Pitis Palembang: Perbedaan antara revisi
Copyedit |
|||
Baris 22: | Baris 22: | ||
| issuing_authority_website = |
| issuing_authority_website = |
||
}} |
}} |
||
'''Pitis Palembang''' (dikenal juga sebagai '''Picis''') adalah mata uang yang dikeluarkan oleh [[Kesultanan Palembang]] |
'''Pitis Palembang''' (dikenal juga sebagai '''Picis''') adalah [[mata uang]] yang dikeluarkan oleh [[Kesultanan Palembang]] pada tahun 1600-an hingga 1825 ketika wilayah Kesultanan Palembang diambil alih oleh pemerintahan [[Hindia Belanda]].{{sfn|Hall|1968|pp=576}} Mata uang ini terdiri dari koin-koin [[timah]] bernilai rendah yang umum ditukarkan dalam jumlah besar. Tidak adanya percetakan uang terpusat sepanjang masa produksi Pitis Palembang membuat kualitas fisik Pitis Palembang sering kali tidak konsisten dan rentan dipalsukan. |
||
== Sejarah == |
== Sejarah == |
||
[[File:Bird's eye view of Palembang.JPG|right|300px|thumb|Suasana kota Palembang sekitar tahun 1659.]] |
[[File:Bird's eye view of Palembang.JPG|right|300px|thumb|Suasana kota Palembang sekitar tahun 1659.]] |
||
Kesultanan Palembang, sebagaimana [[Kesultanan Banten]], mulai bangkit sebagai kerajaan tersendiri mengikuti surutnya pamor [[Kesultanan Demak]] setelah kematian [[Sultan Trenggana]] pada tahun 1546. |
Kesultanan Palembang, sebagaimana [[Kesultanan Banten]], mulai bangkit sebagai kerajaan tersendiri mengikuti surutnya pamor [[Kesultanan Demak]] setelah kematian [[Sultan Trenggana]] pada tahun 1546. Antara 1560-an dan 1620-an, Palembang turut ambil andil dalam perdagangan dua komoditas penting masa itu: [[lada]] dan [[timah]].{{sfn|Hall|1968|pp=277-279}} Berkat perdagangan, koin dari berbagai kerajaan beredar di Palembang, di antaranya koin Banten, [[Kesultanan Siak|Siak]], [[Kabupaten Kampar|Kampar]], dan [[Kesultanan Jambi|Jambi]], ditambah pula dengan [[Uang (koin Tiongkok)|koin Tiongkok]] yang telah lama [[Uang kepeng di Indonesia|beredar di Nusantara]]. Seri koin paling awal yang dihasilkan oleh Palembang berasal dari periode ini, yakni imitasi koin Tiongkok dengan kata "sultan" yang ditulis secara fonetis menggunakan [[Hanzi]] menjadi ''shǐdān'' (史丹), yang diproduksi antara tahun 1600 dan 1658. Seri ini diikuti oleh koin dengan [[abjad Jawi]] yang bertuliskan '''alamat Sulṭan'' (علا / مت / سلطا / ن) dan diproduksi antara tahun 1658 dan 1710.{{sfn|Yih|2010}}{{sfn|Yih|2011}} Pada paruh kedua abad 17 M, monopoli [[Kompeni Hindia Belanda|Kompeni Hindia Belanda (VOC)]] akan lada dan timah mulai meningkat. Monopoli ini berpengaruh buruk pada jaringan perdagangan serta ekonomi kerajaan-kerajaan lokal. Koin-koin lokal pun menjadi langka di Palembang, kecuali koin yang dicetak di Palembang sendiri.{{sfn|Mitchiner|2013|pp=31-32}} |
||
Sekitar 1710, cadangan bijih timah ditemukan di [[Pulau Bangka]], yang pada masa itu merupakan bagian dari wilayah Kesultanan Palembang.{{sfn|Millies|1871|pp=117}}{{sfn|Wicks|1983|pp=287-288}} Penemuan ini menghasilkan surplus timah bagi Palembang yang diperdagangkan dalam bentuk batangan serta dijadikan bahan untuk mata uang berdenominasi rendah dalam jumlah besar. Koin keluaran Palembang pada abad 18 M terdiri dari dua seri yang terpisah. |
Sekitar 1710, cadangan bijih timah ditemukan di [[Pulau Bangka]], yang pada masa itu merupakan bagian dari wilayah Kesultanan Palembang.{{sfn|Millies|1871|pp=117}}{{sfn|Wicks|1983|pp=287-288}} Penemuan ini menghasilkan surplus timah bagi Palembang yang diperdagangkan dalam bentuk batangan serta dijadikan bahan untuk mata uang berdenominasi rendah dalam jumlah besar. Koin keluaran Palembang pada abad 18 M terdiri dari dua seri yang terpisah. Seri pertama adalah koin-koin kecil keluaran sultan dengan tulisan Arab Jawi, sedangkan seri kedua adalah koin-koin bergaya Tionghoa dengan ukuran lebih besar dan tulisan Hanzi yang dicetak untuk komunitas penambang Tionghoa di Bangka. Koin bergaya Tionghoa umumnya dianggap hanya beredar di Bangka. Meskipun demikian, Bangka pada masa itu berada di bawah pengawasan administrasi [[Kota Palembang]] dan koin Tionghoa tampaknya juga dicetak di Palembang. Sangat memungkinkan koin yang beredar di Palembang mencakup koin bergaya Tionghoa selain koin sultan.{{sfn|Mitchiner|2013|pp=32}} |
||
Setelah 1812, Palembang tidak lagi memiliki sumber timah dalam wilayahnya. Inggris merebut pulau Bangka pada tahun 1812 |
Setelah 1812, Palembang tidak lagi memiliki sumber timah dalam wilayahnya. Inggris merebut pulau Bangka pada tahun 1812; pulau tersebut kemudian menjadi kepemilikan nominal Belanda pada tahun 1814 dan secara resmi diserahkan kepada Belanda pada tahun 1816. Sekitar tahun 1820, [[Sultan Mahmud Badaruddin II]] memimpin pemberontakan melawan Belanda dan dikalahkan oleh Jenderal [[Hendrik Merkus de Kock]] pada tahun 1821. Belanda melengserkan kekuasaan Mahmud dan mengasingkannya ke Ternate pada tahun yang sama. Pada tahun 1825, wilayah Palembang sepenuhnya diserap di bawah kekuasaan pemerintahan kolonial Belanda. Pitis Palembang berangka tahun terakhir berasal dari tahun 1804, dan dapat diduga bahwa produksi Pitis Palembang telah berhenti pada tahun 1825.{{sfn|Mitchiner|2013|pp=32-33}}{{sfn|Mitchiner|1968|pp=543, 576}} |
||
== Pembuatan == |
== Pembuatan == |
||
Produksi Pitis Palembang cenderung terbatas sebelum 1710, tetapi surplus timah berkat tambang Bangka membuat produksinya meningkat tajam. Pitis dicetak dengan cara yang mirip dengan koin Tiongkok: timah cair dituang ke dalam cetakan yang menjadikan berpuluh-puluh koin tersambung dalam satu dahan, bentuk yang kerap dijuluki sebagai "pohon uang." Tiap keping koin dipatahkan dari dahan dan kemudian diasah hingga koin berbentuk bulat, meski bekas dahan yang tidak diasah dengan telaten kerap terlihat dalam Pitis Palembang. Terakhir, koin dicap agar memuat tulisan yang sesuai.{{sfn|Mitchiner|2013|pp=32, 35}}{{sfn|Robinson|2018|pp=1}} |
|||
Selama masa edar Pitis Palembang, pemalsuan koin menjadi industri besar sehingga koin resmi yang dikeluarkan oleh sultan tidak memegang porsi utama dari total koin yang beredar di Palembang. Koin palsu relatif mudah dibuat oleh |
Selama masa edar Pitis Palembang, pemalsuan koin menjadi industri besar sehingga koin resmi yang dikeluarkan oleh sultan tidak memegang porsi utama dari total koin yang beredar di Palembang. Koin palsu relatif mudah dibuat oleh siapa saja yang memiliki akses ke persediaan timah Palembang pada masa surplus. Terdapat laporan akan adanya hukuman berat bagi pemalsu,{{sfn|Millies|1871|pp=110}} tetapi karena kualitas Pitis resmi pun sering kali tidak seragam akibat tiadanya produsen dan pengawas mutu pusat, membedakan antara keluaran resmi dan palsu cenderung sulit.{{sfn|Mitchiner|2013|pp=34, 35, 39}}{{sfn|Robinson|2018|pp=1}} Ketidakseragaman yang lumrah ditemukan meliputi ukuran, berat, dan tulisan (yang seringkali terdistorsi hingga tidak terbaca pada tipe-tipe awal). |
||
== Jenis == |
== Jenis == |
||
Seluruh mata uang Pitis Palembang terdiri dari uang logam campuran [[timah]]-[[timbal]], kecuali satu jenis yang memiliki versi [[tembaga]]. Tiap jenis memiliki tulisan di satu sisi sementara sisi sebaliknya polos. Kebanyakan memiliki kata في بلد ڤلمبڠ ''fi bilad Palembang'' ( |
Seluruh mata uang Pitis Palembang terdiri dari uang logam campuran [[timah]]-[[timbal]], kecuali satu jenis yang memiliki versi [[tembaga]]. Tiap jenis memiliki tulisan di satu sisi, sementara sisi sebaliknya polos. Kebanyakan koin memiliki kata في بلد ڤلمبڠ ''fi bilad Palembang'' ('di negeri Palembang') yang ditulis menggunakan [[abjad Jawi]], dan sebagian menyertakan tahun cetak dalam [[Kalender Hijriah]]. Koin dapat dibagi ke dalam dua jenis: koin tanpa lubang yang disebut ''pitis buntu'' serta koin dengan lubang yang disebut ''pitis teboh'' (imitasi koin Tiongkok termasuk jenis ini).{{sfn|Netscher|1855|pp=169}} Dengan mengabaikan varian, sebagian jenis Pitis Palembang yang diketahui pernah dihasilkan oleh percetakan uang Palembang dapat dilihat sebagaimana berikut:{{sfn|Mitchiner|2013}}{{sfn|Robinson|2018}} |
||
=== Pitis |
=== Pitis buntu === |
||
{| class="wikitable" |
{| class="wikitable" |
||
|- |
|- |
||
! colspan="2"|Tulisan !! colspan="2"|Tahun !! rowspan="2"|Gambar !! rowspan="2"|Masa kekuasaan Sultan |
! colspan="2"|Tulisan !! colspan="2"|Tahun produksi !! rowspan="2" |Gambar !! rowspan="2"|Masa kekuasaan Sultan |
||
|- |
|- |
||
! [[Abjad Jawi|Jawi]] !! Alih aksara !! [[Kalender Hijriah|Hijriah]] !! [[Masehi]] |
! [[Abjad Jawi|Jawi]] !! Alih aksara !! [[Kalender Hijriah|Hijriah]] !! [[Masehi]] |
||
|- |
|- |
||
| ال سلطان في بلد ڤلمبڠ ١١٩٣|| al-Sulṭan fi bilad Palembang sanat 1193 || 1193|| 1779/ |
| ال سلطان في بلد ڤلمبڠ ١١٩٣|| al-Sulṭan fi bilad Palembang sanat 1193 || 1193|| 1779/1780 ||[[File:Pitis buntu - Quistnix (2019) 02.jpg|105px]] || [[Sultan Muhammad Bahauddin|Muhammad Bahauddin]] (1776–1803) |
||
|- |
|- |
||
| ڤلمبڠ ? || ? Palembang{{efn|Tulisan yang terstilisasi dalam koin ini sulit dibaca. Beberapa penulis yang mengulas koin ini hanya setuju di bagian "Palembang."{{sfn|Millies|1871|pp=114}}{{sfn|Mitchiner|2013|pp=43}}}} || - || (sekitar |
| ڤلمبڠ ? || ? Palembang{{efn|Tulisan yang terstilisasi dalam koin ini sulit dibaca. Beberapa penulis yang mengulas koin ini hanya setuju di bagian "Palembang."{{sfn|Millies|1871|pp=114}}{{sfn|Mitchiner|2013|pp=43}}}} || - || (sekitar 1812–1816) ||[[File:Pitis buntu - Quistnix (2019) 01.jpg|105px]] || [[Sultan Mahmud Badaruddin II|Mahmud Badaruddin II]] (1804–1813, 1818–1821) |
||
|} |
|} |
||
=== Pitis |
=== Pitis teboh === |
||
{| class="wikitable" |
{| class="wikitable" |
||
|- |
|- |
||
! colspan="2"|Tulisan !! colspan="2"|Tahun !! rowspan="2"|Gambar !! rowspan="2"|Masa kekuasaan Sultan |
! colspan="2"|Tulisan !! colspan="2"|Tahun produksi !! rowspan="2" |Gambar !! rowspan="2"|Masa kekuasaan Sultan |
||
|- |
|- |
||
! [[Abjad Jawi|Jawi]]/[[Hanzi]] !! Alih aksara !! [[Kalender Hijriah|Hijriah]] !! [[Masehi]] |
! [[Abjad Jawi|Jawi]]/[[Hanzi]] !! Alih aksara !! [[Kalender Hijriah|Hijriah]] !! [[Masehi]] |
||
|- |
|- |
||
| 史 / 丹 / 利 / 寶 || shǐ / dān / lì / bǎo || |
| 史 / 丹 / 利 / 寶 || shǐ / dān / lì / bǎo ||– |
||
| (sekitar 1600–1658) || ||– |
|||
|- |
|- |
||
| علا / مت / سلطا / ن || 'ala / mat / Sulṭa / n || |
| علا / مت / سلطا / ن || 'ala / mat / Sulṭa / n ||– |
||
| (sekitar 1658–1710) ||[[File:Palembang pitis (3).jpg|105px]] || |
|||
*[[Susuhunan Abdurrahman|Sri Susuhunan Abdurrahman]] (1659–1706) |
*[[Susuhunan Abdurrahman|Sri Susuhunan Abdurrahman]] (1659–1706) |
||
*[[Sultan Muhammad Mansyur|Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago]] (1706–1718) |
*[[Sultan Muhammad Mansyur|Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago]] (1706–1718) |
||
|- |
|- |
||
| ضرب في بلد ڤلمبڠ دار السلام || ḍarb fi bilad Palembang dar al-salam || |
| ضرب في بلد ڤلمبڠ دار السلام || ḍarb fi bilad Palembang dar al-salam ||– |
||
| (sekitar 1710–1778) || [[File:Pitis teboh - Quistnix (2019) 01.jpg|105px]] || |
|||
*[[Sultan Muhammad Mansyur|Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago]] (1706–1718) |
*[[Sultan Muhammad Mansyur|Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago]] (1706–1718) |
||
*[[Sultan Agung Komaruddin|Agung Komaruddin Sri Teruno]] (1718–1724) |
*[[Sultan Agung Komaruddin|Agung Komaruddin Sri Teruno]] (1718–1724) |
||
Baris 71: | Baris 74: | ||
*[[Sultan Muhammad Bahauddin|Muhammad Bahauddin]] (1776–1803) |
*[[Sultan Muhammad Bahauddin|Muhammad Bahauddin]] (1776–1803) |
||
|- |
|- |
||
| علامت في بلد ڤلمبڠ دار السلام ١١٦٢ || 'alamat fi bilad Palembang dar al-salam sanat 1162 || 1162 || 1749/ |
| علامت في بلد ڤلمبڠ دار السلام ١١٦٢ || 'alamat fi bilad Palembang dar al-salam sanat 1162 || 1162 || 1749/1750 ||– |
||
| [[Mahmud Badaruddin I]] Jayo Wikramo (1724–1757) |
|||
|- |
|- |
||
| هذا فلوس في بلد ڤلمبڠ ١١٩٨ || hadza fulus fi bilad Palembang sanat 1198{{efn|Ini adalah satu-satunya Pitis Palembang yang diketahui memiliki versi tembaga.{{sfn|Mitchiner|2013|pp=39}}}} || 1198 || 1783/ |
| هذا فلوس في بلد ڤلمبڠ ١١٩٨ || hadza fulus fi bilad Palembang sanat 1198{{efn|Ini adalah satu-satunya Pitis Palembang yang diketahui memiliki versi tembaga.{{sfn|Mitchiner|2013|pp=39}}}} || 1198 || 1783/1784 || [[File:Palembang pitis (5).jpg|105px]] || [[Sultan Muhammad Bahauddin|Muhammad Bahauddin]] (1776–1803) |
||
|- |
|- |
||
| ال سلطان في بلد ڤلمبڠ || al-Sulṭan fi bilad Palembang sanat (tahun) || 1200–1204 || 1785–1789/ |
| ال سلطان في بلد ڤلمبڠ || al-Sulṭan fi bilad Palembang sanat (tahun) || 1200–1204 || 1785–1789/1790 || [[File:Palembang pitis (2).jpg|105px]] || [[Sultan Muhammad Bahauddin|Muhammad Bahauddin]] (1776–1803) |
||
|- |
|- |
||
| مصروف في بلد ڤلمبڠ ١٢١٩ || maṣruf fi bilad Palembang 1219 || 1219 || 1804/ |
| مصروف في بلد ڤلمبڠ ١٢١٩ || maṣruf fi bilad Palembang 1219 || 1219 || 1804/1805 ||[[File:Palembang pitis (4).jpg|105px]] || [[Sultan Mahmud Badaruddin II|Mahmud Badaruddin II]] (1804–1813, 1818–1821) |
||
|} |
|} |
||
==Nilai |
==Nilai tukar== |
||
Pitis merupakan mata uang bernilai rendah yang perlu dikumpulkan dalam jumlah besar agar dapat ditukar dengan mata uang bernilai lebih tinggi seperti [[Duit VOC]] dan [[Dolar Spanyol]]. ''Buntu'' dan ''teboh'' cenderung memiliki nilai yang setara dan hanya dibedakan dari satuan kumpulannya. Pitis ''buntu'' dikumpulkan dalam pak yang dibungkus daun. Satu pak dengan isi 250 keping dikenal sebagai ''kupat'' (كوفات) dengan nilai satu ''kejer'', setara dengan 20 keping Duit VOC atau {{Frac|16}} Dolar Spanyol. Pitis ''teboh'' dikumpulkan dengan sebilah rotan atau tali, mirip dengan [[Uang (koin Tiongkok)|uang kepeng Tiongkok]]. Seutas tali dengan isi 500 keping dikenal sebagai ''cucuk'' (چوچق) dengan nilai satu ''tali'', setara dengan dua ''kejer''. Satuan dan nilai tukar untuk Pitis Palembang terdokumentasi sebagaimana berikut:{{sfn|Netscher|1855|pp=169}}{{sfn|Millies|1871|pp=115-116}} |
Pitis merupakan mata uang bernilai rendah yang perlu dikumpulkan dalam jumlah besar agar dapat ditukar dengan mata uang bernilai lebih tinggi seperti [[Duit VOC]] dan [[Dolar Spanyol]]. ''Buntu'' dan ''teboh'' cenderung memiliki nilai yang setara dan hanya dibedakan dari satuan kumpulannya. Pitis ''buntu'' dikumpulkan dalam pak yang dibungkus daun. Satu pak dengan isi 250 keping dikenal sebagai ''kupat'' (كوفات) dengan nilai satu ''kejer'', setara dengan 20 keping Duit VOC atau {{Frac|16}} Dolar Spanyol. Pitis ''teboh'' dikumpulkan dengan sebilah rotan atau tali, mirip dengan [[Uang (koin Tiongkok)|uang kepeng Tiongkok]]. Seutas tali dengan isi 500 keping dikenal sebagai ''cucuk'' (چوچق) dengan nilai satu ''tali'', setara dengan dua ''kejer''. Satuan dan nilai tukar untuk Pitis Palembang terdokumentasi sebagaimana berikut:{{sfn|Netscher|1855|pp=169}}{{sfn|Millies|1871|pp=115-116}} |
||
{| class="wikitable" |
{| class="wikitable" |
||
Baris 86: | Baris 90: | ||
! colspan="4"|Pitis Palembang!! rowspan="2"|Duit VOC !! rowspan="2"|Dolar Spanyol |
! colspan="4"|Pitis Palembang!! rowspan="2"|Duit VOC !! rowspan="2"|Dolar Spanyol |
||
|- |
|- |
||
! colspan="2"|Satuan !! Setara dengan !! |
! colspan="2"|Satuan !! Setara dengan !! Jumlah keping |
||
|- |
|- |
||
| ريال || real || 2 jampel || |
| ريال || real || 2 jampel || 4.000 || 320 || 1 |
||
|- |
|- |
||
| جمفل || jampel || 2 suku || |
| جمفل || jampel || 2 suku || 2.000 || 160 || {{Frac|2}} |
||
|- |
|- |
||
| سوكو || suku || 2 tali || |
| سوكو || suku || 2 tali || 1.000 || 80 || {{Frac|4}} |
||
|- |
|- |
||
| تالي || tali || 2 kejer || 500 || 40 || {{Frac|8}} |
| تالي || tali || 2 kejer || 500 || 40 || {{Frac|8}} |
||
Baris 101: | Baris 105: | ||
|} |
|} |
||
== Lihat |
== Lihat pula == |
||
* [[Uang kepeng di Indonesia]] |
* [[Uang kepeng di Indonesia]] |
||
Revisi per 6 Januari 2022 04.40
Pitis Palembang | |
---|---|
Denominasi | |
Subsatuan | |
250 | kupat |
500 | cucuk |
Demografi | |
Tanggal peluncuran | 1600an |
Pengguna | Kesultanan Palembang |
Pitis Palembang (dikenal juga sebagai Picis) adalah mata uang yang dikeluarkan oleh Kesultanan Palembang pada tahun 1600-an hingga 1825 ketika wilayah Kesultanan Palembang diambil alih oleh pemerintahan Hindia Belanda.[1] Mata uang ini terdiri dari koin-koin timah bernilai rendah yang umum ditukarkan dalam jumlah besar. Tidak adanya percetakan uang terpusat sepanjang masa produksi Pitis Palembang membuat kualitas fisik Pitis Palembang sering kali tidak konsisten dan rentan dipalsukan.
Sejarah
Kesultanan Palembang, sebagaimana Kesultanan Banten, mulai bangkit sebagai kerajaan tersendiri mengikuti surutnya pamor Kesultanan Demak setelah kematian Sultan Trenggana pada tahun 1546. Antara 1560-an dan 1620-an, Palembang turut ambil andil dalam perdagangan dua komoditas penting masa itu: lada dan timah.[2] Berkat perdagangan, koin dari berbagai kerajaan beredar di Palembang, di antaranya koin Banten, Siak, Kampar, dan Jambi, ditambah pula dengan koin Tiongkok yang telah lama beredar di Nusantara. Seri koin paling awal yang dihasilkan oleh Palembang berasal dari periode ini, yakni imitasi koin Tiongkok dengan kata "sultan" yang ditulis secara fonetis menggunakan Hanzi menjadi shǐdān (史丹), yang diproduksi antara tahun 1600 dan 1658. Seri ini diikuti oleh koin dengan abjad Jawi yang bertuliskan 'alamat Sulṭan (علا / مت / سلطا / ن) dan diproduksi antara tahun 1658 dan 1710.[3][4] Pada paruh kedua abad 17 M, monopoli Kompeni Hindia Belanda (VOC) akan lada dan timah mulai meningkat. Monopoli ini berpengaruh buruk pada jaringan perdagangan serta ekonomi kerajaan-kerajaan lokal. Koin-koin lokal pun menjadi langka di Palembang, kecuali koin yang dicetak di Palembang sendiri.[5]
Sekitar 1710, cadangan bijih timah ditemukan di Pulau Bangka, yang pada masa itu merupakan bagian dari wilayah Kesultanan Palembang.[6][7] Penemuan ini menghasilkan surplus timah bagi Palembang yang diperdagangkan dalam bentuk batangan serta dijadikan bahan untuk mata uang berdenominasi rendah dalam jumlah besar. Koin keluaran Palembang pada abad 18 M terdiri dari dua seri yang terpisah. Seri pertama adalah koin-koin kecil keluaran sultan dengan tulisan Arab Jawi, sedangkan seri kedua adalah koin-koin bergaya Tionghoa dengan ukuran lebih besar dan tulisan Hanzi yang dicetak untuk komunitas penambang Tionghoa di Bangka. Koin bergaya Tionghoa umumnya dianggap hanya beredar di Bangka. Meskipun demikian, Bangka pada masa itu berada di bawah pengawasan administrasi Kota Palembang dan koin Tionghoa tampaknya juga dicetak di Palembang. Sangat memungkinkan koin yang beredar di Palembang mencakup koin bergaya Tionghoa selain koin sultan.[8]
Setelah 1812, Palembang tidak lagi memiliki sumber timah dalam wilayahnya. Inggris merebut pulau Bangka pada tahun 1812; pulau tersebut kemudian menjadi kepemilikan nominal Belanda pada tahun 1814 dan secara resmi diserahkan kepada Belanda pada tahun 1816. Sekitar tahun 1820, Sultan Mahmud Badaruddin II memimpin pemberontakan melawan Belanda dan dikalahkan oleh Jenderal Hendrik Merkus de Kock pada tahun 1821. Belanda melengserkan kekuasaan Mahmud dan mengasingkannya ke Ternate pada tahun yang sama. Pada tahun 1825, wilayah Palembang sepenuhnya diserap di bawah kekuasaan pemerintahan kolonial Belanda. Pitis Palembang berangka tahun terakhir berasal dari tahun 1804, dan dapat diduga bahwa produksi Pitis Palembang telah berhenti pada tahun 1825.[9][10]
Pembuatan
Produksi Pitis Palembang cenderung terbatas sebelum 1710, tetapi surplus timah berkat tambang Bangka membuat produksinya meningkat tajam. Pitis dicetak dengan cara yang mirip dengan koin Tiongkok: timah cair dituang ke dalam cetakan yang menjadikan berpuluh-puluh koin tersambung dalam satu dahan, bentuk yang kerap dijuluki sebagai "pohon uang." Tiap keping koin dipatahkan dari dahan dan kemudian diasah hingga koin berbentuk bulat, meski bekas dahan yang tidak diasah dengan telaten kerap terlihat dalam Pitis Palembang. Terakhir, koin dicap agar memuat tulisan yang sesuai.[11][12]
Selama masa edar Pitis Palembang, pemalsuan koin menjadi industri besar sehingga koin resmi yang dikeluarkan oleh sultan tidak memegang porsi utama dari total koin yang beredar di Palembang. Koin palsu relatif mudah dibuat oleh siapa saja yang memiliki akses ke persediaan timah Palembang pada masa surplus. Terdapat laporan akan adanya hukuman berat bagi pemalsu,[13] tetapi karena kualitas Pitis resmi pun sering kali tidak seragam akibat tiadanya produsen dan pengawas mutu pusat, membedakan antara keluaran resmi dan palsu cenderung sulit.[14][12] Ketidakseragaman yang lumrah ditemukan meliputi ukuran, berat, dan tulisan (yang seringkali terdistorsi hingga tidak terbaca pada tipe-tipe awal).
Jenis
Seluruh mata uang Pitis Palembang terdiri dari uang logam campuran timah-timbal, kecuali satu jenis yang memiliki versi tembaga. Tiap jenis memiliki tulisan di satu sisi, sementara sisi sebaliknya polos. Kebanyakan koin memiliki kata في بلد ڤلمبڠ fi bilad Palembang ('di negeri Palembang') yang ditulis menggunakan abjad Jawi, dan sebagian menyertakan tahun cetak dalam Kalender Hijriah. Koin dapat dibagi ke dalam dua jenis: koin tanpa lubang yang disebut pitis buntu serta koin dengan lubang yang disebut pitis teboh (imitasi koin Tiongkok termasuk jenis ini).[15] Dengan mengabaikan varian, sebagian jenis Pitis Palembang yang diketahui pernah dihasilkan oleh percetakan uang Palembang dapat dilihat sebagaimana berikut:[16][17]
Pitis buntu
Tulisan | Tahun produksi | Gambar | Masa kekuasaan Sultan | ||
---|---|---|---|---|---|
Jawi | Alih aksara | Hijriah | Masehi | ||
ال سلطان في بلد ڤلمبڠ ١١٩٣ | al-Sulṭan fi bilad Palembang sanat 1193 | 1193 | 1779/1780 | Muhammad Bahauddin (1776–1803) | |
ڤلمبڠ ? | ? Palembang[a] | - | (sekitar 1812–1816) | Mahmud Badaruddin II (1804–1813, 1818–1821) |
Pitis teboh
Tulisan | Tahun produksi | Gambar | Masa kekuasaan Sultan | ||
---|---|---|---|---|---|
Jawi/Hanzi | Alih aksara | Hijriah | Masehi | ||
史 / 丹 / 利 / 寶 | shǐ / dān / lì / bǎo | – | (sekitar 1600–1658) | – | |
علا / مت / سلطا / ن | 'ala / mat / Sulṭa / n | – | (sekitar 1658–1710) |
| |
ضرب في بلد ڤلمبڠ دار السلام | ḍarb fi bilad Palembang dar al-salam | – | (sekitar 1710–1778) |
| |
علامت في بلد ڤلمبڠ دار السلام ١١٦٢ | 'alamat fi bilad Palembang dar al-salam sanat 1162 | 1162 | 1749/1750 | – | Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo (1724–1757) |
هذا فلوس في بلد ڤلمبڠ ١١٩٨ | hadza fulus fi bilad Palembang sanat 1198[b] | 1198 | 1783/1784 | Muhammad Bahauddin (1776–1803) | |
ال سلطان في بلد ڤلمبڠ | al-Sulṭan fi bilad Palembang sanat (tahun) | 1200–1204 | 1785–1789/1790 | Muhammad Bahauddin (1776–1803) | |
مصروف في بلد ڤلمبڠ ١٢١٩ | maṣruf fi bilad Palembang 1219 | 1219 | 1804/1805 | Mahmud Badaruddin II (1804–1813, 1818–1821) |
Nilai tukar
Pitis merupakan mata uang bernilai rendah yang perlu dikumpulkan dalam jumlah besar agar dapat ditukar dengan mata uang bernilai lebih tinggi seperti Duit VOC dan Dolar Spanyol. Buntu dan teboh cenderung memiliki nilai yang setara dan hanya dibedakan dari satuan kumpulannya. Pitis buntu dikumpulkan dalam pak yang dibungkus daun. Satu pak dengan isi 250 keping dikenal sebagai kupat (كوفات) dengan nilai satu kejer, setara dengan 20 keping Duit VOC atau ⅟16 Dolar Spanyol. Pitis teboh dikumpulkan dengan sebilah rotan atau tali, mirip dengan uang kepeng Tiongkok. Seutas tali dengan isi 500 keping dikenal sebagai cucuk (چوچق) dengan nilai satu tali, setara dengan dua kejer. Satuan dan nilai tukar untuk Pitis Palembang terdokumentasi sebagaimana berikut:[15][21]
Pitis Palembang | Duit VOC | Dolar Spanyol | |||
---|---|---|---|---|---|
Satuan | Setara dengan | Jumlah keping | |||
ريال | real | 2 jampel | 4.000 | 320 | 1 |
جمفل | jampel | 2 suku | 2.000 | 160 | ½ |
سوكو | suku | 2 tali | 1.000 | 80 | ¼ |
تالي | tali | 2 kejer | 500 | 40 | ⅛ |
كجر | kejer | (1 kupat atau ½ cucuk) | 250 | 20 | ⅟16 |
- | - | (½ kupat atau ¼ cucuk) | 125 | 10 | ⅟32 |
Lihat pula
Catatan
Rujukan
- ^ Hall 1968, hlm. 576.
- ^ Hall 1968, hlm. 277-279.
- ^ Yih 2010.
- ^ Yih 2011.
- ^ Mitchiner 2013, hlm. 31-32.
- ^ Millies 1871, hlm. 117.
- ^ Wicks 1983, hlm. 287-288.
- ^ Mitchiner 2013, hlm. 32.
- ^ Mitchiner 2013, hlm. 32-33.
- ^ Mitchiner 1968, hlm. 543, 576.
- ^ Mitchiner 2013, hlm. 32, 35.
- ^ a b Robinson 2018, hlm. 1.
- ^ Millies 1871, hlm. 110.
- ^ Mitchiner 2013, hlm. 34, 35, 39.
- ^ a b Netscher 1855, hlm. 169.
- ^ Mitchiner 2013.
- ^ Robinson 2018.
- ^ Millies 1871, hlm. 114.
- ^ Mitchiner 2013, hlm. 43.
- ^ Mitchiner 2013, hlm. 39.
- ^ Millies 1871, hlm. 115-116.
Daftar Pustaka
- Gumilar, Agung (2021). "Use of Malay-Arabic Scriptures of Jawi/Pegon in Number of Ancient Metal Currencies in Indonesia from Pre-Independence to Early Independence". al-Urwatul Wutsqo: Jurnal Ilmu Keislaman dan Pendidikan. 2 (1). ISSN 2747-0105.
- Hall, D. G. E. (1968). A history of South-east Asia, 3rd edition. ISBN 9781349165216.
- Millies, Henricus Christiaan (1871). Recherches sur les monnaies des indigènes de l'archipel Indien et de la pèninsule Malaie (PDF) (dalam bahasa Prancis). La Haye: M. Nijhoff.
- Mitchiner, Michael; Tjong Yih (2013). "Coin Circulation in Palembang (Sumatra), circa AD 1710 to 1825. Part one: Sultanate coins minted at Palembang" (PDF). Journal of the Oriental Numismatic Society. 215: 30–43. ISSN 1818-1252.
- Netscher, Elisa; Chijs, Jacobus Anna (1855). De munten van Nederlandsch Indië, beschreven en afgebeeld (dalam bahasa Belanda). Lange. hlm. 167-170, plate XXIII.
- Robinson, Frank S. (2018). Palembang Coins (PDF).
- Wicks, Robert S. (1983). A Survey of Native Southeast Asian Coinage Circa 450-1850: Documentation and Typology (Tesis PhD). Cornell University. https://books.google.com/books?id=w68JvAEACAAJ.
- Yih, Tjong D. (2010). "Tiny pitis inscribed "Shi-Dan" (Sultan) from Palembang". Journal of the Oriental Numismatic Society. 204: 27–31. ISSN 1818-1252.
- Yih, Tjong D. (2011). "Palembang picis inscribed 'Alamat Sultan'". Journal of the Oriental Numismatic Society. 209: 32–35. ISSN 1818-1252.