Budidaya ikan nila

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Budidaya ikan nila adalah suatu usaha untuk memelihara ikan nila dengan pemberian pakan dan pengendalian kualitas air kolam dengan cara yang teratur dan rutin.[1] Potensi budidaya ikan nila sangat tinggi karena pemeliharaan yang mudah, perkembangbiakan yang cepat, daya tahan yang kuat dan lokasi budidaya yang beragam.[2]

Cara[sunting | sunting sumber]

Hal pertama yang perlu dilakukan dalam proses budidaya ikan nila adalah pemilihan lokasi budidaya. Budidaya ikan nila harus dilakuan di perairan yang tidak bergelombang dan terpaan angin yang tidak kencang. Selain itu, lokasi budidaya harus mudah dijangkau dalam hal transportasi dan penerangan serta dekat dengan sumber pakan dan benih. Lokasi budidaya juga harus jauh dari sumber limbah dan kegiatan-kegiatan manusia. Perairan harus memiliki arus dan sirkulasi oksigen yang baik dan harus memiliki kedalaman yang cukup untuk mencegah pasang surut air.[3]

Langkah selanjutnya adalah pemilihan benih. Hasil panen ikan nila sangat dipengaruhi oleh bibit yang digunakan. Oleh karenanya pemilihan bibit merupakan hal yang sangat penting. Bibit ikan nila dianggap baik apabila mampu memproduksi benih dalam jumlah banyak dan berkualitas tinggi. Ciri-ciri benih yang baik diantaranya tahan penyakit, berukuran sama, aktif bergerak, dan memiliki berat antara 120 gram hingga 180 gram.[4] Setelah benih dipilih, maka benih ditebar ke kolam. Penebaran benih yang ideal adalah 60-65 ekor ikan nila per m2. Jumlah ini tidak ditambah lagi hingga masa panen tiba.[5]

Pemeliharaan[sunting | sunting sumber]

Ikan nila dapat diberi makan dengan pakan terapung.[6] Komposisi gizi pada pakan ikan nila yaitu protein dengan kadar 28—32%, lemak dengan kadar 8—13 %, dan karbohidrat dengan kadar 45—55%. Pakan ini juga dicampur dengan mineral dan vitamin.[7] Pemberian vitamin mampu membuat daging ikan nila menjadi lebih lezat dan gurih. Selain itu, pemberian vitamin juga mempercepat pertumbuhan ikan nila dan meningkatkan ukuran tubuh ikan nila. Pemberian pakan ikan nila dilakukan pagi dan sore hari.[8]

Potensi[sunting | sunting sumber]

Budidaya ikan nila sangat mudah untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan ikan nila membutuhkan pemeliharaan yang mudah, pertumbuhan dan perkembangbiakan yang cepat dan daya tahan yang kuat terhadap hama dan penyakit. Selain itu, budidaya ikan nila dapat dilakukan di kolam biasa, kolam air deras, kantung jaring apung, keramba, sawah, bahkan di dalam tambak.[2] Lahan lain yang tergolong non-kolam kini telah dimanfaatkan untuk budidaya ikan nila. Budidaya ikan nila dapat dilakukan di sawah, rawa atau waduk,dan perairan umum. Kebutuhan air untuk pemeliharaan kualitas air diperoleh dari mata air.[9]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Tim Perikanan WWF-Indonesia (2011), hlm. 1."Dalam skala usaha bisnis, budidaya ikan nila memerlukan metode budidaya yang lebih intensif seperti input pakan dan kontrol kualitas air yang lebih baik."
  2. ^ a b Bank Indonesia (2008), hlm. 2."Budidaya ikan nila disukai karena ikan nila mudah dipelihara, laju pertumbuhan dan perkembangbiakannya cepat, serta tahan terhadap gangguan hama dan penyakit. Selain dipelihara di kolam biasa seperti yang umum dilakukan, ikan nila juga dapat dibudidayakan di media lain seperti kolam air deras, kantung jaring apung, karamba, sawah, bahkan dalam tambak (air payau) sekalipun."
  3. ^ Tim Perikanan WWF-Indonesia (2011), hlm. 5."- Tidak bergelombang besar ataupun ada terpaan angin yang kenvang - Lokasi mudah dijangkau - Dekat dengan sumber pakan dan benih - Tidak dekat dengan sumber limbah - Kedalaman 10 meter untuk mencegah fluktuasi air - mempunyai arus dan sirkulasi yang cukup untuk mendpaatkan oksigen yang baik - Dekat dengan sarana jalan dan penerangan - Hendaknya jauh dari daerah pariwisata, jalur pelayaran umum, dan kegiatan manusia lainnya ."
  4. ^ Terpalindo (2019), hlm. 3."Adapun ciri-ciri benih ikan nila yang bagus, antara lain sebagai berikut: Benih sehat, aktif bergerak, ukuran sama, warna senada, responsif, memiliki berat 120 gram - 180 gram."
  5. ^ Tim Perikanan WWF-Indonesia (2011), hlm. 11.Padat tebar yang ideal adalah 60-65 ekor/m2, ..., dan tidak ada penambahan sampai ikan panen."
  6. ^ Tim Perikanan WWF-Indonesia (2011), hlm. 12."Penggunaan pakan yang dianjurkan adalah pakan terapung."
  7. ^ Tim Perikanan WWF-Indonesia (2011), hlm. 13."Kriteria pakan yang sesuai untuk pemeliharaan nila adalah pakan dengan kadar protein 28—32%, lemak 8—13%, karbohidrat 45—55% yang dilengkapi dengan mineral dan vitamin."
  8. ^ Terpalindo (2019), hlm. 11."Dalam proses pemberian pakan ikan nila pun, Anda boleh memberikan pakan kapan pun. Namun, waktu terbaik adalah di pagi dan sore hari. Dengan cara ini, pertumbuhan ikan nila akan semakin pesat dan maksimal. Selain pakan ikan, Anda dapat memberikan vitamin khusus secara berkala. Di pasaran tersedia cukup banyak pilihan. Pemberian vitamin dapat menghasilkan ikan nila dengan daging yang lebih lezat dan gurih. Pemberian vitamin pun efektif merangsang pertumbuhan ikan nila. Alhasil, bobot dan panjang ikan nila pun lebih optimal."
  9. ^ Bank Indonesia (2008), hlm. 3."Sedangkan lahan non-kolam yang kini telah dimanfaatkan untuk budidaya ikan antara lain adalah sawah (mina padi), rawa/waduk (karamba dan jaring tancap), dan perairan umum. Sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan air kolam adalah berupa mata air (umbul)."

Daftar Pustaka[sunting | sunting sumber]

  • Bank Indonesia (2008). Pola Pembiayaan Usaha Kecil: Budidaya Pembesaran Ikan Nila. Jakarta: Bank Indonesia. 
  • Terpalindo (2019). Panduan Lengkap Budidaya Nila di Kolam Terpal Bulat. Terpalindo. 
  • Tim Perikanan WWF-Indonesia (2011). Panduan Budidaya Ikan Nila Sistem Karamba Jaring Apung. WWF-Indonesia. ISBN 978-979-1461-16-0.