Maryul

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Maryul di Kekaisaran Tibet yang difragmentasi c. 900
Istana Shey, ibu kota Maryul

Maryul Ngari (Mar-yul mNgah-ris), berarti "dataran rendah Ngari" atau dataran rendah Tibet Barat,[1] dahulu adalah suatu kerajaan Tibet Barat di daerah yang sekarang ini adalah Ladakh. Kerajaan ini didirikan oleh Lhachen Palgyigon (dPal-gyi-mgon) c. 930 ketika ia masih berstatus pangeran.[2] Ia mewarisi daerah itu setelah ayahnya, Kyide Nyimagon (m. c. 900–930), meninggal.[3][4] Wilayah kerajaan itu mulai dari Zoji La di perbatasan Kashmir hingga Demchok di tenggara, termasuk Rutog dan daerah-daerah lainnya yang saat ini masuk dalam Tibet.[5]

Kerajaan Maryul, kemudian disebut Ladakh, runtuh tahun 1842 setelah jenderal Dogra, Zorawar Singh menaklukannya dan menjadikannya bagian dari Jammu dan Kashmir. Pada 31 Oktober 2019 Ladakh dipisahkan dari Jammu dan Kashmir, menjadi satu wilayah persatuan dari India.

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Dalam bahasa Tibet, sudah jelas Mar-yul berarti dataran rendah,[6] tapi ada bukti bahwa nama yang digunakan bahkan sebelum Ladakh tersebut adalah hasil Tibetisasi. Sebagai contoh, peziarah Buddha Tiongkok Xuanzang menyebutnya Mo-lo-so, yang mengarah pada satu nama rekonstruksi, seperti *Malasa, *Marāsa, or *Mrāsa.[7][8] Tawarikh Tun‐Huang menyatakan bahwa pemerintah Tibet melakukan sensus Zan-zun dan Mar(d) pada tahun 719 M.[9] Naskah Persia Hudud al-'Alam (c. 982) merujuk pada suatu "negeri yang kaya di Tibet", dengan nama suku Mayul.[10] Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa Mar-yul ("negeri Mar") mungkin benar-benar nama sebuah negeri, tapi kemudian diinterpretasikan sebagai "dataran rendah" (Ngari) pada abad ke-10.

Nama Maryul masih digunakan hingga akhir abad ke-16 ketika Mirza Haidar Dughlat menyebutnya. Ia juga menyebutkan suatu daerah yang disebut "Ladaks", tapi daerah itu kelihatannya berbeda dengan Maryul. Dengan demikian, penggantian nama Maryul menjadi Ladakh terjadi cukup baru.[11]

Latar Belakang[sunting | sunting sumber]

Menurut kronik Ladakh, Kyide Nyimagon (Wylie: sKyid-lde Nyi-ma-mgon), seorang keturunan kerabat Dinasti Tibet Lama, terpaksa melarikan diri ke Tibet Barat dalam Era Fragmentasi Tibet. Iia menikahi seorang putri Purang dan mendapatkan aliansi kepala suku setempat. Ia memperluas kerajaannya hingga membentang dari Mayum La di timur ke Zoji La di barat. Setelah kematiannya, kerajaannya yang luas dibagi di antara tiga putranya: putra tertua, Lhachen Palgyigon, memperoleh Maryul; putra kedua, Trashigon, memperoleh Guge dan Purang; dan putra ketiga, Detsukgon, menerima Zanskar (daerah pegunungan antara Ladakh dan Kashmir).[a][14]

Kerajaan Maryul berbasis di Shey dan berevolusi menjadi Ladakh yang sekarang.[15][16][17]

Deskripsi[sunting | sunting sumber]

Kerajaan Nyimagon digambarkan oleh A.H. Francke . Perbatasan antara Maryul dan Guge ditunjukkan dengan garis putus-putus tipis, sedikit di utara Gartok. Perbatasan utara meluas ke Pegunungan Kunlun.
Maryul pada abad ke 11-12, Atlas Sejarah dan Komersial Tiongkok [18]

Kerajaan Maryul digambarkan dalam kronik Ladakh terdiri atas:[19][20]

Berdasarkan deskripsi di atas, jelas bahwa Purig (basin Sungai Suru dekat Kargil) masuk wilayah Maryul, tapi Zanskar tidak. Zanskar beserta Lahul dan Spiti masuk dalam wilayah putra ketiga, Detsukgon. Dataran tinggi Rupshu dianggap sebagai perbatasan antara Maryul and Zanskar.[19] Baltistan juga tidak termasuk wilayah Maryul.[8]

Perbatasan antara Maryul dan jauh lebih sulit untuk dipahami. Demchok disebutkan masuk bagian Maryul, tapi bukan sebagai perbatasan. Jika dari Jalan Masuk Imis (32°22′55″N 79°01′02″E / 32.3820°N 79.0173°E / 32.3820; 79.0173) ditarik garis lurus ke timur, Wilayah Maryul mencakup Tashigang (Zhaxigang), Gar (Shiquanhe), dan banyak bagian dari basin Sungai Sengge Zangbo. Dalam bukunya, A. H. Francke menyertakan satu peta sederhana. Peta itu menunjukkan perbatasan sebagaimana dimaksud di atas ke utara Gartok.[23] Menurut Francke, pewaris kedua, Trashigon, memperoleh "bagian yang panjang dan sempit dari kerajaan ayahnya di sepanjang lereng utara Himalaya. Provinsi yang terkenal di wilayah itu adalah Purang dan Guge". Daerah teritorial Maryul meliputi seluruh area hingga ke utara jalur sempit ini.[24]

Sejarawan Luciano Petech mengatakan bahwa meskipun secara teori, Palgyigon memperoleh Maryul dari warisan ayahnya, penaklukan wilayah itu sebenarnya dilakukan oleh Palgyigon sendiri, sehingga Petech mengidentifikasinya sebagai "pendiri dan pengendali Kerajaan Ladakh".[13]

Keadaan terakhir[sunting | sunting sumber]

Kelihatannya Trashigon mangkat tanpa masalah dan kerajaannya diambil alih oleh Detsukgon. Putra Destukgon, Yeshe-Ö, menjadi seorang penguasa terkenal yang menegakkan kembali agama Buddha di Tibet Barat dan Tibet secara umum. Maryul dipercaya membantu perluasan kekuasaan raja atas daerah-daerah lainnya.[24]

Pada tahun 1100 M, Kerajaan Guge cukup lemah hingga Raja Lhachen Utpala dari Maryul mengambil alih kerajaan itu. Sejak itu, Guge tunduk pada Maryul.[25][c]

Traktat Tingmosgang[sunting | sunting sumber]

Pada kuartal kedua abad ke-17, Ladakh menganeksasi Guge. Lhasa melakukan pembalasan, mereka mengusir Ladakh dan bahkan mengepung Ladakh.[29] Ladakh terpaksa mencari bantuan dari Kesultanan Mughal di Kashmir, yang berujung pada Perang Tibet-Ladakh-Mughal. Konflik diakhiri dengan menyepakati Traktat Tingmosgang pada tahun 1684, menegaskan bahwa:

Meskipun seruan nyata dari "batas-batas yang ditetapkan semula", dominion luas yang diberikan dalam pewarisan asli tidak dapat dipertahankan oleh Maryul. Perjanjian itu sendiri membuat jelas bahwa Rutog tidak lagi bagian dari Maryul dan berbagai pembatasan ditempatkan atas perdagangan dengan Rutog. Sejarawan Gerhard Emmer menyatakan bahwa wilayah Ladakh dikurangi hingga kira-kira seluas saat ini. Rutog selanjutnya diperlakukan sebagai luar Ngari Khorsum, yaitu sebagai negara penyangga melawan Mughal India. Guge, Purang, dan Rudok dianeksasi ke Tibet dan perbatasan dengan Tibet ditetapkan pada aliran Lha-ri dekat Demchok.[31][32] Alasan perlakuan ini kelihatannya adalah sinkretisme Ladakh dan kesediannya bersekutu dengan Mughal India. Dalam traktat itu Ladakh diinstruksikan:[33]

Perjanjian Chushul[sunting | sunting sumber]

Klaim historis kembali dibuat pada abad ke-19, setelah Jenderal Dogra Zorawar Singh menaklukkan Ladakh. Singh mengklaim seluruh barat Tibet hingga Jalur Mayum sebagai wilayah Ladakh dan mendudukinya. Sekali lagi, Lhasa mengirim pasukan yang berhasil mengalahkan Zorawar Singh dan mengepung Leh. Setelah Dogra menerima bala bantuan, terjadi kebuntuan dan Perjanjian Chushul mengkonfirmasi kembali "perbatasan lama yang sudah mapan".[35]

Catatan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Nama Tibet dari ketiga putra Nyimagon dalam alih aksara Wylie adalah Lhachen Palgyigon (lHa-chen dPal-gyi-mgon), Trashigon (bKra-shis-mgon), dan Detsukgon (lDe-gtsug-mgon). Secara bersama-sama, mereka semua disebut tiga sTodmgon.[12][13]
  2. ^ "Demchok Karpo" diidentifikasikan oleh sebagian besar sejarawan sebagai desa di Demchok di selatan perbatasan antara Ladakh dan Tibet. Makna literalnya sebagai berikut: Karpo berarti putih dalam bahasa Tibet. Makna kiasannya adalah murni, sehat, positif, baik, dll.[21] Demchok adalah nama Tibet dari Chakrasamwar, dewa Buddha Wajrayana, yang diyakini tinggal di Gunung Kailas bersama permaisurinya Vajravarahi. Keterkaitan dengan Gunung Kailas mungkin ada setelah abad ke-10. Menariknya, tradisi menyebutkan bahwa Demchok mengalahkan Maheswara dan mengambil tempat Siwa di puncak Sumeru.[22]
  3. ^ Penaklukan selanjutnya dilakukan oleh Tashi Namgyal (m. c. 1555 – c. 1575),[26] Tsewang Namgyal I (m. c. 1575 – c. 1595),[27] dan Sengge Namgyal (m. 1624–1642).[28]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Fisher, Rose & Huttenback, Himalayan Battleground (1963), hlm. 19: "Mar-yul (literally "lower land") is the common Tibetan name for the Leh district in Ladakh. Mnah-ris (Mnga-ris), although now restricted to West Tibet, then referred to the entire territory between the Zoji and Mayum passes."
  2. ^ Petech, The Kingdom of Ladakh (1977), hlm. 17: "it seems that his father bequeathed him a theoretical right of sovereignty, but the actual conquest was effected by dPal-gyi-mgon himself."
  3. ^ Powers & Templeman, Historical Dictionary of Tibet (2012), hlm. 388: "sKyid lde Nyi ma mgon (r. ca. 900—930) ruled La dwags [Ladakh]. He established the Kingdom of La dwags, and his son dPal gyi mgon (r. ca. 930—960) succeeded him."
  4. ^ Fisher, Rose & Huttenback, Himalayan Battleground (1963), hlm. 19: "The Ladakhi chronicles state that the eldest son, Pal-gyi-gön (Dpal-gyi-mgon), received Ladakh and the Rudok area;..."
  5. ^ Francke (1992), hlm. 94.
  6. ^ Strachey, Capt. H. (1853). "Physical Geography of Western Tibet". The Journal of the Royal Geographical Society. Royal Geographical Society (Great Britain): 13. 
  7. ^ Petech, The Kingdom of Ladakh (1977), hlm. 7-8.
  8. ^ a b Howard & Howard, Historic Ruins in the Gya Valley (2014), hlm. 86.
  9. ^ Petech, The Kingdom of Ladakh (1977), hlm. 8.
  10. ^ Howard & Howard, Historic Ruins in the Gya Valley (2014), hlm. 86-87.
  11. ^ Howard & Howard, Historic Ruins in the Gya Valley (2014), hlm. 88.
  12. ^ Powers & Templeman, Historical Dictionary of Tibet (2012), hlm. 27.
  13. ^ a b Petech, The Kingdom of Ladakh (1977), hlm. 17.
  14. ^ Fisher, Rose & Huttenback, Himalayan Battleground (1963), hlm. 18-19.
  15. ^ Fisher, Rose & Huttenback, Himalayan Battleground (1963), hlm. 18–19.
  16. ^ Dorjay, Embedded in Stone (2014), hlm. 53: "Shey, about 15 km southeast of Leh, was an ancient capital of Ladakh. In the tenth century CE the first king of Ladakh, lHa chen dPal gyi mgon, apparently constructed the hilltop fortress whose ruins can be seen above the present Shey Palace. Shey possesses a number of early Buddhist rock sculptures, many of which are about a metre in height."
  17. ^ Howard & Howard, Historic Ruins in the Gya Valley (2014), hlm. 88: From the diary of Mirza Haidar Dughlat: "The Chui [Jo plural, i.e. rulers] of Maryul, named Tashikun and Lata Jughdan, ...... gave us the castle of Sheya [Shey] which is the capital of Maryul [to live in during the winter]"
  18. ^ Albert Hermann, Historical and Commercial Atlas of China, Harvard University Press, 1935
  19. ^ a b Fisher, Rose & Huttenback, Himalayan Battleground (1963), hlm. 19.
  20. ^ Howard & Howard, Historic Ruins in the Gya Valley (2014), hlm. 83.
  21. ^ dkar po, Tibetan & Himalayan Library, diakses 21-10-2019.
  22. ^ McKay, Alex (2015). Kailas Histories: Renunciate Traditions and the Construction of Himalayan Sacred Geography. BRILL. hlm. 5, 304–305, 316. ISBN 978-90-04-30618-9. 
  23. ^ Francke, A History of Western Tibet (1907), hlm. 60-61.
  24. ^ a b Francke, A History of Western Tibet (1907), hlm. 63.
  25. ^ Handa, Buddhist Western Himalaya (2001), hlm. 130, 224–225.
  26. ^ Howard & Howard, Historic Ruins in the Gya Valley (2014), hlm. 89–90.
  27. ^ Francke, A History of Western Tibet (1907), hlm. 86.
  28. ^ Howard & Howard, Historic Ruins in the Gya Valley (2014), hlm. 90.
  29. ^ McKay, History of Tibet, Vol. 2 (2003), hlm. 3.
  30. ^ McKay, History of Tibet, Vol. 2 (2003), hlm. 785.
  31. ^ Emmer, the Tibet-Ladakh-Mughal War (2007), hlm. 99–100.
  32. ^ Shakspo, Nawang Tsering (1999), "The Foremost Teachers of the Kings of Ladakh", dalam Martijn van Beek; Kristoffer Brix Bertelsen; Poul Pedersen, Recent Research on Ladakh 8, Aarhus University Press, hlm. 288, ISBN 978-87-7288-791-3 
  33. ^ Emmer, the Tibet-Ladakh-Mughal War (), hlm. 92,100.
  34. ^ Francke, Antiquities of Indian Tibet (1992), hlm. 116.
  35. ^ Fisher, Rose & Huttenback, Himalayan Battleground (1963), hlm. 55–56.

Bibliografi[sunting | sunting sumber]