Kegemukan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak perubahan teks terakhir (oleh J35u5luvsratna) dan mengembalikan revisi 6657346 oleh EmausBot
project menrva oleh Ratna, mulai memasukkan
Baris 1: Baris 1:
{{Penyangkalan-medis}}
{{Penyangkalan-medis}}
{{refimprove}}
[[Berkas:Italienischer Maler des 17. Jahrhunderts 001.jpg|thumb|220px|Lelaki yang gemuk. Lukisan dibuat oleh oleh Alessandro del Borro pada abad ke-17.]]
[[Berkas:Italienischer Maler des 17. Jahrhunderts 001.jpg|thumb|220px|Lelaki yang gemuk. Lukisan dibuat oleh oleh Alessandro del Borro pada abad ke-17.]]
'''Obesitas''' adalah sebuah kondisi medis ketika kelebihan [[lemak]] tubuh terakumulasi sampai mengakibatkan efek samping pada kesehatan, berkurangnya [[harapan hidup]] dan/atau meningkatnya masalah kesehatan.<ref name="WHO 2000 p.6">WHO 2000 p.6</ref><ref name=HaslamJames/> Orang-orang dikategorikan sebagai obes jika [[indeks massa tubuh]] (IMT), sebuah pengukuran yang diperoleh dengan membagi berat badan seseorang dalam kilogram dengan kuadrat tinggi seseorang dalam meter, melebihi 30 kg/m<sup>2</sup>.<ref name="WHO 2000 p.9">WHO 2000 p.9</ref>
'''Obesitas''' adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.


Obesitas meningkatkan kemungkinan berbagai penyakit, terutama penyakit jantung, [[diabetes tipe 2]], [[apnea]] saat tidur yang obstruktif, jenis kanker tertentu, dan [[osteoartritis]].<ref name=HaslamJames/> Obesitas paling umum disebabkan oleh kombinasi dari asupan energi makanan berlebihan, kekurangan aktivitas fisik, dan kerawanan genetik, walaupun beberapa kasus disebabkan utamanya oleh [[gen]], kelainan [[endokrin]], medikasi atau sakit psikriatrik. Bukti kurang mendukung pandangan bahwa beberapa orang makan sedikit tetapi meningkat berat badannya karena metabolisme lambat; rata-rata orang yang obes memiliki pengeluaran energi yang lebih besar daripada daripada orang-orang yang kurus karena energi yang diperlukan untuk mempertahankan peningkatan massa tubuh.<ref>{{cite book |author=Kushner, Robert |title=Treatment of the Obese Patient (Contemporary Endocrinology) |publisher=Humana Press |location=Totowa, NJ |year=2007 |page=158 |isbn=1-59745-400-1 |url=http://books.google.com/?id=vWjK5etS7PMC&pg=PA121&lpg=PA121&dq=measurement+of+metabolism+in+obese+Bessesen |doi= |accessdate=April 5, 2009}}</ref><ref name=Anes2000>{{cite journal |author=Adams JP, Murphy PG |title=Obesity in anaesthesia and intensive care |journal=Br J Anaesth |volume=85 |issue=1 |pages=91–108 |year=2000 |month=July |pmid=10927998 |doi= 10.1093/bja/85.1.91|url=http://bja.oxfordjournals.org/cgi/content/full/85/1/91}}</ref>
Setiap orang memerlukan sejumlah [[lemak]] tubuh untuk menyimpan [[energi]], sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria{{fact}}. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas.


Diet dan latihan fisik adalah cara untuk merawat obesitas. Kualitas diet dapat ditingkatkan dengan mengurangi konsumsi makanan padat energi seperti yang kadar [[lemak]] dan [[gula]]nya tinggi, dan dengan meningkatkan asupan serat. Obat anti-obesitas dapat dikonsumsi untuk menekan nafsu makan atau menghambat penyerapan lemak bersama dengan diet yang sesuai. Jika diet, latihan dan medikasi tidaklah efektif, sebuah [[balon gastrik]] mungkin dapat membantu mengurangi berat badan, atau pembedahan dapat dilakukan untuk mengurangi volume lambung dan/atau panjang saluran cerna, menyebabkan kekenyangan yang lebih awal dan mengurangi kemampuan untuk menyerap nutrien makanan.<ref>NICE 2006 p.10–11</ref><ref name=balloon2008>{{cite journal |author=Imaz I, Martínez-Cervell C, García-Alvarez EE, Sendra-Gutiérrez JM, González-Enríquez J |title=Safety and effectiveness of the intragastric balloon for obesity. A meta-analysis |journal=Obes Surg |volume=18 |issue=7 |pages=841–6 |year=2008 |month=July |pmid=18459025 |doi=10.1007/s11695-007-9331-8}}</ref>
Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.


Obesitas merupakan salah satu penyebab kematian utama yang dapat dicegah, dengan peningkatan prevalensi pada orang dewasa dan anak-anak, dan otoritas memandangnya sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat abad ke- 21 yang paling serius.<ref name=Barn1999>{{cite journal |author=Barness LA, Opitz JM, Gilbert-Barness E |title=Obesity: genetic, molecular, and environmental aspects |journal=Am. J. Med. Genet. A |volume=143A |issue=24 |pages=3016–34 |year=2007 |month=December |pmid=18000969 |doi=10.1002/ajmg.a.32035 |url=}}</ref> Obesitas distigmakan dalam banyak dunia modern (terutama di [[Dunia Barat]]), walaupun obesitas secara luas diterima sebagai simbol kejayaan dan kesuburan pada masa lain dalam sejarah, dan masih di beberapa bagian dunia.<ref name=HaslamJames/><ref name=Woodhouse/> Pada tahun 2013, [[American Medical Association]] mengklasifikasikan obesitas sebagai sebuah penyakit.<ref name=NYTimes20130618>{{cite web |url=http://www.nytimes.com/2013/06/19/business/ama-recognizes-obesity-as-a-disease.html?_r=0 |title=A.M.A. Recognizes Obesity as a Disease |last=Pollack |first=Andrew |date=June 18, 2013 |website=The New York Times |archiveurl=http://www.webcitation.org/6Hav05TK0 |archivedate=June 18, 2013<!--unknown - used date parameter--> }}</ref><ref>{{cite web
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
|url=http://www.hhnmag.com/hhnmag/HHNDaily/HHNDailyDisplay.dhtml?id=5870001020 |title=
* Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
The Facts About Obesity |last1=Weinstock |first1=Matthew |date=June 21, 2013 |website=H&HN |publisher=[[American Hospital Association]] |accessdate=June 24, 2013 }}</ref>
* Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
* Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).

Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga kepada lokasi penimbunan lemak tubuh. Pola penyebaran lemak tubuh pada pria dan wanita cenderung berbeda.
Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong, sehingga memberikan gambaran seperti buah pir. Sedangkan pada pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan gambaran seperti buah apel.
Tetapi hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang mutlak, kadang pada beberapa pria tampak seperti [[buah pir]] dan beberapa wanita tampak seperti buah apel, terutama setelah masa [[menopause]].

Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut mungkin akan lebih mudah mengalami berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan obesitas. Mereka memiliki risiko yang lebih tinggi.
Gambaran buah pir lebih baik dibandingkan dengan gambaran buah apel.

Untuk membedakan kedua gambaran tersebut, telah ditemukan suatu cara untuk menentukan apakah seseorang berbentuk seperti buah apel atau seperti buah pir, yaitu dengan menghitung rasio pinggang dengan pinggul.
Pinggang diukur pada titik yang tersempit, sedangkan pinggul diukur pada titik yang terlebar; lalu ukuran pinggang dibagi dengan ukuran pinggul.
Seorang wanita dengan ukuran pinggang 87,5 cm dan ukuran pinggul 115 cm, memiliki rasio pinggang-pinggul sebesar 0,76.
Wanita dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 0,8 atau pria dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 1, dikatakan berbentuk apel.


== Penyebab Obesitas ==
== Penyebab Obesitas ==

Revisi per 6 Agustus 2013 10.10

Lelaki yang gemuk. Lukisan dibuat oleh oleh Alessandro del Borro pada abad ke-17.

Obesitas adalah sebuah kondisi medis ketika kelebihan lemak tubuh terakumulasi sampai mengakibatkan efek samping pada kesehatan, berkurangnya harapan hidup dan/atau meningkatnya masalah kesehatan.[1][2] Orang-orang dikategorikan sebagai obes jika indeks massa tubuh (IMT), sebuah pengukuran yang diperoleh dengan membagi berat badan seseorang dalam kilogram dengan kuadrat tinggi seseorang dalam meter, melebihi 30 kg/m2.[3]

Obesitas meningkatkan kemungkinan berbagai penyakit, terutama penyakit jantung, diabetes tipe 2, apnea saat tidur yang obstruktif, jenis kanker tertentu, dan osteoartritis.[2] Obesitas paling umum disebabkan oleh kombinasi dari asupan energi makanan berlebihan, kekurangan aktivitas fisik, dan kerawanan genetik, walaupun beberapa kasus disebabkan utamanya oleh gen, kelainan endokrin, medikasi atau sakit psikriatrik. Bukti kurang mendukung pandangan bahwa beberapa orang makan sedikit tetapi meningkat berat badannya karena metabolisme lambat; rata-rata orang yang obes memiliki pengeluaran energi yang lebih besar daripada daripada orang-orang yang kurus karena energi yang diperlukan untuk mempertahankan peningkatan massa tubuh.[4][5]

Diet dan latihan fisik adalah cara untuk merawat obesitas. Kualitas diet dapat ditingkatkan dengan mengurangi konsumsi makanan padat energi seperti yang kadar lemak dan gulanya tinggi, dan dengan meningkatkan asupan serat. Obat anti-obesitas dapat dikonsumsi untuk menekan nafsu makan atau menghambat penyerapan lemak bersama dengan diet yang sesuai. Jika diet, latihan dan medikasi tidaklah efektif, sebuah balon gastrik mungkin dapat membantu mengurangi berat badan, atau pembedahan dapat dilakukan untuk mengurangi volume lambung dan/atau panjang saluran cerna, menyebabkan kekenyangan yang lebih awal dan mengurangi kemampuan untuk menyerap nutrien makanan.[6][7]

Obesitas merupakan salah satu penyebab kematian utama yang dapat dicegah, dengan peningkatan prevalensi pada orang dewasa dan anak-anak, dan otoritas memandangnya sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat abad ke- 21 yang paling serius.[8] Obesitas distigmakan dalam banyak dunia modern (terutama di Dunia Barat), walaupun obesitas secara luas diterima sebagai simbol kejayaan dan kesuburan pada masa lain dalam sejarah, dan masih di beberapa bagian dunia.[2][9] Pada tahun 2013, American Medical Association mengklasifikasikan obesitas sebagai sebuah penyakit.[10][11]

Penyebab Obesitas

Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas.

Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor:

  • Faktor genetik. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
  • Faktor lingkungan. Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.
  • Faktor psikis. Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa memengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.

Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.

Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari.

  • Faktor kesehatan. Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
    • Hipotiroidisme
    • Sindroma Cushing
    • Sindroma Prader-Willi
    • Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.
  • Obat-obatan.

Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan penambahan berat badan.

  • Faktor perkembangan. Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.
  • Aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.

Gejala obesitas

Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernapasan dan sesak napas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernapasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernapasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.

Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.

Komplikasi

Obesitas meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti:

Diagnosa

Mengukur lemak tubuh

Tidak mudah untuk mengukur lemak tubuh seseorang. Cara-cara berikut memerlukan peralatan khusus dan dilakukan oleh tenaga terlatih:

  • Underwater weight, pengukuran berat badan dilakukan di dalam air dan kemudian lemak tubuh dihitung berdasarkan jumlah air yang tersisa.
  • BOD POD merupakan ruang berbentuk telur yang telah dikomputerisasi. Setelah seseorang memasuki BOD POD, jumlah udara yang tersisa digunakan untuk mengukur lemak tubuh.
  • DEXA (dual energy X-ray absorptiometry), menyerupai skening tulang. Sinar X digunakan untuk menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh.

Dua cara berikut lebih sederhana dan tidak rumit:

  • Jangka kulit, ketebalan lipatan kulit di beberapa bagian tubuh diukur dengan jangka (suatu alat terbuat dari logam yang menyerupai forseps).
  • Bioelectric impedance analysis (analisis tahanan bioelektrik), penderita berdiri diatas skala khusus dan sejumlah arus listrik yang tidak berbahaya dialirkan ke seluruh tubuh lalu dianalisis.

Pemeriksaan tersebut bisa memberikan hasil yang tidak tepat jika tidak dilakukan oleh tenaga ahli.

Pengukuran berat badan menurut WHO ( 2010) dapat dilakukan dengan membagi berat badan dengan tinggi badan kuadrat. Hal ini dinamakan dengan Indeks Masa Tubuh ( IMT).

Tabel berat badan-tinggi badan

ini telah digunakan sejak lama untuk menentukan apakah seseorang mengalami kelebihan berat badan. Tabel biasanya memiliki suatu kisaran berat badan untuk tinggi badan tertentu.

Permasalahan yang timbul adalah bahwa kita tidak tahu mana tabel yang terbaik yang harus digunakan. Banyak tabel yang bisa digunakan, dengan berbagai kisaran berat badan yang berbeda. Beberapa tabel menyertakan ukuran kerangka, umur dan jenis kelamin, tabel yang lainnya tidak.

Kekurangan dari tabel ini adalah tabel tidak membedakan antara kelebihan lemak dan kelebihan otot. Dilihat dari tabel, seseorang yang sangat berotot bisa tampak gemuk, padahal sesungguhnya tidak.

Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index, BMI)

BMI Klasifikasi
< 18.5 berat badan di bawah normal
18.5–24.9 normal
25.0–29.9 normal tinggi
30.0–34.9 Obesitas tingkat 1
35.0–39.9 Obesitas tingkat 2
≥ 40.0 Obesitas tingkat 3

BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan "indeks", BMI sebenarnya adalah rasio atau nisbah yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika memiliki nilai BMI sebesar 30 atau lebih.

Rumus:

Satuan Metrik menurut sistem satuan internasional :
Rumus :

dimana adalah berat badan dalam satuan metrik kilogram dan adalah tinggi badan dalam meter.

Pengobatan

Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen yang paling penting dalam pengaturan berat badan. Kedua komponen ini juga penting dalam mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan berat badan. Harus dilakukan perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani kebiasaan makan yang sehat.

Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir lemak tubuh penderita dan risiko kesehatannya dengan cara menghitung BMI. Resiko kesehatan yang berhubungan dengan obesitas akan meningkat sejalan dengan meningkatnya angka BMI :

  • Resiko rendah : BMI < 27
  • Resiko menengah : BMI 27-30
  • Resiko tinggi : BMI 30-35
  • Resiko sangat tinggi : BMI 35-40
  • Resiko sangat sangat tinggi : BMI 40 atau lebih.

Jenis dan beratnya latihan, serta jumlah pembatasan kalori pada setiap penderita berbeda-beda dan obat yang diberikan disesuaikan dengan keadaan penderita.

  • Penderita dengan risiko kesehatan rendah, menjalani diet sedang (1200-1500 kalori/hari untuk wanita, 1400-2000 kalori/hari untuk pria) disertai dengan olah raga
  • Penderita dengan risiko kesehatan menengah, menjalani diet rendah kalori (800-1200 kalori/hari untuk wanita, 1000-1400 kalori/hari untuk pria) disertai olah raga
  • Penderita dengan risiko kesehatan tinggi atau sangat tinggi, mendapatkan obat anti-obesitas disertai diet rendah kalori dan olah raga.

Memilih program penurunan berat badan yang aman dan berhasil. Unsur-unsur yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu program penurunan berat badan :

  • Diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan (vitamin, mineral dan protein). Diet untuk menurunkan berat badan harus rendah kalori.
  • Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat badan secara perlahan dan stabil.
  • Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh.
  • Program yang diikuti harus meliputi pemeliharaan berat badan setelah penurunan berat badan tercapai. Pemeliharaan berat badan merupakan bagian tersulit dari pengendalian berat badan. Program yang dipilih harus meliputi perubahan kebiasaan makan dan aktivitas fisik yang permanen, untuk merubah gaya hidup yang pada masa lalu menyokong terjadinya penambahan berat badan. Program ini harus menyelenggarakan perubahan perilaku, termasuk pendidikan dalam kebiasaan makan yang sehat dan rencana jangka panjang untuk mengatasi masalah berat badan.

Obesitas merupakan suatu keadaan menahun (kronis). Obesitas seringkali dianggap suatu keadaan sementara yang bisa diatasi selama beberapa bulan dengan menjalani diet yang ketat. Pengendalian berat badan merupakan suatu usaha jangka panjang. Agar aman dan efektif, setiap program penurunan berat badan harus ditujukan untuk pendekatan jangka panjang.

Pranala luar

Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link GA

  1. ^ WHO 2000 p.6
  2. ^ a b c Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama HaslamJames
  3. ^ WHO 2000 p.9
  4. ^ Kushner, Robert (2007). Treatment of the Obese Patient (Contemporary Endocrinology). Totowa, NJ: Humana Press. hlm. 158. ISBN 1-59745-400-1. Diakses tanggal April 5, 2009. 
  5. ^ Adams JP, Murphy PG (2000). "Obesity in anaesthesia and intensive care". Br J Anaesth. 85 (1): 91–108. doi:10.1093/bja/85.1.91. PMID 10927998. 
  6. ^ NICE 2006 p.10–11
  7. ^ Imaz I, Martínez-Cervell C, García-Alvarez EE, Sendra-Gutiérrez JM, González-Enríquez J (2008). "Safety and effectiveness of the intragastric balloon for obesity. A meta-analysis". Obes Surg. 18 (7): 841–6. doi:10.1007/s11695-007-9331-8. PMID 18459025. 
  8. ^ Barness LA, Opitz JM, Gilbert-Barness E (2007). "Obesity: genetic, molecular, and environmental aspects". Am. J. Med. Genet. A. 143A (24): 3016–34. doi:10.1002/ajmg.a.32035. PMID 18000969. 
  9. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Woodhouse
  10. ^ Pollack, Andrew (June 18, 2013). "A.M.A. Recognizes Obesity as a Disease". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 18, 2013. 
  11. ^ Weinstock, Matthew (June 21, 2013). "The Facts About Obesity". H&HN. American Hospital Association. Diakses tanggal June 24, 2013.