Bahasa Melayu Kuno

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 5 April 2013 16.27 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 4 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q3107478)

Bahasa Melayu Kuno merupakan anggota rumpun bahasa Austronesia dan dianggap sebagai salah satu bentuk awal (proto) bagi bahasa Melayu. Bahasa Melayu Kuno (MK) berdasarkan catatan-catatan tertulis pernah dipakai pada sekitar abad ke-7 hingga abad ke-13, yaitu pada zaman berkuasanya Wangsa Sailendra di Jawa dan Kerajaan Sriwijaya. Keberadaan bahasa ini diketahui dari prasasti dan keping logam (ada yang berupa emas dan ada pula tembaga) yang ditemukan di seputaran Nusantara bagian barat, seperti di Pulau Sumatera dan sekitarnya, Pulau Jawa, dan Pulau Luzon, Filipina.

Kosakata bahasa ini banyak dipengaruhi oleh bahasa Sanskerta, yang menunjukkan bahwa pengaruh budaya India banyak terserap dalam kehidupan sehari-hari masa itu. Bahasa Sanskerta hingga sekarang menyumbang kepada pengayaan kosakata Bahasa Melayu. Aksara yang digunakan dalam sumber-sumber MK bermacam-macam, mulai dari aksara Pallawa, aksara Kawi atau aksara Pasca-Pallawa[1].

Sumber-sumber bahasa Melayu Kuno

Sumber-sumber bahasa Melayu kuno ditemukan pada prasasti-prasasti berikut:

Karakteristik

Dari berbagai sumber naskah dan prasasti tampak sekali pengaruh dari bahasa Sanskerta melalui banyak kata-kata yang dipinjam dari bahasa itu serta bunyi-bunyi konsonan aspiratif seperti bh, ch, th, ph, dh, kh, h (Contoh: sukhatchitta). Namun demikian struktur kalimat jelas bersifat Melayu atau Austronesia, seperti adanya imbuhan (suffix). Imbuhan-imbuhan ini dapat dilacak hubungannya dengan bentuk imbuhan bahasa Melayu Klasik atau bahasa Indonesia[7], seperti awalan mar- (> ber- dalam bahasa Melayu Klasik), ni- (> di-), nipar- (> diper-), maN- (> meN-), ka- (> ter-), dan maka- (> ter-).

Pronomina pribadi, seperti juga bahasa Indonesia, juga terdiri dari pronomina independen dan ekliktik (genitif)[8]: 1s = aku, -ku/-nku, 2p = kamu, mamu, 3s = iya, nya, 3p (hormat) = sida, -da,-nda, 2p (divinum) = kita, -ta/-nta.

Dua dialek telah diduga oleh Aichelle di tahun 1942 dan A. Teeuw sejak 1959[9]: Dialek prasasti Sumatera: ni-/var- dan dialek luar Sumatera di-/bar-.

Catatan kaki

  1. ^ a b Kozok, Uli, (2006), Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah: Naskah Melayu yang Tertua, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-603-6.
  2. ^ Coedes, George, (1930), Les inscriptions malaises de Çrivijaya, BEFEO.
  3. ^ a b c d e Situs "The History of Pasuruan Regency"
  4. ^ Situs Kabupaten Batang, diakses 7 Juni 2007
  5. ^ Muljana, Slamet, 1981, Kuntala, Sriwijaya Dan Suwarnabhumi, Jakarta: Yayasan Idayu, hlm. 223.
  6. ^ Casparis, J. G. de., (1992), Kerajaan Malayu dan Adityawarman, Seminar Sejarah Malayu Kuno, Jambi, 7-8 Desember 1992. Jambi: Pemerintah Daerah Tingkat I Jambi bekerjasama dengan Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jambi, hlm. 235-256.
  7. ^ Mahdi W. 2005. Old Malay. Dalam: Adelaar K.A. & Himmelmann N. (penyunting) The Austronesian languages of Asia and Madagascar. Routledge. Hal. 197.
  8. ^ Mahdi W. 2005. ibid.. Hal. 196.
  9. ^ Mahdi W. 2005. ibid.. Hal. 183.

Pustaka

  • Mahdi W. 2005. Old Malay. Dalam: Adelaar K.A. & Himmelmann N. The Austronesian languages of Asia and Madagascar. Hal. 182–200.