Sejarah psikologi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sejarah psikologi terbagi dalam rentang waktu yang lama. Periode paling awal dari sejarah psikologi adalah pada zaman Yunani Kuno sebelum adanya penanggalan Masehi. Pada masa ini, psikologi masih menjadi bagian dari ilmu filsafat. Memasuki abad ke-5 hingga ke 6 Masehi, psikologi telah dihubungkan dengan dua teologi besar dari bangsa Yunani, yaitu Olympian dan Orfisme. Pada Abad Pertengahan, filsuf muslim seperti Al-Kindi mulai mengkaji tentang psikologi di dalam karya-karya tulisnya. Sejarah psikologi kemudian berlanjut pada abad ke-17 hingga abad ke-18 dengan status psikologi masih sebagai wacana yang kemudian mulai diperdebatkan. Perdebatan ini mengenai objek dan prosedur kajian yang layak dimasukkan sebagai bagian dari psikologi. Sejarah psikologi sebagai disiplin ilmiah yang terpisah dari filsafat dimulai pada akhir abad ke-19 dengan pendirian laboratorium psikologi yang pertama oleh Wilhelm Wundt di Leipzig, Jerman. Setelah menjadi disiplin ilmiah tersendiri, sejarah psikologi berlanjut ke spesialisasi yang kemudian memunculkan cabang-cabang keilmuannya.

Sejarah nama[sunting | sunting sumber]

Nama "psikologi" berasal dari bahasa Yunani. Penamaannya diperoleh dari dua kata, yaitu psyche dan logos.[1] Kata psyche berarti jiwa, sedangkan logos berarti ilmu.[2] Dalam pengertian ini, psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu tentang jiwa manusia.[3]

Sebelum Masehi[sunting | sunting sumber]

Pada zaman Yunani Kuno, semua jenis ilmu dimasukkan sebagai bagian dari filsafat, termasuk psikologi. Ini dikarenakan para pemikir di masa Yunani Kuno menganggap filsafat sebagai induk dari semua ilmu pengetahuan. Karenanya, psikologi menerima pengaruh yang kuat dari ilmu filsafat. Para ahli Yunani Kuno membahas psikologi utamanya mengenai hakikat jiwa dan gejala yang mencirikannya. Para ahli psikologi pada masa ini adalah para filsuf. Dua diantaranya adalah Plato (429–347 SM) dan Aristoteles (384–322 SM).[4] Setelah keruntuhan peradaban Yunani Kuno, kajian mengenai jiwa mulai dilupakan.[5]

Pemikiran Sokrates mengenai jiwa[sunting | sunting sumber]

Sokrates menghubungkan antara manusia dengan jiwanya melalui keyakinan bahwa inti dari kepribadian manusia adalah jiwanya. Ia meyakini bahwa jiwa bukanlah hanya pernapasan melainkan sesuatu yang lebih penting dari itu. Jiwa merupakan asas dari kehidupan manusia. Sokrates meyakini bahwa jiwa menjadi hakikat kedirian dari manusia. Jiwalah yang membuat manusia memiliki rasa tanggung jawab sebagai individu.[6]

Pemikiran Plato mengenai jiwa[sunting | sunting sumber]

Plato membagi jiwa manusia menjadi dua bagian, yaitu jiwa badaniah dan jiwa rohaniah. Ia menetapkan bahwa jiwa badaniah akan menghilang bersama dengan kerusakan tubuh manusia. Sementara jiwa rohaniah bersifat abadi sehingga tidak akan pernah berakhir. Plato menetapkan bahwa jenis jiwa tertinggi adalah jiwa rohaniah. Kematian atas jiwa rohaniah tidak akan pernah terjadi karena tumpuannya adalah rasio dan logika.[7]

Abad ke-5 dan ke-6 Masehi[sunting | sunting sumber]

Pada abad ke-5 dan abad ke-6 Masehi, bangsa Yunani mulai mengaitkan segala sesuatu yang terjadi di alam dengan kepercayaan mengenai agama. Pada masa ini ada dua jenis teologi yang utama, yaitu ajaran agama Olympian dan agama Orfisme. Ajaran agama Olympian merupakan kepercayaan terhadap Dewa-Dewa yang terdapat di dalam puisi-puisi Homeros. Dalam ajaran ini, para Dewa prihatin dan cemas akan kelangsungan hidup manusia. Dalam ajaran agama Olympian, jiwa merupakans sesuatu yang tidak dapat mati. Namun jiwa terpisah dari ingatan maupuni sifat kepribadian dari tubuh manusia yang menjadi tempat kediamannya.[8]

Sedangkan ajaran agama Orfisme banyak dianut oleh para penduduk Yunani Kuno yang kondisi ekonomi dan politiknya mengalami ketidakpastian. Penganutnya merupakan penduduk yang hidup dalam kemiskinan dan tidak menerima pendidikan, seperti petani, buruh dan budak. Seluruh ajaran agama Orfisme dihubungkan dengan legenda mengenai dewa vegetasi yang bernama Dionisos dan muridnya yang bernama Orfeus. Ajaran utama dari Orfisme adalah kepercayaan terhadap adanya transmigrasi jiwa. Ajaran Orfisme meyakini adanya siklus kelahiran. Jiwa manusia diyakini telah ada bersama dengan keberadaan ilahi dari para Dewa. Karena melakukan dosa, jiwa menerima hukuman yaitu mendiami penjara berbentuk tubuh fisik. Siklus kelahiran terus berlanjut hingga seluruh dosa ditebus oleh jiwa dengan menjadi tumbuhan, hewan dan manusia. Siklus ini terjadi secara terus-menerus. Harapan yang dimiliki jiwa adalah berhentinya siklus kelahiran ini untuk kembali menjadi jiwa yang murni yang memperoleh kehidupan transenden di antara para Dewa. Pemberhentian siklus inilah yang disebut sebagai transmigrasi jiwa.[8]

Abad Pertengahan[sunting | sunting sumber]

FIlsuf muslim pertama yang menulis tentang psikologi pada Abad Pertengahan adalah Al-Kindi. Psikologi merupakan salah satu dari 17 disiplin ilmiah yang dikajinya dalam 270 buku hasil pemikirannya. Al-Kindi membahas mengenai fungsi-fungsi jiwa dan kecerdasan manusia di dalam tulisannya yang berjudul Tentang Tidur dan Mimpi dan Filsafat Pertama. Teori kejiwaannya dipengaruhi oleh pemikiran Aristoteles.[9]

Abad ke-17 hingga abad ke-19[sunting | sunting sumber]

Psikologi pada abad ke-17 dan abad ke-18 masih berstatus sebagau wacana. Statusnya belum dianggap sebagai suatu ilmu. Sumbangsih pemikiran psikologi pada masa ini diberikan oleh para filsuf. Beberapa di antaranya adalah Gottfried Leibniz, Thomas Hobbes, John Locke, Immanuel Kant, dan David Hume.[10]

Pada abad ke-18 dan abad ke-19, psikologi menjadi perdebatan di antara para ilmuwan. Perdebatan ini berkaitan dengan usaha dominasi dari model-model psikologi yang telah ada. Hal yang diperdebatkan adalah pertanyaan mengenai subjek yang layak menjadi bagian dari psikologi, dan prosedur yang dibutuhkan untuk studi yang telah ditetapkan sebagai bagian dari psikologi.[11]

Psikologi pada abad ke-19 memiliki dua teori lama yang sama-sama berkembang. Keduanya yaitu Psikologi Fakultas dan Psikologi Asosiasi. Psikologi Fakultas merupakan teori yang menyatakan bahwa mental bawaan memiliki kekuatan. Kekuatan ini terhimpun dalam kelompok-kelompok yang disebut sebagai fakultas. Kelompok ini meliputi berpikir, merasa dan berkeinginan. Fakultas-fakultas ini terbagi lagi menjadi beberapa sub-fakultas. Sementara Psikologi Asosiasi merupakan teori yang menyatakan bahwa asosiasi atas ide merupakan dasar bagi proses psikologi. Alat indra menjadi tempat masuk bagi ide yang kemudian diasosiasi melalui beberapa prinsip tertentu.[12]

Sejarah psikologi sebagai sebuah disiplin ilmiah ditandai dengan pendirian laboratorium psikologi yang pertama. Laboratorium ini didirikan pada tahun 1879 oleh Wilhelm Wundt di Leipzig, Jerman.[13] Tahun 1879 kemudian ditetapkan sebagai Sebelum adanya laboratorium psikologi, psikologi masih menjadi bagian dari ilmu filsafat dan ilmu fisiologi. Hal ini dikarenakan para ilmuwan di bidang filsafat dan fisiologi memiliki ketertarikan terhadap gejala-gejala kejiwaan. Namun, penyelidikan mereka terhadap psikologi masih dikaitkan dengan bidang utamanya masing-masing.[14] Setelah psikologi menjadi disiplin ilmiah tersendiri, pengaruh dari ilmu filsafat dan ilmu kedokteran masih tetap ada di dalam kajiannya.[15]

Psikologi merupakan satu-satunya disiplin ilmiah selain fisika yang telah berpisah dari ilmu filsafat.[16] Psikologi sebagai disiplin ilmiah memperjelas studinya dengan mengembangkan teori-teori dan metodologi.[17] Psikologi sebagai disiplin ilmiah kemudian memberikan peran bagi ilmu filsafat maupun kedokteran. Peran psikologi dalam ilmu filsafat adalah untuk penyelesaian masalah yang rumit mengenai akal, kehendak dan pengetahuan. Sedangkan dalam ilmu kedokteran, psikologi berperan dalam menjelaskan isi pikiran dan perasaan dari organ tubuh.[18]

Sejarah cabang keilmuan[sunting | sunting sumber]

Psikologi pendidikan[sunting | sunting sumber]

Psikologi pendidikan sebagai cabang keilmuan dari psikologi muncul akibat adanya kajian perilaku individu secara khusus.[19] Sejarah psikologi pendidikan diawali dengan William James (1842–1910) sebagai pelopornya. Gagasan James mengenai psikologi pendidikan adalah bahwa psikologi pendidikan cenderung membahas tentang perilaku dan kebiasaan individu dalam bertahan hidup menggunakan pengalaman jiwa.[20]

Sejarah psikologi pendidikan pernah dibuat secara sederhana pada tahun 1929. Penulisan sejarah ini dilakukan oleh Edwin Garrigues Boring dan Gardner Murphy. Kemudian, sejarah psikologi pendidikan kembali ditulis pada tahun 1957 oleh Cyril Burt. Kedua penulisan sejarah psikologi pendidikan ini hanya terbatas pada sejarah psikologi pendidikan di wilayah Inggris.[21]

Psikologi humanis[sunting | sunting sumber]

Psikologi humanis awalnya digagas oleh sekelompok psikolog pada awal tahun 1960. Para psikolog ini berada dalam kepemimpinan Abraham Maslow. Kemunculan psikologi humanis diawali dengan pencarian teori alternatif yang memiliki kelayakan untuk menggantikan teori-teori dari dua aliran psikologi yang sangat berpengaruh pada masa itu. Kedua aliran ini yaitu psikoanalisis dan behaviorisme.[22] Alasan pencarian alternatif ini adalah untuk mangatasi kekurangan dari kedua aliran psikologi tersebut dalam memandang manusia. Masing-masing aliran ini hanya memandang manusia dari satu segi. Psikoanalisis hanya memandang manusia dari segi alam bawah sadar. Sedangkan behaviorisme hanya memandang manusia dari segi refleks.[23]

Psikologi konseling[sunting | sunting sumber]

Berkembangnya ilmu psikologi memunculkan psikologi konseling sebagai disiplin ilmiah pada abad ke-20. Psikologi konseling menggunakan pendekatan konseling yang bersifat langsung. Konselor telah mampu seolah-olah menjadi individu yang merasakan langsung apa yang dirasakan oleh pasiennya. Jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan humanisme.[24]

Psikologi perkembangan[sunting | sunting sumber]

Upaya untuk memperoleh pemahaman mengenai perkembangan anak dalam seluruh rentang kehidupannya telah memunculkan psikologi perkembangan sebagai sebuah disiplin ilmiah.[25] Penelitian-penelitian awal mengenai psikologi perkembangan dipelopori oleh William Thierry Preyer. Ia adalah seorang dokter berkebangsaan Jerman. Ia mengadakan penelitian-penelitian yang kemudian disampaikannya melalui bukunya yang berjudul Die Seele des Kindes (Kejiwaan Anak). Buku ini diterbitkan pada tahun 1882. Karena hal ini, Preyer dianggap sebagai pelopor uatama dari psikologi perkembangan.[26]

Psikologi olahraga[sunting | sunting sumber]

Penelitian-penelitian awal dari psikologi olahraga diadakan oleh Coleman Griffith. Ia adalah psikolog dari Universitas Illinois. Sejak tahun 1921 hingga tahun 1938, Griffith mengembangkan laboratorium pertama untuk penelitian psikologi olahraga. Ia kemudian menuliskan hasil penelitiannya menjadi dua buah buku. Buku pertama diterbitkan pada tahun 1925 dengan judul Psychology of Athletic. Sedangkan buku yang kedua diterbitkannya pada tahun 1926 dengan judul Psychology of Coaching. Karena usahanya ini, Griffith dikenal sebagai pendiri psikologi olahraga di Amerika.[27]

Psikologi klinis[sunting | sunting sumber]

Gagasan paling awal dari psikologi klinis telah disampaikan oleh Hippokrates. Ia menyatakan bahwa setap perilaku dan kesakitan bersumber dari otak. Pengertian Hippokrates ini telah mengartikan otak sebagai bagian dari jiwa yang merupakan substansi. Sejarah psikologi klinis sebagai profesi dimulai pada tahun 1896 hingga tahun 1946. Psikologi pada rentang masa ini menjadi bagian dari wacana umum dalam psikologi. Lightner Witmer dianggap sebagai pelopor dari psikologi klinis. Pada tahun 1896, ia mendirikan klinik psikologis yang pertama. Klinik ini dibangun di Universitas Pennsylvania. Universitas-universitas lain kemudian mulai pula membangun klinik psikologi. Salah satunya ialah klinik psikologis di Universitas Iowa yang dibangun oleh Carl Emil Seashore. Tercatat sebanyak 19 klinik psikologis telah dibangun hingga tahun 1914. Jumlah ini meningkat pesat menjadi 87 klinik psikologis pada tahun 1935.[28]

Psikologi eksperimental[sunting | sunting sumber]

Para psikolog di bidang psikologi eksperintal merupakan hasil didikan di dalam laboratorium psikologi yang dibuat oleh Wilhelm Wundt pada tahun 1879 di Leipzig. Latar belakang keilmuan mereka umumnya adalah di bidang fisiologi dan fisika. Hal ini mempengaruhi pemilihan topik-topik dalam karya-karya mereka. Permasalahan yang dikaji oleh psikolog eksperimental abad ke-19 adalah kepekaan dari indra-indra yang berkaitan dengan waktu terjadinya reaksi.[29]

Psikologi positif[sunting | sunting sumber]

Kemunculan psikologi positif diakibatkan adanya spesialisasi dalam ilmu psikologi.[30] Gagasan awal dari psikologi positif berasal dari pemikiran humanistik mengenai segala hal tentang kebahagiaan atau kehidupan yang positif dari individu. Para tokoh perintisnya adalah Abraham Maslow, Carl Roger dan Erich Fromm.[31] Namun, psikologi positif baru didirikan secara resmi pada tahun 1998 oleh Martin Elias Peter Seligman. Pada saat itu, Seligman menjadi sebagai presiden dari American Psychological Association.[32]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Nurjan, Syarifan (2016). Setiawan, Wahyudi, ed. Psikologi Belajar (PDF). Ponorogo: Penerbit Wade Group. hlm. 3. ISBN 978-602-6802-30-9. 
  2. ^ Rahman, Ulfiani (2014). Hidayat, Yusuf, ed. Memahami Psikologi dalam Pendidikan: Teori dan Aplikasi (PDF). Makassar: Alauddin University Press. hlm. 2. ISBN 978-602-237-874-7. 
  3. ^ Sit, Masganti (2015). Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini: Jilid 1 (PDF). Medan: Perdana Publishing. hlm. 1. ISBN 978-602-6970-00-8. 
  4. ^ Hidayah, N., dkk. (2017). Psikologi Pendidikan (PDF). Malang: Universitas Negeri Malang. hlm. 13–14. ISBN 978-979-495-934-3. 
  5. ^ Mufidah Ch. (2014). Kawakip, Ahmad Nurul, ed. Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender (Edisi Revisi) (PDF). Malang: UIN-MALIKI Press. hlm. 54–55. ISBN 978-602-958-430-1. 
  6. ^ Hafiz, Subhan El (ed.). Dasar-Dasar Psikologi: Pendekatan Konseptual dan Praktis dari Perspektif Kontemporer hingga Nuansa Islam (PDF). Jakarta Selatan: UHAMKA Press. hlm. 54. ISBN 978-602-8040-45-7. 
  7. ^ Rochmah, Elfi Yuliani (2005). Psikologi Perkembangan (PDF). Ponorogo: STAIN Ponorogo Press. hlm. 2–3. ISBN 979-3946-00-8. 
  8. ^ a b Harsanti, I., dkk. (2013). Psikologi Umum 1 (PDF). Universita Gunadarma. hlm. 27. 
  9. ^ Aryani, Sekar Ayu (2018). Hamzah, Ustadi, ed. Psikologi Islami: Sejarah, Corak dan Model (PDF). Yogyakarta: SUKA-Press. hlm. 9. ISBN 978-602-1326-85-5. 
  10. ^ Yusnidar dan Suriati, I. (2020). Sari, Harmita, ed. Psikologi Kebidanan (PDF). Palopo: Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah Universitas Muhammaadiyah Palopo. hlm. 2–3. ISBN 978-623-93776-3-2. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-02-04. Diakses tanggal 2022-03-12. 
  11. ^ Warsah, I., dan Daheri, M. (2021). Masduki, Yusron, ed. Psikologi: Suatu Pengantar (Edisi Revisi) (PDF). Bantul: Tunas Gemilang Press. hlm. 19. ISBN 978-623-7292-51-7. 
  12. ^ Waluyo, Minto (2015). Manajemen Psikologi Industri (PDF). Jakarta: Penerbit Indeks. hlm. 10. ISBN 978-979-062-493-1. 
  13. ^ Nurliani (2016). "Studi Psikologi Pendidikan" (PDF). Jurnal As-Salam. 1 (2): 44. ISSN 2528-1402. 
  14. ^ Saleh, Adnan Achiruddin (2018). Pengantar Psikologi (PDF). Makassar: Penerbit Aksara Timur. hlm. 9. ISBN 978-602-5802-10-2. 
  15. ^ Perbowosari, H. dkk. (2020). Gelgel, I. P., dan Tim Qiara Media, ed. Pengantar Psikologi Pendidikan (PDF). Pasuruan: CV. Penerbit Qiara Medi. hlm. 3. ISBN 978-623-7925-39-2. 
  16. ^ Wasitaadmadja, F. F., dkk. (2019). Spiritualisme Pancasila (PDF). Jakarta Timur: Prenadamedia Group. hlm. 108. ISBN 978-602-422-267-3. 
  17. ^ Ahmadi, Anas (2015). Hariyati, Nuria Reny, ed. Psikologi Sastra (PDF). Surabaya: Unesa University Press. hlm. 9. ISBN 978-979-028-756-3. 
  18. ^ Ichsan, Muhammad (2016). "Psikologi Pendidikan dan Ilmu Mengajar". JurnalEdukasi. 2 (1): 62. ISSN 2460-4917. 
  19. ^ Mareta, Mira (2020). Fakhri, Mohammad, ed. Psikologi Pendidikan (PDF). Mataram: Sanabil. hlm. 4. ISBN 978-623-317-027-7. 
  20. ^ Arifudin, O., dkk. (2020). Psikologi Pendidikan (PDF). Bandung: Widina Bhakti Persada Bandung. hlm. 97. ISBN 978-623-93657-4-5. 
  21. ^ Supriyanto, Didik (2017). "Sejarah Singkat Psikologi Pendidikan". Modeling: Jurnal Program Studi PGMI. 4 (2): 230. 
  22. ^ Suralaga, Fadhilah (2021). Psikologi Pendidikan: Implikasi dan Pembelajaran (PDF). Depok: Rajawali Pers. hlm. 117. ISBN 978-623-231-827-4. 
  23. ^ Widjanarko, Mochamad (2014). Psikologi Lingkungan (PDF). Kudus: Badan Penerbit Universitas Muria Kudus. hlm. 3. ISBN 978-602-1180-13-6. 
  24. ^ Hartini, N,, dan Ariana, A. D. (2016). Psikologi Konseling: Perkembangan dan Penerapan Konseling dalam Psikologi (PDF). Surabaya: Airlangga University Press. hlm. 4. ISBN 978-602-0820-43-9. 
  25. ^ Mulyadi, S., dkk. (2015). Puspitawati, Ira, ed. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Gunadarma. hlm. 3. ISBN 978-602-9438-62-8. 
  26. ^ Abubakar HM., dan Ngalimun (2019). Hamdanah, ed. Psikologi Perkembangan: Konsep Dasar Pengembangan Kreativitas Anak (PDF). Bantul: Penerbit K-Media. hlm. 7. ISBN 978-602-451-842-4. 
  27. ^ Firdaus, Kamal (2012). Psikologi Olahraga: Teori dan Aplikasi (PDF). Padang: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang Press. hlm. 10–11. ISBN 978-602-98603-6-8. 
  28. ^ Riskasari, W., dkk. (2016). Psikologi Klinis Kelautan: Kasus-kasus dalam Bidang Klinis (PDF). Surabaya: Hang Tuah University Press. hlm. 5. ISBN 978-979-3153-92-6. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-02-04. Diakses tanggal 2022-03-12. 
  29. ^ Nur'aeni (2012). Tes Psikologi: Tes Inteligensi dan Tes Bakat (PDF). Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah (UM) Purwokerto Press. hlm. 9. 
  30. ^ Supratiknya, A. (2016). "Menegaskan Kedudukan Psikologi sebagai Ilmu dan Implikasinya terhadap Kurikulum Program Pendidikan Akademik Psikologi pada Jenjang S1, S2, dan S3 di Tanah Air" (PDF). Temu Ilmiah Nasional HIMPSI: Menelisik Perkembangan Psikologi Indonesia: 2. 
  31. ^ Manurung, Rosida Tiurma (2010). "Kajian Maksim: Perilaku Tindak Tutur dengan Pendekatan Psikologi Positif" (PDF). Jurnal Sosioteknologi. 19 (9): 814. 
  32. ^ Sarmadi, Sunedi (2018). Nurjan, Syarifan, ed. Psikologi Positif (PDF). Yogyakarta: Penerbit Titah Surga. hlm. 101. ISBN 978-602-6981-70-7.