Lompat ke isi

Berpikir kritis: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Aranmaan!! (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Aranmaan!! (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 3: Baris 3:


'''{{PAGENAME}}''' adalah cara berpikir manusia untuk merespon seseorang<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=ARGFGTHqGlYC&pg=PT207&lpg=PT207&dq=berpikir+kritis&source=bl&ots=Vcdm9qJ8hD&sig=jCouIJ-puTzZVXD8uWYp1RHgYRE&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwitvteC2cDaAhWLq48KHQY8Cn04ChDoAQhBMAc#v=onepage&q=berpikir%20kritis&f=false|title=Revolusi Beripikir|publisher=PT Mizan Publika|isbn=9789791284011|language=id}}</ref> dengan menganalisis fakta untuk membentuk penilaian.<ref>{{cite web |url = https://www.criticalthinking.org/pages/defining-critical-thinking/766|title=Defining Critical Thinking|publisher=The International Center for the Assessment of Higher Order Thinking (ICAT, AS)/Critical Thinking Community|access-date=2017-03-22|author=Edward M. Glaser}}</ref> Subjeknya kompleks, dan ada beberapa [[Berpikir kritis#Definisi|definisi]] yang berbeda mengenai konsep ini, yang umumnya mencakup analisis rasional, skeptis, tidak bias, atau evaluasi bukti faktual. Pada dasarnya, bentuk berpikir kritis adalah pemikiran mandiri, pendisiplinan diri, pemantauan diri, dan koreksi diri.<ref>{{Cite book|last=Clarke|first=John|title=Critical Dialogues: Thinking Together in Turbulent Times|date=2019|publisher=Policy Press|isbn=978-1-4473-5097-2|location=Bristol|pages=6}}</ref> Berpikir kritis mengandaikan persetujuan terhadap standar keunggulan yang ketat dan penggunaan yang benar. Ini memerlukan komunikasi yang efektif dan kemampuan pemecahan masalah serta komitmen untuk mengatasi [[egosentrisme]]<ref>{{Cite web|url=http://www.telacommunications.com/nutshell/stages.htm|title=Piaget's Stages of Cognitive Development|website=www.telacommunications.com|access-date=2018-04-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20190509060129/http://www.telacommunications.com/nutshell/stages.htm|archive-date=[[9 Mei]] [[2019]]|url-status=dead}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://www.psychologytoday.com/us/blog/fulfillment-any-age/201204/it-s-fine-line-between-narcissism-and-egocentrism|title=It's a Fine Line Between Narcissism and Egocentrism|website=Psychology Today|access-date=2018-04-03}}</ref> dan [[etnosentrisme]].
'''{{PAGENAME}}''' adalah cara berpikir manusia untuk merespon seseorang<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=ARGFGTHqGlYC&pg=PT207&lpg=PT207&dq=berpikir+kritis&source=bl&ots=Vcdm9qJ8hD&sig=jCouIJ-puTzZVXD8uWYp1RHgYRE&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwitvteC2cDaAhWLq48KHQY8Cn04ChDoAQhBMAc#v=onepage&q=berpikir%20kritis&f=false|title=Revolusi Beripikir|publisher=PT Mizan Publika|isbn=9789791284011|language=id}}</ref> dengan menganalisis fakta untuk membentuk penilaian.<ref>{{cite web |url = https://www.criticalthinking.org/pages/defining-critical-thinking/766|title=Defining Critical Thinking|publisher=The International Center for the Assessment of Higher Order Thinking (ICAT, AS)/Critical Thinking Community|access-date=2017-03-22|author=Edward M. Glaser}}</ref> Subjeknya kompleks, dan ada beberapa [[Berpikir kritis#Definisi|definisi]] yang berbeda mengenai konsep ini, yang umumnya mencakup analisis rasional, skeptis, tidak bias, atau evaluasi bukti faktual. Pada dasarnya, bentuk berpikir kritis adalah pemikiran mandiri, pendisiplinan diri, pemantauan diri, dan koreksi diri.<ref>{{Cite book|last=Clarke|first=John|title=Critical Dialogues: Thinking Together in Turbulent Times|date=2019|publisher=Policy Press|isbn=978-1-4473-5097-2|location=Bristol|pages=6}}</ref> Berpikir kritis mengandaikan persetujuan terhadap standar keunggulan yang ketat dan penggunaan yang benar. Ini memerlukan komunikasi yang efektif dan kemampuan pemecahan masalah serta komitmen untuk mengatasi [[egosentrisme]]<ref>{{Cite web|url=http://www.telacommunications.com/nutshell/stages.htm|title=Piaget's Stages of Cognitive Development|website=www.telacommunications.com|access-date=2018-04-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20190509060129/http://www.telacommunications.com/nutshell/stages.htm|archive-date=[[9 Mei]] [[2019]]|url-status=dead}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://www.psychologytoday.com/us/blog/fulfillment-any-age/201204/it-s-fine-line-between-narcissism-and-egocentrism|title=It's a Fine Line Between Narcissism and Egocentrism|website=Psychology Today|access-date=2018-04-03}}</ref> dan [[etnosentrisme]].

== Sejarah ==
[[Berkas:Head of Socrates in Palazzo Massimo alle Terme (Rome).JPG|thumb|Patung Socrates]]
Catatan paling awal tentang pemikiran kritis adalah ajaran [[Socrates]] yang dicatat oleh [[Plato]]. Ini termasuk bagian dalam dialog awal Plato, di mana Socrates terlibat dengan satu atau lebih lawan bicara tentang masalah etika seperti pertanyaan apakah benar bagi Socrates untuk melarikan diri dari penjara.<ref name=":0">{{Cite book|last1=Visser|first1=Jan|title=Seeking Understanding: The Lifelong Pursuit to Build the Scientific Mind|last2=Visser|first2=Muriel|date=2019|publisher=BRILL|isbn=978-90-04-41680-2|location=Leiden|pages=233}}</ref> Para filsuf mempertimbangkan dan merenungkan pertanyaan ini dan sampai pada kesimpulan "melarikan diri" yang melanggar semua hal yang dia pegang oleh yang lebih tinggi dari dirinya sendiri: yaitu hukum Athena dan suara pemandu yang diklaim Socrates dengar.<ref name=":0" />

Socrates menetapkan fakta bahwa seseorang tidak dapat bergantung pada mereka yang "berwenang" untuk memiliki pengetahuan dan wawasan yang baik. Dia menunjukkan bahwa orang mungkin memiliki kekuasaan dan posisi tinggi namun sangat bingung dan irasional. Socrates berpendapat bahwa bagi seorang individu untuk memiliki kehidupan yang baik atau memiliki kehidupan yang layak untuk dijalani, ia harus menjadi penanya yang kritis dan memiliki jiwa yang interogatif.<ref>{{Cite book|last1=Stanlick|first1=Nancy A.|title=Asking Good Questions: Case Studies in Ethics and Critical Thinking|last2=Strawser|first2=Michael J.|date=2015|publisher=Hackett Publishing|isbn=978-1-58510-755-1|location=Indianapolis|pages=6}}</ref> Dia menetapkan pentingnya mengajukan pertanyaan mendalam yang menyelidiki secara mendalam ke dalam pemikiran sebelum kita menerima gagasan sebagai sesuatu yang layak dipercaya.

Socrates menetapkan pentingnya "mencari bukti, memeriksa penalaran dan asumsi dengan cermat, menganalisis konsep dasar, dan menelusuri implikasi tidak hanya dari apa yang dikatakan tetapi juga dari apa yang dilakukan".<ref>{{Cite book|last1=Chiarini|first1=Andrea|title=Understanding the Lean Enterprise: Strategies, Methodologies, and Principles for a More Responsive Organization|last2=Found|first2=Pauline|last3=Rich|first3=Nicholas|date=2015|publisher=Springer|isbn=978-3-319-19994-8|location=Cham|pages=132}}</ref> Metode pertanyaannya sekarang dikenal sebagai "''[[Pertanyaan Socrates]]''" dan merupakan strategi pengajaran berpikir kritis yang paling terkenal. Dalam mode pertanyaannya, Socrates menyoroti perlunya berpikir untuk kejelasan dan konsistensi logis. Dia mengajukan pertanyaan kepada orang-orang untuk mengungkapkan pemikiran irasional mereka atau kurangnya pengetahuan yang dapat diandalkan. Socrates menunjukkan bahwa memiliki otoritas tidak menjamin pengetahuan yang akurat. Dia menetapkan metode mempertanyakan keyakinan, memeriksa asumsi dengan cermat dan mengandalkan bukti dan alasan yang masuk akal. Plato mencatat ajaran Socrates dan meneruskan tradisi berpikir kritis. Aristoteles dan skeptis Yunani berikutnya menyempurnakan ajaran Socrates, menggunakan pemikiran sistematis dan mengajukan pertanyaan untuk memastikan sifat sebenarnya dari realitas di luar cara hal-hal muncul dari pandangan sekilas.<ref>{{Cite web|url=http://www.criticalthinking.org/pages/a-brief-history-of-the-idea-of-critical-thinking/408|title=A Brief History of the Idea of Critical Thinking|website=www.criticalthinking.org|access-date=2018-03-14}}</ref>

Socrates menetapkan agenda untuk tradisi berpikir kritis, yaitu, untuk secara reflektif mempertanyakan keyakinan dan penjelasan umum, dengan hati-hati membedakan keyakinan yang masuk akal dan logis dari yang—betapapun menariknya egosentrisme asli kita, betapapun mereka melayani kepentingan pribadi kita, betapapun nyamannya. atau menghibur mereka mungkin—kurangnya bukti yang memadai atau landasan rasional untuk menjamin keyakinan.

Berpikir kritis digambarkan oleh Richard W. Paul sebagai gerakan dalam dua gelombang (1994).<ref>{{Cite book|title=Re-Thinking Reason|last=Walters|first=Kerry|publisher=State University of New York Press|year=1994|location=Albany|pages=181–98}}</ref> "Gelombang pertama" dalam berpikir kritis sering disebut sebagai 'analisis kritis' yang jelas, yaitu pemikiran rasional yang melibatkan kritik. Rinciannya bervariasi di antara mereka yang mendefinisikannya. Menurut Barry K. Beyer (1995), berpikir kritis berarti membuat penilaian yang jelas dan beralasan. Selama proses berpikir kritis, ide-ide harus beralasan, dipikirkan dengan baik, dan dinilai.<ref>{{cite web|url = http://myweb.wvnet.edu/~jelkins/critproj/overview.html|title = The Critical Thinking Movement: Alternating Currents in One Teacher's Thinking|first = James R.|last = Elkins|access-date = 23 Maret 2014|website = myweb.wvnet.edu|archive-url = https://web.archive.org/web/20180613084853/http://myweb.wvnet.edu/~jelkins/critproj/overview.html|archive-date = 13 Juni 2018|url-status = dead}}</ref> The U.S. National Council for Excellence in Critical Thinking<ref>{{cite web|url=http://www.criticalthinking.org//|title=Critical Thinking Index Page}}</ref> defines critical thinking as the "<nowiki>intellectually disciplined process of actively and skillfully conceptualizing, applying, analyzing, synthesizing, or evaluating information gathered from, or generated by, observation, experience, reflection, reasoning, or communication, as a guide to belief and action.</nowiki>"<ref>{{cite web|url=https://www.criticalthinking.org/pages/defining-critical-thinking/766|title=Defining Critical Thinking}}</ref>


== Definisi ==
== Definisi ==

Revisi per 20 Agustus 2021 12.19

Berpikir kritis adalah cara berpikir manusia untuk merespon seseorang[1] dengan menganalisis fakta untuk membentuk penilaian.[2] Subjeknya kompleks, dan ada beberapa definisi yang berbeda mengenai konsep ini, yang umumnya mencakup analisis rasional, skeptis, tidak bias, atau evaluasi bukti faktual. Pada dasarnya, bentuk berpikir kritis adalah pemikiran mandiri, pendisiplinan diri, pemantauan diri, dan koreksi diri.[3] Berpikir kritis mengandaikan persetujuan terhadap standar keunggulan yang ketat dan penggunaan yang benar. Ini memerlukan komunikasi yang efektif dan kemampuan pemecahan masalah serta komitmen untuk mengatasi egosentrisme[4][5] dan etnosentrisme.

Sejarah

Patung Socrates

Catatan paling awal tentang pemikiran kritis adalah ajaran Socrates yang dicatat oleh Plato. Ini termasuk bagian dalam dialog awal Plato, di mana Socrates terlibat dengan satu atau lebih lawan bicara tentang masalah etika seperti pertanyaan apakah benar bagi Socrates untuk melarikan diri dari penjara.[6] Para filsuf mempertimbangkan dan merenungkan pertanyaan ini dan sampai pada kesimpulan "melarikan diri" yang melanggar semua hal yang dia pegang oleh yang lebih tinggi dari dirinya sendiri: yaitu hukum Athena dan suara pemandu yang diklaim Socrates dengar.[6]

Socrates menetapkan fakta bahwa seseorang tidak dapat bergantung pada mereka yang "berwenang" untuk memiliki pengetahuan dan wawasan yang baik. Dia menunjukkan bahwa orang mungkin memiliki kekuasaan dan posisi tinggi namun sangat bingung dan irasional. Socrates berpendapat bahwa bagi seorang individu untuk memiliki kehidupan yang baik atau memiliki kehidupan yang layak untuk dijalani, ia harus menjadi penanya yang kritis dan memiliki jiwa yang interogatif.[7] Dia menetapkan pentingnya mengajukan pertanyaan mendalam yang menyelidiki secara mendalam ke dalam pemikiran sebelum kita menerima gagasan sebagai sesuatu yang layak dipercaya.

Socrates menetapkan pentingnya "mencari bukti, memeriksa penalaran dan asumsi dengan cermat, menganalisis konsep dasar, dan menelusuri implikasi tidak hanya dari apa yang dikatakan tetapi juga dari apa yang dilakukan".[8] Metode pertanyaannya sekarang dikenal sebagai "Pertanyaan Socrates" dan merupakan strategi pengajaran berpikir kritis yang paling terkenal. Dalam mode pertanyaannya, Socrates menyoroti perlunya berpikir untuk kejelasan dan konsistensi logis. Dia mengajukan pertanyaan kepada orang-orang untuk mengungkapkan pemikiran irasional mereka atau kurangnya pengetahuan yang dapat diandalkan. Socrates menunjukkan bahwa memiliki otoritas tidak menjamin pengetahuan yang akurat. Dia menetapkan metode mempertanyakan keyakinan, memeriksa asumsi dengan cermat dan mengandalkan bukti dan alasan yang masuk akal. Plato mencatat ajaran Socrates dan meneruskan tradisi berpikir kritis. Aristoteles dan skeptis Yunani berikutnya menyempurnakan ajaran Socrates, menggunakan pemikiran sistematis dan mengajukan pertanyaan untuk memastikan sifat sebenarnya dari realitas di luar cara hal-hal muncul dari pandangan sekilas.[9]

Socrates menetapkan agenda untuk tradisi berpikir kritis, yaitu, untuk secara reflektif mempertanyakan keyakinan dan penjelasan umum, dengan hati-hati membedakan keyakinan yang masuk akal dan logis dari yang—betapapun menariknya egosentrisme asli kita, betapapun mereka melayani kepentingan pribadi kita, betapapun nyamannya. atau menghibur mereka mungkin—kurangnya bukti yang memadai atau landasan rasional untuk menjamin keyakinan.

Berpikir kritis digambarkan oleh Richard W. Paul sebagai gerakan dalam dua gelombang (1994).[10] "Gelombang pertama" dalam berpikir kritis sering disebut sebagai 'analisis kritis' yang jelas, yaitu pemikiran rasional yang melibatkan kritik. Rinciannya bervariasi di antara mereka yang mendefinisikannya. Menurut Barry K. Beyer (1995), berpikir kritis berarti membuat penilaian yang jelas dan beralasan. Selama proses berpikir kritis, ide-ide harus beralasan, dipikirkan dengan baik, dan dinilai.[11] The U.S. National Council for Excellence in Critical Thinking[12] defines critical thinking as the "intellectually disciplined process of actively and skillfully conceptualizing, applying, analyzing, synthesizing, or evaluating information gathered from, or generated by, observation, experience, reflection, reasoning, or communication, as a guide to belief and action."[13]

Definisi

Secara tradisional

Secara tradisional, berpikir kritis telah didefinisikan secara beragam sebagai berikut:

  • "Proses mengkonseptualisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi secara aktif dan terampil untuk mencapai sebuah jawaban atau kesimpulan"[14]
  • "Pemikiran disiplin yang jernih, rasional, berpikiran terbuka, dan diinformasikan oleh bukti"[14]
  • "Penilaian yang bertujuan dan mengatur diri sendiri yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan kesimpulan, serta penjelasan tentang pertimbangan bukti, konseptual, metodologis, kriteriaologis, atau kontekstual yang menjadi dasar penilaian tersebut."[15]
  • "Termasuk komitmen untuk menggunakan akal dalam perumusan keyakinan kita"[16]
  • "Keterampilan dan kecenderungan untuk terlibat dalam suatu kegiatan dengan skeptisisme reflektif" (McPeck, 1981)[17]
  • Berpikir tentang pemikiran seseorang dengan cara yang dirancang untuk mengatur dan memperjelas, meningkatkan efisiensi, dan mengenali kesalahan dan bias dalam pemikirannya sendiri. Berpikir kritis bukanlah berpikir 'keras', dan juga tidak diarahkan untuk pemecahan masalah (selain 'meningkatkan' pemikiran sendiri). Berpikir kritis diarahkan ke dalam dengan maksud memaksimalkan rasionalitas si pemikir. Seseorang tidak menggunakan pemikiran kritis untuk memecahkan masalah, namun untuk meningkatkan proses berpikirnya.[18]
  • "Penilaian berdasarkan evaluasi analitis yang cermat"[19]
  • "Berpikir kritis adalah jenis pola berpikir yang menuntut orang untuk reflektif, dan memperhatikan pengambilan keputusan yang memandu keyakinan dan tindakan mereka. Berpikir kritis memungkinkan orang untuk menyimpulkan dengan lebih banyak logika, memproses informasi yang canggih dan melihat berbagai sisi masalah sehingga mereka dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih solid."[20]
  • Berpikir kritis memiliki 7 ciri-ciri kritis: ingin tahu dan ingin tahu, berpikiran terbuka terhadap sisi yang berbeda, mampu berpikir sistematis, analitis, gigih terhadap kebenaran, percaya diri tentang pemikiran kritis itu sendiri, dan terakhir, menjadi dewasa.[21]
  • Meskipun berpikir kritis dapat didefinisikan dalam beberapa cara yang berbeda, ada kesepakatan umum dalam komponen utamanya — keinginan untuk mencapai hasil yang memuaskan, dan ini harus dicapai dengan pemikiran rasional dan cara yang digerakkan oleh hasil. Halpern berpikir bahwa berpikir kritis pertama-tama melibatkan kemampuan yang dipelajari seperti pemecahan masalah, perhitungan, dan penerapan probabilitas yang berhasil. Ini juga termasuk kecenderungan untuk terlibat dalam proses berpikir. Baru-baru ini, Stanovich percaya bahwa tes IQ modern hampir tidak dapat mengukur kemampuan berpikir kritis.[22]
  • "Berpikir kritis pada dasarnya adalah pendekatan mempertanyakan, menantang pengetahuan dan kebijaksanaan yang dirasakan. Ini melibatkan ide-ide dan informasi dari posisi objektif dan kemudian mempertanyakan informasi ini dalam terang nilai-nilai kita sendiri, sikap dan filosofi pribadi."[23]

Secara penelitian

Para sarjana pemikiran kritis kontemporer telah memperluas pemikiran kritis dalam definisi tradisional. Ini termasuk kualitas, konsep, dan proses seperti kreativitas, imajinasi, penemuan, refleksi, empati, pengetahuan penghubung, teori feminis, subjektivitas, ambiguitas, dan ketidakjelasan. Beberapa definisi berpikir kritis mengecualikan praktik subjektif ini.[24][14]

Oleh Ennis

  1. Menurut Ennis, “Berpikir kritis adalah proses pendisiplinan intelektual untuk terampil mengkonseptualisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan/atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh, pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai panduan. pada keyakinan dan tindakan."[25] Definisi oleh Ennis ini sangat disetujui oleh Harvey Siegel,[26] Peter Facione,[21] dan Deanna Kuhn.[27]
  2. Menurut definisi Ennis, berpikir kritis membutuhkan banyak perhatian dan fungsi otak. Ketika pendekatan berpikir kritis diterapkan pada pendidikan, ini membantu otak siswa berfungsi lebih baik dan memahami teks secara berbeda.
  3. Bidang studi yang berbeda mungkin memerlukan jenis pemikiran kritis yang berbeda. Berpikir kritis memberikan lebih banyak sudut dan perspektif pada materi yang sama.

Oleh National Council for Excellence in Critical Thinking

Pada tahun 1987, dalam presentasinya di Annual International Conference on Critical Thinking and Education Reform ke-8, Michael Scriven & Richard Paul menjelaskan bahwa berpikir kritis melibatkan proses yang secara aktif dan penuh kemampuan untuk membuat konsep, menerapkan, menganalisis, menyarikan, dan mengamati sebuah masalah yang diperoleh ataupun diciptakan dari pengamatan, pengalaman, komunikasi dan lain sebagainya.[6]

Ada 2 komponen yang membentuk kemampuan berpikir kritis. yaitu:

  1. Kemampuan untuk menghasilkan dan memproses informasi atau kepercayaan.
  2. Kebiasaan, dengan berdasarkan komitmen intelektual.

Oleh Edward Glaser

Dalam seminar pendidikan dan pemikiran kritis pada tahun 1941, Edward Glaser menjelaskan 3 hal yang terlibat dalam pembentukan kemampuan berpikir kritis.[6]

  1. Pemahaman berpikir santun untuk setiap permasalahan yang datang, yang ada pada rentang pengetahuan yang dimiliki olehnya,
  2. Pengetahuan dan keingintahuan
  3. Kemampuan-kemampuan lain untuk menerapkan kemampuan berpikir

Etimologi dan asal-usul

Dalam istilah berpikir kritis, kata kritis berasal dari kata Yunani yaitu κριτικός (kritikós) yang artinya "kritik/kritis", yang diidentifikasi sebagai kapasitas intelektual dan sarana untuk "menghakimi", "menghakimi", "menilai", dan "mampu membedakan".[28] Akar intelektual kritis[29] sama kunonya dengan etimologinya, dapat dilacak, pada akhirnya, ke praktik pengajaran dan visi Socrates[30] pada 2.500 tahun yang lalu yang menemukan dengan metode penyelidikan pertanyaan bahwa orang tidak dapat secara rasional membenarkan klaim percaya diri mereka terhadap pengetahuan.

Fungsi

Berikut adalah daftar keterampilan berpikir kritis inti meliputi observasi, interpretasi, analisis, inferensi, evaluasi, penjelasan, dan metakognisi. Menurut Reynolds (2011), individu atau kelompok yang terlibat dalam cara berpikir kritis yang kuat mampu memberikan pertimbangan untuk menetapkan, misalnya:[31]

  • Bukti melalui kenyataan
  • Keterampilan konteks untuk mengisolasi masalah dari konteks
  • Kriteria yang relevan untuk membuat penilaian dengan baik
  • Metode atau teknik yang berlaku untuk membentuk penilaian
  • Konstruksi teoretis yang dapat diterapkan untuk memahami masalah dan pertanyaan yang ada

Selain memiliki keterampilan berpikir kritis yang kuat, seseorang harus siap untuk terlibat dalam masalah dan keputusan menggunakan keterampilan tersebut. Berpikir kritis tidak hanya menggunakan logika, tetapi juga menggunakan kriteria intelektual yang luas seperti kejelasan, kredibilitas, akurasi, presisi, relevansi, kedalaman, keluasan, signifikansi, dan keadilan.[32]

Berpikir kritis membutuhkan kemampuan untuk:

  • Kenali masalah dan temukan cara yang bisa diterapkan untuk mengatasi masalah itu
  • Memahami pentingnya prioritas dan urutannya dalam pemecahan masalah
  • Mengumpulkan dan menyusun informasi terkait (relevan) Kenali asumsi dan nilai yang tidak dinyatakan
  • Memahami dan menggunakan bahasa dengan akurasi, kejelasan, dan ketajaman
  • Menafsirkan data, menilai bukti dan mengevaluasi argumen
  • Mengenali keberadaan (atau tidak adanya) hubungan logis antara proposisi
  • Menarik kesimpulan dan generalisasi yang dibenarkan Uji kesimpulan dan generalisasi di mana seseorang tiba
  • Merekonstruksi pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas
  • Memberikan penilaian yang akurat tentang hal-hal dan kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari

Alhasil: “Suatu usaha yang gigih untuk memeriksa setiap kepercayaan atau bentuk pengetahuan yang diduga berdasarkan bukti yang mendukung atau menyangkalnya dan kesimpulan lebih lanjut yang menjadi kecenderungannya.“[33]

Karakteristik

Dalam artikel Using writing to develop and assess critical thinking. Teaching of Psychology,[34] Wade menjelaskan bahwa ada 8 karakteristik dalam berpikir kritis, sebagai berikut:

  1. Kegiatan dalam merumuskan pertanyaan
  2. Melakukan pembatasan masalah
  3. Menguji data-data yang diperoleh
  4. Menganalisis berbagai pendapat dan bias
  5. Menghindari pertimbangan yang sangat emosional
  6. Menghindari penyederhanaan yang berlebihan
  7. Mempertimbangkan berbagai interpretasi
  8. Mentoleransi ambiguitas

Lihat pula

Bacaan lanjutan

Buku

  • Cederblom, J B.; Paulsen, David (2012). Critical Reasoning: Understanding and Criticizing Arguments and Theories (edisi ke-7). Andover, Hampshire, UK: Cengage Learning. ISBN 978-0495808787. 
  • Damer, T. Edward. (2005) Attacking Faulty Reasoning, Edisi ke-6, Wadsworth. ISBN 0-534-60516-8
  • Dauer, Francis Watanabe. Critical Thinking: An Introduction to Reasoning, 1989, ISBN 978-0-19-504884-1
  • Fisher, Alec and Scriven, Michael. (1997) Critical Thinking: Its Definition and Assessment, Center for Research in Critical Thinking (Inggris)/Edgepress (AS). ISBN 0-9531796-0-5
  • Hamby, B.W. (2007) The Philosophy of Anything: Critical Thinking in Context. Kendall Hunt Publishing Company, Dubuque Iowa. ISBN 978-0-7575-4724-9
  • Vincent F. Hendricks. (2005) Thought 2 Talk: A Crash Course in Reflection and Expression, New York: Automatic Press / VIP. ISBN 87-991013-7-8
  • Levitin, Daniel (2017). A Field Guide to Lies and Statistics. Viking. ISBN 978-0241239995.  (alias Weaponized Lies: How to Think Critically in the Post-Truth Era)
  • Moore, Brooke Noel and Parker, Richard. (2012) Critical Thinking. Edisi ke-10. Diterbitkan oleh McGraw-Hill. ISBN 0-07-803828-6.
  • Paul, Richard. (1995) Critical Thinking: How to Prepare Students for a Rapidly Changing World. edisi ke-4. Foundation for Critical Thinking. ISBN 0-944583-09-1.
  • Paul, Richard and Elder, Linda. (2006) Critical Thinking Tools for Taking Charge of Your Learning and Your Life, New Jersey: Prentice Hall Publishing. ISBN 0-13-114962-8.
  • Sagan, Carl. (1995) The Demon-Haunted World: Science As a Candle in the Dark. Ballantine Books. ISBN 0-345-40946-9
  • Theodore Schick & Lewis Vaughn "How to Think About Weird Things: Critical Thinking for a New Age" (2010) ISBN 0-7674-2048-9
  • van den Brink-Budgen, R (2010) 'Critical Thinking for Students', How To Books. ISBN 978-1-84528-386-5
  • Whyte, J. (2003) Bad Thoughts – A Guide to Clear Thinking, Corvo. ISBN 0-9543255-3-2.
  • David Carl Wilson (2020) A Guide to Good Reasoning: Cultivating Intellectual Virtues (2nd edition) University of Minnesota Libraries Ebook ISBN 978-1-946135-66-7 Creative Commons Attribution-Non-Commercial 4.0 International License, at https://open.lib.umn.edu/goodreasoning/
  • Zeigarnik, B.V. (1927). Pada tugas yang sudah selesai dan yang belum selesai. Dalam terjemahan bahasa Inggris. Disunting oleh Willis D. Ellis; dengan pengantar oleh Kurt Koffka. (1997). Sebuah buku sumber psikologi gestalt xiv, hlm. 403: ill.; 22 cm Highland, N.Y: Gestalt Journal Press. "Edisi Gestalt Journal Press ini adalah cetak ulang kata demi kata dari buku yang aslinya diterbitkan pada tahun 1938" – T.p. verso. ISBN 9780939266302. OCLC 38755142

Pasal

Referensi

  1. ^ Revolusi Beripikir. PT Mizan Publika. ISBN 9789791284011. 
  2. ^ Edward M. Glaser. "Defining Critical Thinking". The International Center for the Assessment of Higher Order Thinking (ICAT, AS)/Critical Thinking Community. Diakses tanggal 2017-03-22. 
  3. ^ Clarke, John (2019). Critical Dialogues: Thinking Together in Turbulent Times. Bristol: Policy Press. hlm. 6. ISBN 978-1-4473-5097-2. 
  4. ^ "Piaget's Stages of Cognitive Development". www.telacommunications.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 Mei 2019. Diakses tanggal 2018-04-03. 
  5. ^ "It's a Fine Line Between Narcissism and Egocentrism". Psychology Today. Diakses tanggal 2018-04-03. 
  6. ^ a b c d Visser, Jan; Visser, Muriel (2019). Seeking Understanding: The Lifelong Pursuit to Build the Scientific Mind. Leiden: BRILL. hlm. 233. ISBN 978-90-04-41680-2.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama ":0" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  7. ^ Stanlick, Nancy A.; Strawser, Michael J. (2015). Asking Good Questions: Case Studies in Ethics and Critical Thinking. Indianapolis: Hackett Publishing. hlm. 6. ISBN 978-1-58510-755-1. 
  8. ^ Chiarini, Andrea; Found, Pauline; Rich, Nicholas (2015). Understanding the Lean Enterprise: Strategies, Methodologies, and Principles for a More Responsive Organization. Cham: Springer. hlm. 132. ISBN 978-3-319-19994-8. 
  9. ^ "A Brief History of the Idea of Critical Thinking". www.criticalthinking.org. Diakses tanggal 2018-03-14. 
  10. ^ Walters, Kerry (1994). Re-Thinking Reason. Albany: State University of New York Press. hlm. 181–98. 
  11. ^ Elkins, James R. "The Critical Thinking Movement: Alternating Currents in One Teacher's Thinking". myweb.wvnet.edu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 Juni 2018. Diakses tanggal 23 Maret 2014. 
  12. ^ "Critical Thinking Index Page". 
  13. ^ "Defining Critical Thinking". 
  14. ^ a b c "Critical – Define Critical at Dictionary.com". Dictionary.com. Diakses tanggal 2016-02-24. 
  15. ^ Facione, Peter A. (2011). "Critical Thinking: What It is and Why It Counts". insightassessment.com. hlm. 26. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Juli 2013. Diakses tanggal 4 Agustus 2012. 
  16. ^ Mulnix, J. W. (2010). "Thinking critically about critical thinking". Educational Philosophy and Theory. 44 (5): 471. doi:10.1111/j.1469-5812.2010.00673.x. 
  17. ^ "Critical Thinking: A Question of Aptitude and Attitude?". doi:10.5840/inquiryctnews20102524. 
  18. ^ Carmichael, Kirby; letter to Olivetti, Laguna Salada Union School District, Mei 1997.
  19. ^ "critical analysis". TheFreeDictionary.com. Diakses tanggal 2016-11-30. 
  20. ^ "Book Reviews and Notes : Teaching Thinking Skills: Theory and Practice. Joan Baron and Robert Sternberg. 1987. W.H. Freeman, & Co., New York. 275 pages. Index. ISBN 0-7167-1791-3. Paperback". Bulletin of Science, Technology & Society. 8 (1): 101. Februari 1988. doi:10.1177/0270467688008001113. ISSN 0270-4676. 
  21. ^ a b Facione, Peter A.; Facione, Noreen C. (March 1993). "Profiling critical thinking dispositions". Assessment Update. 5 (2): 1–4. doi:10.1002/au.3650050202. ISSN 1041-6099. 
  22. ^ Halpern, Diane F. (2006), "The Nature and Nurture of Critical Thinking", dalam Sternberg, Robert J; Roediger Iii, Henry L; Halpern, Diane F, Critical Thinking in Psychology, Cambridge University Press, hlm. 1–14, doi:10.1017/cbo9780511804632.002, ISBN 9780511804632 
  23. ^ Judge, Brenda; McCreery, Elaine; Jones, Patrick (2009). Critical Thinking Skills for Education Students (dalam bahasa Inggris). SAGE. hlm. 9. ISBN 978-1-84445-556-0. 
  24. ^ Walters, Kerry (1994). Re-Thinking Reason. Albany: State University of New York Press. 
  25. ^ Ennis, Robert H. (2015), "Critical Thinking", The Palgrave Handbook of Critical Thinking in Higher Education, Palgrave Macmillan, doi:10.1057/9781137378057.0005, ISBN 9781137378057 
  26. ^ Siegel, Harvey (27 September 2013). Educating Reason (edisi ke-1). doi:10.4324/9781315001722. ISBN 9781315001722. 
  27. ^ Kuhn, Deanna (January 2015). "Thinking Together and Alone". Educational Researcher. 44 (1): 46–53. doi:10.3102/0013189x15569530. ISSN 0013-189X. 
  28. ^ Brown, Lesley. (ed.) The New Shorter Oxford English Dictionary (1993) hlm. 551.
  29. ^ "Lexical Investigations: Critical Thinking - Everything After Z by Dictionary.com". Everything After Z by Dictionary.com. 2013-06-25. Diakses tanggal 2018-04-03. 
  30. ^ "Socrates". Biography. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 Maret 2019. Diakses tanggal 2018-04-03. 
  31. ^ Reynolds, Martin (2011). Critical thinking and systems thinking: towards a critical literacy for systems thinking in practice. In: Horvath, Chrii. Dan Forte, James M. eds. Critical Thinking. New York: Nova Science Publishers, hlm. 37–68.
  32. ^ Jones, Elizabeth A., & And Others (1995). National Assessment of College Student Learning: Identifying College Graduates' Essential Skills in Writing, Speech and Listening, and Critical Thinking. Final Project Report (NCES-95-001) (PDF). from National Center on Postsecondary Teaching, Learning, and Assessment, University Park, PA.; Office of Educational Research and Improvement (ED), Washington, DC.; U.S. Government Printing Office, Superintendent of Documents, Mail Stop: SSOP, Washington, DC 20402-9328. PUB TYPE - Reports Research/Technical (143) hlm. 14–15. ISBN 978-0-16-048051-5. Diakses tanggal 2016-02-24. 
  33. ^ Edward M. Glaser (1941). An Experiment in the Development of Critical Thinking. New York, Bureau of Publications, Teachers College, Columbia University. ISBN 978-0-404-55843-7. 
  34. ^ Wade, C. (1995). Using writing to develop and assess critical thinking. Teaching of Psychology, 22(1), 24-28.

Pranala luar