 978-602-401-379-0. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-01-28. Diakses tanggal 2020-11-23. 
  2. Risdi, Ahmad (2019). Nilai-nilai Sosial: Tinjauan dari Sebuah Novel (PDF). Lampung: CV. Iqro. ISBN 978-602-5533-31-0. 
  3. Soyomukti, Nurani (2014). Pengantar Sosiologi: Dasar Analisis, Teori & Pendekatan Menuju Analisis Masalah-Masalah Sosial, Perubahan Sosial, dan Kajian-Kajian Strategis (PDF). Sleman: Ar-Ruzz Media. ISBN 978-979-25-4801-3.  [pranala nonaktif permanen]
  4. Wirawan, I.B. (2015). Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma: Fakta Sosial, Definisi Sosial, dan Perilaku Sosial (PDF). Jakarta: Prenadamedia Group. ISBN 978-602-9413-63-2.  [pranala nonaktif permanen]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]