Matahari, Bulan, dan Talia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Matahari, Bulan, dan Talia (bahasa Italia: Sole, Luna, e Talia, bahasa Inggris: Sun, Moon, and Talia) adalah sebuah karya sastra dongeng Italia, yang ditulis oleh Giambattista Basile dalam karyanya pada tahun 1634, yaitu Pentamerone. Kemudan pada tahun 1697, Charles Perrault menceritakan kembali dongeng ini sebagai The Sleeping Beauty, seperti yang dilakukan oleh Grimm bersaudara pada tahun 1812 sebagai Little Briar Rose.

Cerita ini adalah Aarne-Thompson tipe ke-410; cerita lain dari jenis ini, termasuk The Glass Coffin dan The Young Slave.[1]

Kisah[sunting | sunting sumber]

Setelah kelahiran putri raja bijak yang bernama Talia, para astrolog menemukan bahwa menurut horoskop, hidup Talia akan terancam oleh serpihan rami. Untuk melindungi putrinya, sang ayah memerintahkan agar tidak ada rami yang dibawa ke rumahnya. Bertahun-tahun kemudian, setelah Talia sudah berusia 20-an, Talia melihat seorang wanita tua memintal rami di poros yang berputar. Dia bertanya kepada wanita itu apakah dia bisa memintal rami itu sendiri, tetapi begitu rami itu mulai berputar, serpihan rami masuk ke bawah kuku jarinya, dan dia pingsan dan jatuh ke tanah seakan-akan ia sudah mati.

Talia meminta wanita tua untuk mengizinkannya memintal rami sendiri.

Ayah Talia yang tidak tahan membayangkan menguburkan anak kesayangannya, lalu menempatkan putrinya di salah satu daerah perkebunan di kerajaannya.

Beberapa waktu kemudian, seorang raja yang tampan yang sedang berburu di hutan terdekat, mengikuti seekor elang yang sedang terbang. Saat ia melihat elang itu sudah terbang tinggi di langit, ia berhenti dan menemukan Talia; tidak tahan oleh kecantikannya, dia mencoba untuk membangunkannya, dan kemudian, dia melihat pesonanya dan merasakan aliran darah panas melalui pembuluh darahnya. Dia mengangkatnya dalam pelukannya, dan membawanya ke tempat tidur, di mana dia memandanginya terus menerus. Namun, karena ia sudah tidak tahan lagi melihat kecantikannya, ia tidak mencoba membangunkannya, melainkan memperkosanya.[2] Setelah itu, dia meninggalkannya di tempat tidur dan kembali ke kerajaannya sendiri. Talia hamil selama sembilan bulan sambil masih tertidur lelap, lalu melahirkan anak kembar yaitu laki-laki dan perempuan, yang dibantu oleh peri-peri yang tinggal di daerah perkebunan itu. Suatu hari, sang anak perempuan tidak dapat menemukan payudara ibunya; lalu lalu dia mulai menyedot jari ibunya dan mengeluarkan serpihan rami. Talia segera bangun dan langsung menyusui mereka. Talia menamai anak-anak kesayangannya Sun dan Moon, dan tinggal bersama mereka di rumah.

Raja yang tinggal di istana mengingat lagi perempuan cantik yang ia perkosa. Raja itu kemudian kembali lagi ke daerah perkebunan kerajaan lain, tempat ia memperkosa Talia. Saat Raja kembali dengan niat untuk memperkosa Talia kembali. Raja kaget melihat Talia sudah bangun sambil bermain dengan anak-anaknya. Sang Raja menyadari bahwa dia adalah ayah dari anak kembarnya. Raja dan Talia jatuh cinta, namun Raja sudah menikah. Suatu malam, dia menyebut nama Talia, Sun, dan Moon dalam tidurnya. Istrinya, Sang Ratu, mendengarnya dan memaksa sekretaris kerajaan untuk menceritakan semuanya, dan kemudian, Ratu menggunakan pesan palsu, agar anak-anak Talia dan Talia dibawa ke pengadilan. Dia memerintahkan juru masak untuk membunuh anak-anak Talia dan menyajikan mereka kepada raja. Tapi juru masak memiliki hati yang baik dan tidak tega, lalu ia menyembunyikan anak itu dan menjaganya, dan koki itu memasak dua ekor domba sebagai gantinya - tanpa sepengetahuan Ratu. Ratu mengejek Raja saat dia makan, tidak menyadari bahwa juru masak telah menukarnya.

Kemudian, Ratu membawa Talia ke pengadilan. Dia memerintahkan agar api besar dinyalakan di halaman, dan Talia dilemparkan ke dalam nyala api. Talia meminta untuk melepas pakaiannya dulu. Ratu pun setuju. Talia membuka baju dan mengucapkan teriakan kesedihan dengan setiap helai pakaiannya. Raja mendengar teriakan Talia dan mendatanginya, dimana istrinya mengatakan kepadanya bahwa Talia akan dibakar dan tanpa sadar dia telah memakan anak-anaknya sendiri. Raja memerintahkan agar istrinya, sekretarisnya, dan juru masaknya dibuang ke dalam api sebagai gantinya. Tapi, juru masak menjelaskan bagaimana dia menyelamatkan Sun dan Moon, dan memberi makan Raja dua ekor domba sebagai gantinya. Talia dan Raja menikah, dan juru masak dihadiahi gelar bendahara kerajaan, sementara Ratu dan sekretaris dieksekusi dengan dilemparkan ke dalam api. Raja dan Ratu, beserta 2 anaknya hidup bahagia selamanya.

  • Baris terakhir dari dongeng, moralnya sebagai berikut: "Dia yang memiliki keberuntungan boleh tidur, Dan kebahagiaan akan menghujani kepalanya".[3]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]