Keramat Pangeran Pasarean

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Keramat Pangeran Pasarean adalah salah satu situs keramat yang berada di wilayah Kelurahan Gegunung, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Lebih tepatnya berada pada posisi 6°45'1.24" LS dan 108°29'33.41" BT di sekitar permukiman penduduk Blok Pasarean di sebelah timur aliran Sungai Cipager. Di sebelah selatan merupakan pemakaman umum masyarakat yang masih berfungsi. Di sebelah timur keramat terdapat jalan kampung dan di utara ada bangunan PAUD dan rumah penduduk. Di bagian barat laut terdapat dan Museum Pangeran Pasarean dan mushola. Museum tersebut menyimpan beberapa benda kuna seperti naskah kuna, tembikar, dan berbagai benda pusaka. Di selatan mushola atau sebelah barat keramat ada sebuah bangunan terbuka populer dengan sebutan Pendopo Agung. Pada zaman dahulu, lokasi ini merupakan tempat Pangeran Pasarean bermusyawarah. Di sekeliling kompleks keramat dibatasi pagar tumpukan batu kali dengan ketinggian kira-kira 50 centimeter dan tebal kira-kira 40 centimeter.[1]

Denah lokasi[sunting | sunting sumber]

Denah halaman kompleks keramat terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian barat dan bagian timur. Kedua halaman itu memiliki denah persegi empat. Halaman bagian barat merupakan kelanjutan dari bagian yang berada timur. Sebelah sisi utara halaman terdapat akses keluar masuk ke kompleks keramat. Di depan atau di luar celah juga terdapat gentong dan juga padasan yang berfungsi sebagai penampung air yang digunakan untuk bersuci para pengunjung. Selain itu, halaman bagian barat terdapat pemakaman. Makam tersebut dilengkapi jirat berbahan susunan bata dan nisan dari batu bata. Bentuk jirat adalah empat persegi panjang, semakin ke atas bentuknya semakin kecil. Jirat tersebut terdiri dari lima lapis batu bata. Di antara jirat pada makam terdapat dua buah batu berdiri yang berbentuk seperti silinder. Pada kuta sisi sebelah timur halaman ada celah yang menghubungkan ke halaman utama keramat. Di dalam halaman berpagar tersebut terdapat susunan batu dan beberapa tumbuhan yang sudah lama dan berukuran cukup besar. Tumbuhan tersebut adalah Pohon Nagasari (Mesua ferrea L.) dan Pohon Benda (Artocarpus elasticus). Pada kuta sisi sebelah barat ujung utara ada potongan nisan atau bongpai dengan aksara Tiongkok yang diletakkan terbalik, bagian atas nisan justru diletakan di bagian bawah.[1]

Pangeran Pasarean[sunting | sunting sumber]

Pangeran Pasarean bernama asli Pangeran Muhammad Arifin lahir pada tahun 1495 Masehi. Beliau adalah salah satu putra Syaikh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Pangeran Pasarean merupakan anak dari pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Nyimas Tepasari, seorang putri dari Ki Ageng Tepasan yang berasal dari Kerajaan Majapahit.[2] Pada kurun waktu tahun 1528 sampai dengan 1552, Sunan Gunung Jati memperluas wilayah kekuasannya. Sunan Gunung Jati lebih fokus pada penyebaran ajaran Agama Islam. Sementara itu, urusan kepemimpinan pemerintahan dipercayakan kepada anaknya, yaitu Pangeran Pasarean. Tugas ini diemban sampai tahun 1546. Pada tahun itu juga Pangeran Pasarean wafat di Demak. Di antara tugas memimpin sebuah pemerintahan, Pangeran Pasarean diperintahkan untuk membuat tapal batas atau ciri perbatasan antara wilayah Galuh dan Cirebon. Dalam melaksanakan tugas ini, Pangeran Pasarean ditemani oleh pasukan dan pinisepuh dengan senjata cis atau sebuah keris yang mirip dengan tombak. Pembuatan tapal batas bermula dari daerah Mandirancan yang berada di kaki Gunung Ciremai. Sebagai ciri beliau menancapkan cis terus ke sebelah utara sampai daerah dengan tanah menggunduk mirip dengan gunung pada masa sekarang dikenal dengan istilah Gegunung. Di Gegunung itu pula, Pangeran Pasaren dan rombongannya dihadang oleh pasukan yang dipimpin Sang Ikul Tua atau seorang telik sandi yang berasal dari Kerajaan Pajajaran. Namun setelah mengetahui Pangeran Pasarean adalah putra mahkota dari Sunan Gunung Jati yang juga merupakan cicit dari Prabu Siliwangi maka Sang Ikul Tua tunduk kepada Pangeran Pasarean.[3]

Pada akhirnya Pangeran Pasarean dan rombongan menetap di Gegunung untuk menyebarkan agama Islam dan menggembleng diri pribadi sekaligus para pasukannya baik jasmani atau rohani. Selama di Gegunung, beliau sering mengadakan pertemuan dengan mendatangkan para kigede dan tokoh kesultanan untuk membahas strategi dalam rangka mengatasi gangguan dan ancaman yang mengganggu Kesultanan Cirebon. Sang Ikul Tua sering memimpin pertemuan-pertemuan tersebut. Berkat berbagai pertimbangan beliau, hasil pertemuan selalu mendapatkan hasil yang memuaskan semua pihak dan menghasilkan berbagai keputusan yang baik. Maka Sang Ikul Tua mendapatkan rgelar Ki Buyut Timbang Luhur. Pada waktu itu, di daerah Gegunung telah terbentuk sebuah perangkat tugas berikut tata kerja yang sangat baik. Pangeran Pasarean didapuk sebagai seorang pemimpin yang dibantu oleh Ki Buyut Timbang dan Ki Buyut Pakualam yang berperan sebagai Dewan Penasehat. Ki Logawa atau Buyut Sena dan Buyut Tambak dipercaya sebagai pemangku keamanan. Sementara itu, bagian perlengkapan dijabat oleh Ki Buyut Srana, bagian berdakwah diemban oleh Ki Buyut Kilaya, dan Ki Buyut Truna menjabat dalam bidang Kepemudaan. Ki Buyut Pasindangan memiliki tugas sebagai seorang hakim untuk memutuskan perkara. Sampai sekarang makam-makam para pengageng tadi masih sangat terawat baik di Kelurahan Gegunung, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon. Adapun lokasi berlangsungnya berbagai pertemuan diberi nama Pendopo Agung. Bekas goresan cis yang membentang dari arah selatan ke utara membentuk sebuah sungai yang bernama Cipager yang memiliki arti air atau sungai pembatas. Sumur tempat air minum, mandi, dan wudhu bernama sumur Bagja Kamulyan. Tempat Pangeran bersemedi sekaligus menyimpan berbagai benda miliknya sekarang dikenal dengan sebutan keramat Pangeran Pasarean.[4]

  1. ^ a b Saptono, Nanang; Widyastuti, Endang (2019-12-17). "SITUS-SITUS ARKEOLOGI DI DAERAH GEGUNUNG SEBAGAI JEJAK PERMUKIMAN AWAL DI CIREBON". PANALUNGTIK. 2: 109–126. doi:10.24164/pnk.v2i2.22. 
  2. ^ Group, Portal Media. "Mengupas Sejarah Pangeran Pasarean Di Cirebon (Bagian 1)". portaljabar.net. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-22. Diakses tanggal 2020-06-21. 
  3. ^ Network, Ayo Media. "Situs Petilasan Pangeran Pasarean Destinasi Favorit Para Peziarah". AyoCirebon.com. Diakses tanggal 2020-06-21. 
  4. ^ "Mengintip Sejarah Situs Petilasan Pangeran Pasarean di Cirebon". Dejabar (dalam bahasa Inggris). 2018-09-30. Diakses tanggal 2020-06-21.