Desa Wisata Tingkir Lor, Salatiga

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Tingkir Lor adalah sebuah desa berbasis wisata yang berada di Kelurahan Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. Desa ini berada sekitar 1 kilometer di utara Terminal Tingkir, Kota Salatiga dengan menggunakan sarana transprotasi darat seperti bus, motor, dan mobil. Sesuai namanya, Desa Wisata Tingkir Lor mengandalkan sektor pariwisata sebagai daya tariknya. Beberapa jenis wisata alternatif yang ditawarkan oleh desa ini adalah wisata belanja dan pendidikan.

Sejarah Berdirinya Desa[sunting | sunting sumber]

Penetapan Desa Wisata Tingkir Lor sebagai desa wisata melewati proses yang cukup panjang. Kajian awal yang dilakukan pemerintah setempat terkait pembentukan desa wisata telah dimulai sejak tahun 1992. Secara resmi, Bappeda Kota Salatiga baru melakukan kajian lanjutan pada tahun 2002 yang kemudian menerbitkan laporan akhir kajian pada tahun 2002. Pada tahun 2015, Wali kota Salatiga baru menetapkan desa itu menjadi desa wisata melalui keputusan nomor 556/349/2015 tentang pengembangan Tingkir Lor menjadi desa wisata.[1]

Keputusan untuk menetapkan desa ini menjadi desa wisata tidak dapat dipisahkan dari konteks sosio-historis desa ini. Sejak tahun 1960-an, telah berdiri sebuah pabrik tekstil di desa Tingkir Lor yang bernama PT Daya Manunggal Tekstil[2] atau yang lebih dikenal dengan nama PT Damatex. Pabrik tersebut berada sekitar 2 kilometer dari pusat Desa Tingkir Lor. Produksi tekstil yang dilakukan oleh pabrik tersebut adalah tekstil jadi yang siap untuk dijahit menjadi pakaian. Di lain sisi, sebagai pabrik tekstil terbesar di Kota Salatiga, PT Damatex juga menghasilkan limbah kain yang cukup banyak. Limbah tersebut kemudian dibuang dan diperkenankan dimanfaatkan oleh warga sekitar apabila berkenan. Warga di sekitar pun banyak memanfaatkan limbah kain tersebut menjadi barang-barang konveksi. Hal itu yang menjadi awal mula dari berdirinya usaha koneksi di desa Tinggir Lor.

Pada tahun 1990-an, usaha konveksi warga di desa tersebut menjadi semakin berkembang. Banyak di antara warga Tingkir Lor yang akhirnya juga membuat usaha konfeksi. Akibat menjadi usaha utama, mereka tidak lagi mengandalkan kain sisa dari pabrik tekstil yang ada di sana. Mereka kemudian membeli kain baru yang diakses dari pabrik di daerah Sukoharjo dan Solo. Semenjak saat itu, Pemerintah Kota Salatiga kemudian menetapkan Tingkir Lor menjadi sentra usaha konfeksi di Kota Salatiga yang juga berubah menjadi Desa Wisata Tingkir Lor.

Kepengurusan dan Daya Tarik Desa[sunting | sunting sumber]

Secara umum, ada dua bentuk kepengurusan di Desa Wisata Tingkir Lor, yaitu organisasi masyarakat sadar wisata (Pokdarwis) yang dibentuk oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi, Kebudayaan, dan Pariwisata Kota Salatiga dan organisasi pengelola desa wisata yang dibentuk oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Salatiga.[3] Kepengurusan yang berlangsung saat ini adalah oleh organisasi pengelola desa wisata yang strukturnya terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, bidang keamanan & transportasi, bidang makanan dan minuman, bidang kerajinan, bidang kesenian, bidang homestay, bidang outbond, dan bidang promosi.

Sementara itu, potensi utama yang juga menjadi pertimbangan utama pemerintah Kota Salatiga menetapkan Tingkir Lor menjadi desa wisata adalah adanya usaha rumahan konveksi. Usaha tersebut menjamur seiring dengan banyaknya warga Tingkir Lor yang beramai-ramai mengelola usaha konveksi di rumahnya. Selain usaha konveksi yang memiliki fungsi ekonomi, terdapat juga hal-hal lain yang menjadi daya tarik utama bagi desa ini.

Setidaknya, ada empat hal yang dijadikan daya tarik Desa Wisata Tingkir Lor, Salatiga. Beberapa di antaranya adalah

  • Bentang alam. Ketinggian desa ini mencapai 650-675 meter di atas permukaan air laut. Posisi geografis tersebut menjadikan desa ini memiliki suhu udara yang sejuk bahkan dingin ketika musim penghujan. Kondisi tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk menghabiskan waktu di dataran tinggi.
  • Wisata buatan. Warga desa memanfaatkan sumber daya alam yang ada yang kemudian digabungkan dengan kreativitas masyarakat setempat. Beberapa bentuk wisata buatan yang ada di desa tersebut adalah shelter cenggek yang merupakan kursi beratap yang digunakan untuk tempat duduk dan kolam ikan yang dibangun dengan memanfaatkan aliran Sungai Cengek yang deras.
  • Wisata belanja. Wisata belanja yang ditawarkan oleh desa ini adalah konfeksi dan makanan. Terhitung, telah ada 63 warga desa yang kini mengembangkan usaha rumahan di bidang konveksi. Produk-produk tersebut juga banyak yang dijual ke pasar-pasar di Kota Salatiga dan sekitarnya.
  • Wisata pendidikan. Ada tiga hal yang tercakup dalam wisata pendidikan, yaitu aktivitas fisik di luar ruangan (outbond), wisata membuat olahan produk khas Tingkir Lor seperti konveksi dan makanan, serta wisata sejarah.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Suryajati, Muhammad Wira. 2017. Analisis Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Usaha kOnveksi sebagai Daya Tarik Wisata Di Desa Wisata Tingkir Lor, Kota Salatiga, Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada.
  2. ^ http://www.damatextile.com/introduction.htm
  3. ^ Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Salatiga. 2015. Laporan Antara Penyusunan Masterplan Pariwisata Kota Salatiga. Salatiga: Bappeda Kota Salatiga