Pekerja kerah putih: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ~
Update, diterjemahkan dari en.wp
Tag: pranala ke halaman disambiguasi
Baris 1: Baris 1:
{{Short description|Kelas sosial; orang yang melakukan pekerjaan intelektual}}
'''Pekerja kerah putih''' adalah istilah yang ditujukan kepada [[pekerja]] terdidik atau profesional rutin [[gaji|digaji]] yang bekerja di perkantoran semi-profesional, di bagian administrasi, dan di bagian koordinasi penjualan. Istilah ini adalah kebalikan bagi [[pekerja kerah biru]], yang kegiatannya didominasi oleh [[pekerja manual]].
[[File:OpenPlanRedBalloon1.jpg|thumb|260px|Pekerja kantoran.]]
'''Pekerja kerah putih''' adalah orang yang melakukan pekerjaan profesional, manajerial, atau administratif. Pekerjaan kerah putih biasanya dilakukan di dalam kantor. Pekerjaan kerah putih meliputi pekerjaan yang berhubungan dengan [[pemerintahan]], [[konsultansi]], [[akademik]], [[akuntansi]], [[manajemen bisnis]] dan [[manajemen eksekutif|eksekutif]], [[dukungan pelanggan]], [[perancangan]], [[rekayasa]], [[riset pasar]], [[keuangan]], [[sumber daya manusia]], [[riset operasi]], [[manajemen pemasaran|pemasaran]], [[hubungan masyarakat]], [[teknologi informasi]], [[ilmu jaringan|jaringan]], [[pengacara|hukum]], [[tenaga kesehatan|pelayanan kesehatan]], [[arsitek|arsitektur]], dan [[penelitian dan pengembangan]]. Terdapat juga [[pekerja kerah abu-abu]] yang memerlukan lebih banyak pengetahuan khusus daripada [[pekerja kerah biru]].

==Etimologi==
Istilah ini merujuk pada [[kemeja]] berwarna putih yang biasa dipakai oleh pekerja kantoran pria selama abad ke-19 dan ke-20 di negara-negara Barat, berbeda dengan overall berwarna biru yang biasa dipakai oleh banyak [[tenaga kerja manual|pekerja manual]].

Istilah "kerah putih" dianggap diciptakan oleh [[Upton Sinclair]], seorang penulis asal Amerika, untuk menyebut pekerja [[staf (posisi)|klerikal]], administratif, dan manajemen selama dekade 1930-an,<ref>''[[Oxford English Dictionary]]'', 3rd edition. Electronically indexed online document. White collar, usage 1, first example.</ref> walaupun referensi mengenai pekerjaan kerah putih sebenarnya telah muncul pada tahun 1935. Pekerja kerah putih dianggap berpendidikan lebih tinggi daripada pekerja kerah biru.

==Dampak kesehatan==
Minimnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh pekerja kerah putih dianggap menjadi faktor kunci di balik meningkatnya kondisi kesehatan yang terkait dengan gaya hidup, seperti [[kelelahan]], [[obesitas]], [[diabetes]], [[hipertensi]], [[kanker]], dan [[liver]].<ref>{{cite journal|last1=Schröer|first1=S|last2=Haupt|first2=J|last3=Pieper|first3=C|title=Evidence-based lifestyle interventions in the workplace--an overview.|journal=[[Occupational Medicine (Oxford University Press journal)|Occupational Medicine]]|date=January 2014|volume=64|issue=1|pages=8–12|pmid=24280187|doi=10.1093/occmed/kqt136|doi-access=free}}</ref> Selain itu, bekerja di depan komputer juga berpotensi menyebabkan penyakit yang terasosiasi dengan aktivitas monoton, seperti [[sindrom lorong karpal]].<ref>{{Cite web|url=https://opporty.com/blog/carpal-tunnel-syndrome-cts-occupational-disease-of-white-collar-workers.html
|title=Carpal Tunnel Syndrome (CTS): Occupational Disease of White-Collar Workers|website=opporty.com|access-date=2020-03-06}}</ref> Intervensi seperti aktivitas alternatif, [[meja berdiri]], dan promosi penggunaan tangga pun diterapkan untuk meminimalisir bahaya dari pekerjaan yang tidak banyak bergerak.<ref>{{cite journal|last1=Commissaris|first1=DA|last2=Huysmans|first2=MA|last3=Mathiassen|first3=SE|last4=Srinivasan|first4=D|last5=Koppes|first5=LL|last6=Hendriksen|first6=IJ|title=Interventions to reduce sedentary behavior and increase physical activity during productive work: a systematic review.|journal=Scandinavian Journal of Work, Environment & Health|date=18 December 2015|pmid=26683116|doi=10.5271/sjweh.3544|volume=42|issue=3|pages=181–91|doi-access=free}}</ref> Namun, kualitas dari bukti yang digunakan untuk menentukan efektivitas dan potensi manfaat dari intervensi tersebut masih lemah. Diperlukan lebih banyak riset untuk menentukan apakah intervensi tersebut efektif dalam jangka panjang.<ref name=":0">{{Cite journal|last1=Shrestha|first1=Nipun|last2=Kukkonen-Harjula|first2=Katriina T.|last3=Verbeek|first3=Jos H.|last4=Ijaz|first4=Sharea|last5=Hermans|first5=Veerle|last6=Pedisic|first6=Zeljko|date=2018|title=Workplace interventions for reducing sitting at work|journal=The Cochrane Database of Systematic Reviews|volume=2018|issue=12|pages=CD010912|doi=10.1002/14651858.CD010912.pub5|issn=1469-493X|pmc=6517221|pmid=30556590}}</ref> Bukti berkualitas rendah mengindikasikan bahwa meja berdiri dapat mengurangi duduk di tempat kerja selama tahun pertama penggunaan, tetapi, tidak jelas apakah meja berdiri dapat efektif dalam mengurangi duduk dalam jangka panjang.<ref name=":0" />

==Demografi==
Sebelumnya merupakan minoritas di lingkungan [[masyarakat agraris]], pekerja kerah putih kini menjadi mayoritas di [[negara maju|negara industri]] berkat modernisasi dan [[alih daya]] dari pekerjaan manufaktur.<ref name="M-Z">{{cite book|title=Work in America: M-Z|pages=597|year=2003|isbn=9781576076767|publisher=ABC-Clio Ltd|location=CA, USA|last1=Van Horn|first1=Carl|last2=Schaffner|first2=Herbert}}</ref>

Deskripsi kerah biru dan kerah putih sebagai warna dari pakaian kerja sebenarnya tidak lagi akurat, karena pakaian kerja telah berkembang ke banyak warna lain. Pekerja di kantor biasanya memakai berbagai macam warna, dengan gaya [[kasual bisnis]] atau kasual. Selain itu, pekerja kerah putih mungkin harus melakukan pekerjaan kerah biru (ataupun sebaliknya). Contohnya adalah [[manajemen restoran|manajer restoran]] yang memakai pakaian formal, tetapi masih harus membantu penyajian makanan atau mengambil pesanan dari konsumen.

==Catatan==
{{Reflist}}

==Bacaan lebih lanjut==
* Mills, Charles Wright. ''White Collar: the American Middle Classes'', in series, ''Galaxy Book[s]''. New York: Oxford University Press, 1956. ''N.B''.: "First published [in] 1951."

==Pranala luar==
* {{Wiktionary-inline|white-collar}}


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
Baris 5: Baris 30:
* [[Pekerja intelektual]]
* [[Pekerja intelektual]]
* [[Salaryman]]
* [[Salaryman]]

{{Sosial-stub}}
{{Kelas sosial}}
{{Kelas sosial}}
{{Authority control}}


[[Kategori:Kelas sosial]]
[[Kategori:Kelas sosial]]

Revisi per 7 Maret 2024 01.10

Pekerja kantoran.

Pekerja kerah putih adalah orang yang melakukan pekerjaan profesional, manajerial, atau administratif. Pekerjaan kerah putih biasanya dilakukan di dalam kantor. Pekerjaan kerah putih meliputi pekerjaan yang berhubungan dengan pemerintahan, konsultansi, akademik, akuntansi, manajemen bisnis dan eksekutif, dukungan pelanggan, perancangan, rekayasa, riset pasar, keuangan, sumber daya manusia, riset operasi, pemasaran, hubungan masyarakat, teknologi informasi, jaringan, hukum, pelayanan kesehatan, arsitektur, dan penelitian dan pengembangan. Terdapat juga pekerja kerah abu-abu yang memerlukan lebih banyak pengetahuan khusus daripada pekerja kerah biru.

Etimologi

Istilah ini merujuk pada kemeja berwarna putih yang biasa dipakai oleh pekerja kantoran pria selama abad ke-19 dan ke-20 di negara-negara Barat, berbeda dengan overall berwarna biru yang biasa dipakai oleh banyak pekerja manual.

Istilah "kerah putih" dianggap diciptakan oleh Upton Sinclair, seorang penulis asal Amerika, untuk menyebut pekerja klerikal, administratif, dan manajemen selama dekade 1930-an,[1] walaupun referensi mengenai pekerjaan kerah putih sebenarnya telah muncul pada tahun 1935. Pekerja kerah putih dianggap berpendidikan lebih tinggi daripada pekerja kerah biru.

Dampak kesehatan

Minimnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh pekerja kerah putih dianggap menjadi faktor kunci di balik meningkatnya kondisi kesehatan yang terkait dengan gaya hidup, seperti kelelahan, obesitas, diabetes, hipertensi, kanker, dan liver.[2] Selain itu, bekerja di depan komputer juga berpotensi menyebabkan penyakit yang terasosiasi dengan aktivitas monoton, seperti sindrom lorong karpal.[3] Intervensi seperti aktivitas alternatif, meja berdiri, dan promosi penggunaan tangga pun diterapkan untuk meminimalisir bahaya dari pekerjaan yang tidak banyak bergerak.[4] Namun, kualitas dari bukti yang digunakan untuk menentukan efektivitas dan potensi manfaat dari intervensi tersebut masih lemah. Diperlukan lebih banyak riset untuk menentukan apakah intervensi tersebut efektif dalam jangka panjang.[5] Bukti berkualitas rendah mengindikasikan bahwa meja berdiri dapat mengurangi duduk di tempat kerja selama tahun pertama penggunaan, tetapi, tidak jelas apakah meja berdiri dapat efektif dalam mengurangi duduk dalam jangka panjang.[5]

Demografi

Sebelumnya merupakan minoritas di lingkungan masyarakat agraris, pekerja kerah putih kini menjadi mayoritas di negara industri berkat modernisasi dan alih daya dari pekerjaan manufaktur.[6]

Deskripsi kerah biru dan kerah putih sebagai warna dari pakaian kerja sebenarnya tidak lagi akurat, karena pakaian kerja telah berkembang ke banyak warna lain. Pekerja di kantor biasanya memakai berbagai macam warna, dengan gaya kasual bisnis atau kasual. Selain itu, pekerja kerah putih mungkin harus melakukan pekerjaan kerah biru (ataupun sebaliknya). Contohnya adalah manajer restoran yang memakai pakaian formal, tetapi masih harus membantu penyajian makanan atau mengambil pesanan dari konsumen.

Catatan

  1. ^ Oxford English Dictionary, 3rd edition. Electronically indexed online document. White collar, usage 1, first example.
  2. ^ Schröer, S; Haupt, J; Pieper, C (January 2014). "Evidence-based lifestyle interventions in the workplace--an overview". Occupational Medicine. 64 (1): 8–12. doi:10.1093/occmed/kqt136alt=Dapat diakses gratis. PMID 24280187. 
  3. ^ "Carpal Tunnel Syndrome (CTS): Occupational Disease of White-Collar Workers". opporty.com. Diakses tanggal 2020-03-06. 
  4. ^ Commissaris, DA; Huysmans, MA; Mathiassen, SE; Srinivasan, D; Koppes, LL; Hendriksen, IJ (18 December 2015). "Interventions to reduce sedentary behavior and increase physical activity during productive work: a systematic review". Scandinavian Journal of Work, Environment & Health. 42 (3): 181–91. doi:10.5271/sjweh.3544alt=Dapat diakses gratis. PMID 26683116. 
  5. ^ a b Shrestha, Nipun; Kukkonen-Harjula, Katriina T.; Verbeek, Jos H.; Ijaz, Sharea; Hermans, Veerle; Pedisic, Zeljko (2018). "Workplace interventions for reducing sitting at work". The Cochrane Database of Systematic Reviews. 2018 (12): CD010912. doi:10.1002/14651858.CD010912.pub5. ISSN 1469-493X. PMC 6517221alt=Dapat diakses gratis. PMID 30556590. 
  6. ^ Van Horn, Carl; Schaffner, Herbert (2003). Work in America: M-Z. CA, USA: ABC-Clio Ltd. hlm. 597. ISBN 9781576076767. 

Bacaan lebih lanjut

  • Mills, Charles Wright. White Collar: the American Middle Classes, in series, Galaxy Book[s]. New York: Oxford University Press, 1956. N.B.: "First published [in] 1951."

Pranala luar

Lihat pula