Anjungan Kabupaten Jepara

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Anjungan Kabupaten Jepara merupakan[1] salah satu Anjungan Daerah di Taman Mini Jawa Tengah (Puri Maerokoco). Anjungan[2] ini menampilkan beberapa arsitektur[3] rumah adat khas Jepara. Bangunan – bangunan dalam anjungan Jepara terdiri atas Joglo Jepara, Padonggo Birowo, Sculpture Palace, dll.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Pembangunan anjungan Jepara di Puri Maerokoco dimulai pada bulan Juni 1992 dan selesai pada bulan Juli 1993 dengan biaya sebesar Rp 407.887.600,- melalui Inpres 1993/1994. Anjungan Jepara di Puri Maerokoco dibangun berdasarkan surat Gubernur Kepala Tingkat I Jawa Tengah, Nomor: 510.1/32442 tanggal 29 Agustus 1991 yang merupakan sarana informasi dan promosi Kabupaten Jepara tentang produk andalan komoditas non migas yang berupa industri kerajinan dari pariwisata.

Joglo Jepara[sunting | sunting sumber]

Joglo Jepara adalah Rumah Adat Jepara merupakan salah satu rumah tradisional yang mencerminkan perpaduan akulturasi kebudayaan masyarakat Jepara. Joglo Jepara yang kini di Puri Maerokoco dahulunya adalah Rumah Warga Jepara tepatnya dari Desa Kalipucang Wetan, Pada tahun 1984 pemerintah membeli joglo jepara pada pemiliknya yang bernama Mbah Haji Tohar sebesar Rp. 8.000.000,-. Rumah Adat Jepara memiliki atap genteng yang disebut “Atap Wuwungan”. Jenis bangunan ini merupakan bangunan tradisional di daerah Jepara dan sampai saat ini masih banyak dijumpai. Ciri khusus arsitektur bangunan ini adalah:

  • Bahan bangunan terbuat dari kayu dengan dinding kayu berukir
  • Memiliki 4 buah tiang di tengah bangunan
  • Atap dari genting dan khusus kerpus memiliki motif ukiran gambar wayang.

Adapun konsep falsafah dari bangunan joglo ini adalah:

  • Menghadap ke laut dengan maksud agar berpikiran luas
  • Membelakangi gunung dengan maksud agar tidak congkak dan tinggi hati
  • Atap berujud pegunungan dengan maksud religius yaitu Tuhan di atas dan berkuasa atas segalanya
  • Tiga buah pintu di depan merupakan perwujudan hubungan antara:
  1. Manusia dengan Tuhan
  2. Manusia dengan manusia
  3. Manusia dengan alam
  • Tiga wuwungan atap tidak patah tetapi melengkung yang mempunyai maksud sebagai perwujudan cara hidup yang luwes.

Pradonggo Birowo[sunting | sunting sumber]

Bangunan ini merupakan duplikat dari bangunan aslinya yang ada di sebelah kiri Pendopo Kabupaten Jepara. Fungsi bangunan ini adalah sebagai tempat gamelan yang hanya terdiri atas kendang, kecrek, kempul, dan genjur. Dibunyikan setiap hari Senin sehingga gamelan ini oleh orang Jepara disebut GONG SENEN. Pada bagian depan bangunan Pradonggo Birowo terdapat miniatur Air Terjun Songgo Langit.

Sculpture Palace[sunting | sunting sumber]

Bangunan ini merupakan bangunan monumental bagi potensi industri kerajinan di Jepara yaitu dalam bentuk patung orang yang menggambarkan sedang memahat kuda yang maksudnya merupakan simbol dinamika Jepara sebagai kota ukir.

Bangunan Serbaguna[sunting | sunting sumber]

Bangunan ini diadakan untuk kepentingan menampilkan kesenian-kesenian Jepara dalam event-event tertentu yang diprogramkan.

Gapura Mantingan[sunting | sunting sumber]

Gapura ini merupakan duplikat gapura kuno yang ada di Desa mantingan yang merupakan pintu masuk menuju Makam Ratu Kalinyamat dan Masjid Kuno Mantingan.Dilihat dari sisi arsitektur diperkirakan gapuro kuno Mantinga ini dibangun pada ahir abad XVII yaitu dalam pengertian Bahasa Arab ghoruuren yang bermakna agar setiap orang yang datang ke komplek Masjid Kuno Mantingan dan Makam Ratu Kalinyamat agar selalu ingat untuk memohon ampunan pada Tuhan Yang Maha Esa.

Miniatur Air Terjun Songgolangit[sunting | sunting sumber]

Bangunan ini merupakan prototip dari sebuah objek wisata alam yang indah dengan air terjunya yang berlokasi di desa Bucu Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara.

Toilet Service Room[sunting | sunting sumber]

Bangunan ini di samping untuk toilet juga berfungsi sebagai gudang.

Luas[sunting | sunting sumber]

Luas Anjungan Jepara adalah 890,74 yang terdiri:

  • Bangunan tradisional dengan luas bangunan 63 m2
  • Pradonggo Birowo dengan luas bangunan 9 m2
  • Sclupture palace dengan luas bangunan 9 m2
  • Bangunan serba guna dengan luas bangunan 147 m2
  • Gapura Mantingan dengan luas bangunan 12,75 m2
  • Miniatur air terjun Songgo langit dengan luas 16 m2
  • Toilet service room dengan luas bangunan 227,70 m2
  • Taman gaya Jepara dengan luas 373,33 m2
  • Bangunan plaza dengan luas 217 m2

Penjelasan isi dan penggunaan bangunan[sunting | sunting sumber]

  1. Duplikat meja kursi RA Kartini
  2. Meja marmer kuno
  3. Alat tenun tradisional dari troso
  4. Lukisan imajinasi Ratu Kalinyamat
  5. Lukisan RA Kartini
  6. Contoh beberapa hasil industri kerajianan Jepara, Seperti relief, tenun ikat, monel, macan kurung, dan lain-lain
  • Pada waktu tertentu bangunan joglo Jepara ini dan bangunan serbaguna dapat digunakan pula sebagai Ajang pameran

Atraksi Kesenian[sunting | sunting sumber]

Pada event-event tertentu, gedung serbaguna dapat digunakan pula untuk kepentingan atraksi seni khas Jepara antara lain: Emprak, Kentrung, Ketoprak,Samroh Prasah, Angguk, Dagelan, Ludruk, dll.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ http://seputarjeparaku.blogspot.com/2011/07/anjungan-jepara.html
  2. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-14. Diakses tanggal 2014-06-21. 
  3. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-08-14. Diakses tanggal 2014-06-21.