Lompat ke isi

Transgender: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
RXerself (bicara | kontrib)
RXerself (bicara | kontrib)
Baris 71: Baris 71:


=== Kesehatan jiwa ===
=== Kesehatan jiwa ===
Mayoritas ahli kesehatan jiwa merekomendasikan terapi terhadap konflik internal mengenai identitas gender atau ketidaknyamanan terkait peran gender discomfort in an assigned gender role, terutama jika seseorang memiliki keinginan untuk melakukan [[transisi (transgender)|transisi]]. Orang yang mengalami ketidaksesuaian antara gendernya dengan ekspektasi orang lain atau orang yang identitas gendernya bertentangan dengan tubuhnya dapat merasa lebih baik dengan berbicara mendalam soal perasaannya. dapat merasa lebih baik dengan berbicara mendalam soal perasaannya.<ref name="Brown&Rounsley">{{cite book|last=Brown |first=M.L. |last2=Rounsley |first2=C.A. |year=1996 |title=True Selves: Understanding Transsexualism&nbsp;– For Families, Friends, Coworkers, and Helping Professionals |publisher=Jossey-Bass |city=San Francisco |isbn=0-7879-6702-5}}</ref> Istilah ''transseksualisme'', ''transvestisme dengan peran ganda'', ''[[gangguan identitas gender]] pada remaja atau orang dewasa'', dan ''gangguan identitas gender yang tidak dispesifikasi'' merupakan entri yang tertera di dalam [[International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems|International Statistical Classification of Diseases (ICD)]] dari [[Badan Kesehatan Dunia|WHO]] dan American [[Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders|''Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders'' (DSM)]] masing-masing pada kode F64.0, F64.1, 302.85, dan 302.6.<ref name="DSM-IV"/> Sementara itu, ''[[DSM-5|DSM edisi ke-5]]'' memiliki entri ''[[disforia gender]]'' sembari menegaskan gagasan bahwa kondisi transgender bukanlah sebuah penyakit kejiwaan.<ref>{{cite news|last1=Garloch|first1=K.|title=What it means to be transgender: Answers to 5 key questions|url=http://www.charlotteobserver.com/living/health-family/article76580862.html|accessdate=18 Desember 2016|publisher=Charlotte Observer|date=9 Mei 2016}}</ref>
Mayoritas ahli kesehatan jiwa merekomendasikan terapi terhadap konflik internal mengenai identitas gender atau ketidaknyamanan terkait peran gender discomfort in an assigned gender role, terutama jika seseorang memiliki keinginan untuk melakukan [[transisi (transgender)|transisi]]. Orang yang mengalami ketidaksesuaian antara gendernya dengan ekspektasi orang lain atau orang yang identitas gendernya bertentangan dengan tubuhnya dapat merasa lebih baik dengan berbicara mendalam soal perasaannya. dapat merasa lebih baik dengan berbicara mendalam soal perasaannya.<ref name="Brown&Rounsley">{{cite book|last=Brown |first=M.L. |last2=Rounsley |first2=C.A. |year=1996 |title=True Selves: Understanding Transsexualism&nbsp;– For Families, Friends, Coworkers, and Helping Professionals |publisher=Jossey-Bass |city=San Francisco |isbn=0-7879-6702-5}}</ref> Istilah ''transseksualisme'', ''transvestisme dengan peran ganda'', ''[[gangguan identitas gender]] pada remaja atau orang dewasa'', dan ''gangguan identitas gender yang tidak dispesifikasi'' merupakan entri yang tertera di dalam [[International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems|International Statistical Classification of Diseases (ICD)]] dari [[Organisasi Kesehatan Dunia|WHO]] dan American [[Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders|''Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders'' (DSM)]] masing-masing pada kode F64.0, F64.1, 302.85, dan 302.6.<ref name="DSM-IV"/> Sementara itu, ''[[DSM-5|DSM edisi ke-5]]'' memiliki entri ''[[disforia gender]]'' sembari menegaskan gagasan bahwa kondisi transgender bukanlah sebuah penyakit kejiwaan.<ref>{{cite news|last1=Garloch|first1=K.|title=What it means to be transgender: Answers to 5 key questions|url=http://www.charlotteobserver.com/living/health-family/article76580862.html|accessdate=18 Desember 2016|publisher=Charlotte Observer|date=9 Mei 2016}}</ref>


Individu transgender memenuhi diagnosis [[gangguan identitas gender]] (''gender identity disorder'', GID) hanya jika kondisinya tersebut menyebabkan rasa kecemasan yang kuat atau membuatnya kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.<ref name="apatransgenderanswers"/> Rasa kecemasan tersebut disebut sebagai ''[[disforia gender]]'' yang bisa berwujud [[depresi]] ataupun ketidakmampuan dalam beraktivitas, bekerja, dan membangun hubungan sosial sehat dengan orang lain. Bentuk diagnosis ini seringkali disalahtafsirkan&mdash;bahwa orang transgender menderita gangguan identitas gender. Orang transgender yang nyaman dengan gender mereka tanpa disertai dengan rasa tertekan atau kesulitan dalam beraktivitas tidak memenuhi diagnosis GID. Terlebih lagi, GID belum tentu bersifat permanen dan sering dapat diselesaikan melalui terapi atau transisi. Perasaan tertekan oleh perilaku-perilaku negatif orang lain atau pemerintah bukan merupakan gejala GID. GID bukanlah persoalan mengenai masalah perbedaan moral. Kalangan ilmu psikologi menekankan bahwa orang dengan gangguan kejiwaan atau emosional dalam bentuk apapun tidak pantas menerima [[stigma]]. Penyelesaian dari GID mencakup apapun yang dapat mengakhiri rasa ketidaknyamanan dan mengembalikan fungsi normal dalam beraktivitas. Solusi tersebut umumnya (namun tidak selalu) adalah menjalani [[transisi (transgender)|transisi gender]].<ref name="Brown&Rounsley" />
Individu transgender memenuhi diagnosis [[gangguan identitas gender]] (''gender identity disorder'', GID) hanya jika kondisinya tersebut menyebabkan rasa kecemasan yang kuat atau membuatnya kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.<ref name="apatransgenderanswers"/> Rasa kecemasan tersebut disebut sebagai ''[[disforia gender]]'' yang bisa berwujud [[depresi]] ataupun ketidakmampuan dalam beraktivitas, bekerja, dan membangun hubungan sosial sehat dengan orang lain. Bentuk diagnosis ini seringkali disalahtafsirkan&mdash;bahwa orang transgender menderita gangguan identitas gender. Orang transgender yang nyaman dengan gender mereka tanpa disertai dengan rasa tertekan atau kesulitan dalam beraktivitas tidak memenuhi diagnosis GID. Terlebih lagi, GID belum tentu bersifat permanen dan sering dapat diselesaikan melalui terapi atau transisi. Perasaan tertekan oleh perilaku-perilaku negatif orang lain atau pemerintah bukan merupakan gejala GID. GID bukanlah persoalan mengenai masalah perbedaan moral. Kalangan ilmu psikologi menekankan bahwa orang dengan gangguan kejiwaan atau emosional dalam bentuk apapun tidak pantas menerima [[stigma]]. Penyelesaian dari GID mencakup apapun yang dapat mengakhiri rasa ketidaknyamanan dan mengembalikan fungsi normal dalam beraktivitas. Solusi tersebut umumnya (namun tidak selalu) adalah menjalani [[transisi (transgender)|transisi gender]].<ref name="Brown&Rounsley" />
Baris 77: Baris 77:
Pelatihan tenaga medis yang ada dinilai kurang dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan tenaga medis agar dapat melayani individu transgender dengan baik. Hal tersebut menyebabkan tenaga-tenaga medis yang tidak memiliki kesiapan yang cukup dalam melayani populasi transgender.<ref name="L. Carroll, P.J. Gilroy, and J. Ryan">{{cite journal |last1=Carroll |first1=L. |last2=Gilroy |first2=P. J. |last3=Ryan |first3=J. |title=Transgender issues in counselor education |journal=Counselor Education and Supervision |year=2002 |volume=41 |issue=3 |pages=233–242 |doi=10.1002/j.1556-6978.2002.tb01286.x}}</ref> Banyak dari penyedia layanan kesehatan jiwa hanya tahu sedikit mengenai permasalahan transgender. Individu transgender yang kemudian mencari bantuan medis malah yang kemudian memberikan pengetahuan terhadap tenaga medis dan justru tidak menerima pelayanan.<ref name="Brown&Rounsley" />
Pelatihan tenaga medis yang ada dinilai kurang dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan tenaga medis agar dapat melayani individu transgender dengan baik. Hal tersebut menyebabkan tenaga-tenaga medis yang tidak memiliki kesiapan yang cukup dalam melayani populasi transgender.<ref name="L. Carroll, P.J. Gilroy, and J. Ryan">{{cite journal |last1=Carroll |first1=L. |last2=Gilroy |first2=P. J. |last3=Ryan |first3=J. |title=Transgender issues in counselor education |journal=Counselor Education and Supervision |year=2002 |volume=41 |issue=3 |pages=233–242 |doi=10.1002/j.1556-6978.2002.tb01286.x}}</ref> Banyak dari penyedia layanan kesehatan jiwa hanya tahu sedikit mengenai permasalahan transgender. Individu transgender yang kemudian mencari bantuan medis malah yang kemudian memberikan pengetahuan terhadap tenaga medis dan justru tidak menerima pelayanan.<ref name="Brown&Rounsley" />


Kurangnya pelatihan medis terhadap permasalahan transgender mulai banyak diketahui. Meskipun begitu, penelitian mengenai masalah-masalah spesifik kesehatan jiwa yang dihadapi oleh masyarakat transgender masih berfokus terhadap pengalaman dari tenaga medis dan bukan dari sisi pengalaman individu transgender.<ref name="H.E. Benson">{{cite journal |last1=Benson |first1=H. E. |title=Seeking support: Transgender client experiences with mental health services |journal=Journal of Feminist Family Therapy |year=2013 |volume=25 |pages=17–40 |doi=10.1080/0895833.2013.755081}}</ref> Tidak semua orang transgender mencari bantuan terapi dengan kondisi kesehatan jiwa individu yang berbeda-beda. Sebelum versi ketujuh dari [[Standards of Care for the Health of Transsexual, Transgender, and Gender Nonconforming People|Standards of Care]] (SOC, Standar Pelayanan), seseorang harus didiagnosis dengan gangguan identitas gender terlebih dahulu untuk berlanjut ke fase penanganan hormon atau operasi. Versi terbaru kini mengurangi fokus terhadap diagnosis dan lebih menekankan kepada pentingnya keterbukaan secara medis agar dapat memenuhi kebutuhan pelayanan medis yang berbeda-beda untuk orang transseksual, transgender, dan orang dengan gender bervariasi lainnya.<ref name=SOC>{{cite web |title=Standards of care for the health of transsexual, transgender, and gender nonconforming people—7th version |url=http://www.wpath.org/documents/Standards%20of%20Care%20V7%20-%202011%20WPATH.pdf |author=The World Professional Association for Transgender Health |accessdate=30 November 2014}}</ref>
Kurangnya pelatihan medis terhadap permasalahan transgender mulai banyak diketahui. Meskipun begitu, penelitian mengenai masalah-masalah spesifik kesehatan jiwa yang dihadapi oleh masyarakat transgender masih berfokus terhadap pengalaman dari tenaga medis dan bukan dari sisi pengalaman individu transgender.<ref name="H.E. Benson">{{cite journal |last1=Benson |first1=H. E. |title=Seeking support: Transgender client experiences with mental health services |journal=Journal of Feminist Family Therapy |year=2013 |volume=25 |pages=17–40 |doi=10.1080/0895833.2013.755081}}</ref> Tidak semua orang transgender mencari bantuan terapi dengan kondisi kesehatan jiwa individu yang berbeda-beda. Sebelum versi ketujuh dari [[Standards of Care for the Health of Transsexual, Transgender, and Gender Nonconforming People|Standards of Care]] (SOC, standar pelayanan medis bagi individu tranasgender keluaran [[WPATH]]), seseorang harus didiagnosis dengan gangguan identitas gender terlebih dahulu untuk berlanjut ke fase penanganan hormon atau operasi. Versi terbaru kini mengurangi fokus terhadap diagnosis dan lebih menekankan kepada pentingnya keterbukaan secara medis agar dapat memenuhi kebutuhan pelayanan medis yang berbeda-beda untuk orang transseksual, transgender, dan orang dengan gender bervariasi lainnya.<ref name=SOC>{{cite web |title=Standards of care for the health of transsexual, transgender, and gender nonconforming people—7th version |url=http://www.wpath.org/documents/Standards%20of%20Care%20V7%20-%202011%20WPATH.pdf |website=The World Professional Association for Transgender Health |accessdate=30 November 2014}}</ref>


Tujuan dari seorang individu ketika mencari bantuan medis dapat bervariasi. Hal tersebut sederhananya disebabkan karena orang transgender yang meminta pelayanan medis belum tentu berarti bahwa mereka memiliki masalah dengan identitas gender mereka. Tekanan emosional dari keberadaan stigma dan [[transfobia]] mendorong banyak orang transgender untuk mencari pelayanan medis untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Benson (2013) menjelaskan bahwa seorang wanita trans berkata, "Individu transgender datang ke terapis (dokter) namun masalah mereka yang paling besar tidak ada hubungannya dengan semata-mata karena mereka transgender, tetapi karena mereka harus sembunyi, mereka harus berdalih, dan mereka telah selama ini merasakan rasa bersalah dan malu, yang sayangnya biasanya telah mereka alami selama bertahun-tahun!"<ref name="H.E. Benson" /> Identifikasi transgender dari seorang individu masih dapat menimbulkan kesulitan yang terkait dengan keberadaan stigma. Banyak orang kemudian mencari penanganan kesehatan jiwa untuk [[depresi]] dan [[kegelisahan|ansietas]]. Beberapa orang transgender menekankan pentingnya mengakui identitas gender mereka oleh tenaga medis agar dapat berkonsultasi dengan baik mengenai masalah kesehatan lainnya.<ref name="H.E. Benson" />
Tujuan dari seorang individu ketika mencari bantuan medis dapat bervariasi. Hal tersebut sederhananya disebabkan karena orang transgender yang meminta pelayanan medis belum tentu berarti bahwa mereka memiliki masalah dengan identitas gender mereka. Tekanan emosional dari keberadaan stigma dan [[transfobia]] mendorong banyak orang transgender untuk mencari pelayanan medis untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Benson (2013) menjelaskan bahwa seorang wanita trans berkata, "Individu transgender datang ke terapis namun masalah mereka yang paling besar tidak ada hubungannya dengan semata-mata karena mereka transgender, tetapi karena mereka harus sembunyi, mereka harus berdalih, dan mereka telah selama ini merasakan rasa bersalah dan malu, yang sangat disayangkan karena biasanya telah mereka alami hal itu selama bertahun-tahun!"<ref name="H.E. Benson" />
Identifikasi transgender dari seorang individu masih dapat menimbulkan kesulitan yang terkait dengan keberadaan stigma. Banyak orang kemudian mencari penanganan kesehatan jiwa untuk [[depresi]] dan [[kegelisahan|ansietas]]. Beberapa orang transgender menekankan pentingnya mengakui identitas gender mereka oleh tenaga medis agar dapat berkonsultasi dengan baik mengenai masalah kesehatan lainnya.<ref name="H.E. Benson" />

Masih terdapat masalah mengenai kesalahpahaman tentang hal yang menyangkut kondisi transgender yang dapat memperburuk kondisi kesehatan mental individu transgender. Benson (2013) juga mencatat mengenai seorang mahasiswa trans di jenjang magister psikologi yang berkata kepadanya bahwa, "Kebanyakan orang mungkin tidak merasa asing dengan kata ''transgender'', tetapi ya hanya sampai di situ saja. Saya rasa saya tidak pernah menerima pendidikan formal apapun selama di perkuliahan... saya pikir tidak semua [psikolog] pun tahu. Kebanyakan terapis—tingkat magister, doktor—mereka hanya pernah... satu kelas mengenai permasalahan GLBT. Satu kelas dari bermacam-macamnya pelatihan. Satu kelas. Dan itu paling-paling kebanyakan soal gaya hidup gay."<ref name="H.E. Benson" /> Banyak dari kebijakan perusahaan asuransi tidak mencakup pelayanan medis yang terkait dengan transisi gender sementara banyak orang tidak atau hanya memiliki sedikit cakupan asuransi. Hal tersebut menjadi perhatian terlebih dengan kurangnya pelatihan yang mencukupi bagi kebanyakan terapis dalam melayani klien transgender, yang kemudian dapat meningkatkan biaya pelayanan bagi klien dan menyulitkannya dalam menerima bantuan.<ref name="H.E. Benson" /> Kebanyakan tenaga medis yang melayani klien transgender hanya menerima pelatihan biasa mengenai identitas gender meskipun kini telah ada pelatihan awal mengenai berinteraksi dengan orang transgender bagi tenaga medis untuk meningkatkan tingkat pelayanan bagi individu transgender.<ref name=Hanssman,Morrison,&Russian>{{cite journal|last1=Hanssmann |first1=C. |last2=Morrison |first2=D. |last3=Russian |first3=E. |title=Talking, gawking, or getting it done: Providing trainings to increase cultural and clinical competence for transgender and gender-nonconforming patients and clients |journal=Sexuality Research and Social Policy |year=2008 |volume=5 |pages=5–23 |doi=10.1525/srsp.2008.5.1.5}}</ref>

Perancis pada bulan Februari 2010 menjadi negara pertama yang menghapuskan identitas transgender dari daftar penyakit kejiwaan.<ref>{{cite web |url=http://trans.ilga.org/trans/welcome_to_the_ilga_trans_secretariat/news/france_transsexualism_will_no_longer_be_classified_as_a_mental_illness_in_france |title=France: Transsexualism will no longer be classified as a mental illness in France |author=eZ systems |publisher=ilga.org}}</ref><ref>{{cite web |url=http://www.lemonde.fr/societe/article/2010/02/12/le-transsexualisme-n-est-plus-une-maladie-mentale-en-france_1305090_3224.html |title=Le transsexualisme n'est plus une maladie mentale en France |date=12 Februari 2010 |work=Le Monde.fr}}</ref>

=== Kesehatan fisik ===
Prosedur medis termasuk operasi tersedia bagi individu transgdender dan transseksual. (Kebanyakan individu transgender di bab [[#Kategori lain|''Kategori lain'']] di atas umumnya tidak mencari bantuan medis untuk sub-bab ini.) [[Terapi penyulihan hormon (perempuan ke laki-laki)|Terapi penyulihan hormon untuk pria trans]] akan memicu pertumbuhan janggut serta mempengaruhi kulit, pertumbuhan rambut, suara, dan distribui lemak pada tubuh. [[Terapi penyulihan hormon (laki-laki ke perempuan)|Terapi penyulihan hormon untuk wanita trans]] mempengaruhi distribusi lemak tubuh dan payudara. Penghilangan rambut atau bulu menggunakan [[penghilangan rambut dengan laser|laser]] atau [[elektrologi|elektrolisis]] dilakukan untuk menghilangkan rambut/bulu berlebih untuk wantia trans. Prosedur operasi yang ada untuk wanita trans meliputi feminisasi [[Terapi suara (trans)#Operasi suara|suara]], [[Dermabrasi|kulit]], [[operasi feminisasi wajah|wajah]], [[Chondrolaryngoplasty|jakun]], [[Implan payudara|payudara]], [[Sedot lemak|pinggang]], [[Augmentasi bokong|bokong]], serta [[Operasi penentuan ulang seks laki-laki ke perempuan|organ genitalia]]. Prosedur operasi untuk pria trans meliputi maskulinisasi [[Rekonstruksi dada pria|dada]] dan [[Operasi penentuan ulang seks perempuan ke laki-laki|organ genitalia]], pengangkatan [[Histerektomi|uterus]], [[Ooforektomi|ovarium, dan oviduk]]. Istilah ''[[terapi penentuan ulang seks]]'' (''sex reassignment therapy'', SRT) digunakan sebagai istilah umum untuk prosedur-prosedur fisik dalam [[transisi (transgender)|transisi]]. Penggunaan istilah ''[[perubahan jenis kelamin|ganti kelamin]]'' menuai kritik karena dinilai menitikberatkan masalah pada sisi operasi. Penggunaan kata ''transisi'' lebih disarankan.<ref name="glaad.org" /><ref name="pfaefflin">{{cite book|last=Pfäfflin |first=F. |last2=Junge |first2=A. |year=1998 |quote=...This critique for the use of the term sex change in connection to sex reassignment surgery stems from the concern about the patient, to take the patient seriously.... |title=Sex Reassignment: Thirty Years of International Follow-Up Studies: A Comprehensive Review, 1961–1991 |accessdate=6 September 2007}} [https://web.archive.org/web/20070503090247/http://www.symposion.com/ijt/pfaefflin/1000.htm Pranala arsip].</ref> Pelaksanaan prosedur-prosedur tersebut terkait dengan tingkat [[disforia gender]] seseorang, ada atau tidaknya [[ganngguan identitas gender]],<ref name="DSM-IV"/> serta [[Standards of Care for the Health of Transsexual, Transgender, and Gender Nonconforming People|standar pelayanan]] medis yang berbeda-beda di setiap daerah.

Pria trans yang belum menjalani [[histerektomi|pengangkatan uterus]] sembari berada di bawah terapi penyulihan hormon dengan [[testosteron]] memiliki peluang terkena [[kanker endometrium]] yang lebih tinggi akibat [[androstenedion]], yang dihasilkan dari testosteron di dalam tubuh, dapat diubah menjadi [[estrogen]].<ref>{{cite web |url=http://www.acog.org/Resources-And-Publications/Committee-Opinions/Committee-on-Health-Care-for-Underserved-Women/Health-Care-for-Transgender-Individuals |title=Health Care for Transgender Individuals: Committee Opinion No. 512 |publisher=American Committee for Obstetrics and Gynecology |date=Desember 2011 |author=Committee on Health Care for Underserved Women |journal=Obstetrics and Gynecology |volume=118 |pages=1454–1458 |PMID=22105293}}</ref>


== Lambang ''pride'' ==
== Lambang ''pride'' ==

Revisi per 24 Januari 2017 13.49

Beberapa contoh tokoh transgender (dari kiri ke kanan, atas ke bawah): Lili Elbe, Laverne Cox, Thomas Beatie, Chaz Bono, Balian Buschbaum, dan Lynn Conway.
Seorang demonstran transgender pada sebuah unjuk rasa di Paris, Oktober 2005.

Orang transgender adalah orang yang memiliki identitas gender atau ekspresi gender yang berbeda dengan seksnya yang ditunjuk saat lahir.[1][2][3] Orang transgender juga terkadang disebut sebagai orang transseksual jika ia menghendaki bantuan medis untuk transisi dari satu seks ke seks lainnya. Transgender juga merupakan sebuah kata umum. Selain mencakup orang yang identitas gendernya berlawanan dengan seksnya yang ditunjuk (pria trans dan wanita trans), istilah transgender juga dapat mencakup orang-orang yang tidak secara spesifik maskulin atau feminin (orang-orang genderqueer seperti bigender, pangender, genderfluid, atau agender).[2][4][5] Definisi transgender lainnya juga mencakup orang-orang yang termasuk ke dalam gender ketiga atau memiliki gender ketiga transgender.[6][7] Dalam kasus yang lebih jarang, istilah transgender digunakan hingga mencakup cross-dresser,[8] tanpa memperhatikan identitas gender.

Keadaan transgender tidak terikat dengan orientasi seksual.[9] Orang transgender dapat memilki orientasi heteroseksual, homoseksual, biseksual, aseksual, dan lain-lain. Istilah transgender berbeda dengan istilah interseks, yaitu kondisi seseorang yang lahir dengan karakteristik seks fisik yang "...tidak padan dengan gagasan umum mengenai laki-laki atau perempuan".[10]

Tingkat seorang individu untuk merasa asli, murni, dan nyaman dengan penampilan luarnya serta menerima identitas aslinya disebut sebagai kesesuaian transgender (transgender congruence).[11] Banyak dari orang transgender mengalami apa yang disebut disforia gender dan beberapa menerima bantuan medis seperti terapi penyulihan hormon, operasi penentuan ulang seks, atau psikoterapi.[12] Tidak semua orang transgender menghendaki penanganan medis dan beberapa tidak melakukannya karena kendala ekonomi atau kesehatan.[12][13]

Mayoritas orang transgender menghadapi diskriminasi dalam pekerjaan dan pencarian kerja,[14] pemenuhan kebutuhan tempat tinggal,[15] serta pelayanan kesehatan.[16] Orang transgender juga tidak dilindungi oleh hukum dari diskriminasi di banyak tempat.[17]

Terminologi

Sejarah

Psikiater John F. Oliven dari Universitas Columbia mencetuskan istilah transgender pada buku referensi ilmiahnya tahun 1965 berjudul Sexual Hygiene and Pathology. Ia menulis bahwa istilah sebelumnya yang telah selama itu digunakan yaitu transseksualisme adalah salah dan menyebut bahwa "... transgenderisme adalah istilah yang dimaksud karena seksualitas bukanlah sebuah faktor utama dalam transvestisme primer."[18] Istilah transgender kemudian banyak digunakan dan didefinisikan secara beragam oleh orang-orang transgender, transseksual, dan transvestis termasuk di antaranya Virginia Prince,[19] yang digunaknnya dalam edisi Desember 1969 dari majalah Transvestia, sebuah majalah cross dresser yang ia dirikan.[20] Pada pertengahan dekade 1970-an, baik trans-gender (dengan tanda hubung [-]) dan orang trans digunakan sebagai kata umum.[note 1] Transgenders (akhiran -s pembentuk kata benda jamak dalam bahasa Inggris) juga dahulu digunakan untuk menyebut seseorang yang ingin hidup lintas-gender tanpa operasi penentuan ulang seks.[21]

Konsep dari sebuah komunitas transgender berkembang pada tahun 1984 dengan digunakannya kata transgender sebagai kata umum (hipernim).[22] Pada tahun 1985, Richard Elkins mendirikan Trans-Gender Archive (Arsip Trans-Gender) di Universitas Ulster.[20] International Conference on Transgender Law and Employment Policy (Konferensi Internasional tentang Kebijakan Hukum dan Ketenagakerjaan Transgender) pada tahun 1992 mendefinisikan kata transgender sebagai sebuah kata umum yang mencakup "...transseksual, transgenderis, cross dressers..." serta orang yang bertransisi.[23]

Istilah kini

Istilah pria trans mengacu kepada seseorang yang transgender perempuan-ke-laki-laki (bahasa Inggris: female-to-male, FtM atau F2M) sementara istilah wanita trans mengacu kepada seseorang yang transgender laki-laki-ke-perempuan (bahasa Inggris: male-to-female, MtF atau M2F). Panduan praktik kesehatan, pedoman gaya jurnalisme professional, serta kelompok advokasi LGBT menyarankan penggunaan nama dan kata ganti yang mengidentifikasi seseorang tersebut, termasuk ketika merujuk kepada orang tersebut di masa lalu kehidupannya.[24][25] Kata transgender itu sendiri digunakan sebagai sebuah kata sifat. Contoh penggunaan yang benar adalah Max adalah seseorang yang transgender, Max adalah orang transgender, atau Max adalah seorang pria transgender bukan Max adalah transgender atau Max adalah seorang transgender.[26][27][28] GLAAD menyatakan bahwa ketika membicarakan orang transgender, sikap yang sopan adalah menggunakan nama dan kata ganti yang orang tersebut pilih tanpa mempedulikan status legal dari gender mereka karena tidak semua orang yang transgender mampu membiayai prosedur operasi atau pengubahan tubuh lainnya.[26]

Orang-orang yang tidak transgender atau genderqueer—seseorang yang identitas pribadinya sama dengan seks dan gender yang ditunjuk saat lahir—disebut sebagai orang cisgender.[29]

Perbedaan transgender dengan transseksual

Istilah transseksual pertama kali diperkenalkan oleh Magnus Hirschfeld pada tahun 1923 dalam bahasa Jerman transsexualismus. David Oliver Cauldwell pada tahun 1949 menterjemahkannya ke dalam bahasa Inggris menjadi transsexual yang kemudian dipopulerkan oleh Harry Benjamin pada tahun 1966, waktu yang sama saat istilah transgender juga mulai banyak digunakan.[19] Istilah transseksual pada tahun 1990-an kemudian digunakan untuk menyebut sebagaian dari orang transgender[19][30][31] yang berkeinginan untuk melakukan trasnsisi secara permanen menuju gender yang mereka identifikasi dan untuk itu mencari bantuan medis (seperti operasi penentuan ulang seks).

Perbedaan antara istilah transgender dan transseksual pada umumnya berdasar pada perbedaan antara gender (psikologis, sosial) dan seks (fisik).[note 2][32] Dengan demikian, trasnsseksual dapat dimengerti lebih mengarah kepada segi fisik dari seks seseorang sementara transgender lebih terfokus kepada kondisi gender internal dan juga aspek sosial yang dapat berkaitan dengan gender tersebut.[33] Banyak dari orang transgender lebih memilih penggunaan kata transgender dan menolak penggunaan kata transseksual.[34][35] Sebagai contoh, Christine Jorgensen pada tahun 1979 menolak istilah transsexual serta mengidentifikasi dirinya sebagai seperti ditulis dalam surat kabar sebagai seorang trans-gender dengan berkata, "... gender tidak ada hubungannya dengan siapa kita di atas ranjang, melainkan terhadap identitas."[36][37] Pernyataan tersebut mengacu kepada anggapan bahwa transseksual memiliki kaitan dengan seksualitas yang akan tetapi justru berkaitan dengan identitas gender.[38][note 3] Beberapa orang transseksual namun tidak menerima kata transgender digunakan untuk mencakup mereka.[39][40][41][42] Definisi kedua istilah bervariasi dari waktu ke waktu di sepanjang sejarahnya.

Antropolog David Valentin di dalam bukunya tahun 2007 berjudul Transgender, an Ethnography of a Category menyebutkan bahwa pemakaian kata transgender dicetuskan oleh aktivis-aktivis untuk mencakup orang-orang yang justru bisa saja tidak ingin diidentifikasi dengan kata tersebut. Ia juga menyebutkan bahwa orang-orang yang merasa tidak mengidentifikasi dirinya dengan kata transgender sebaiknya jangan dicakupkan di dalam spektrum transgender tersebut.[39] Leslie Feinberg juga menyampaikan hal yang serupa bahwa beberapa orang tidak menggunakan kata transgender untuk menjelaskan dirinya namun kata tersebut merupakan sebuah istilah yang digunakan oleh orang luar untuk memahami orang-orang dengan kondisi tersebut.[40] Akan tetapi, pernyataan-pernyataan tersebut menuai kritik dari Transgender Health Program (THP, Program Kesehatan Transgender) dari lembaga Fenway Health di Boston. Mereka mengatakan bahwa tidak ada definisi tunggal dari kata tersebut dan perbedaan-perbedaan istilah yang ada yang menjadi umum di awal abad ke-21 sekarang dapat dianggap tidak sopan. THP menyarankan tenaga medis untuk menanyakan kepada klien mereka mengenai kata yang mereka lebih kehendaki serta untuk menghindari kata transseksual kecuali jika mereka yakin bahwa klien mereka nyaman dengan kata tersebut.[38]

Harry Benjamin pada tahun 1966 membuat sebuah sistem klasifikasi yang ia beri nama Sex Orientation Scale (SOS, Skala Orientasi Seks). Terdapat enam kategori yang dibedakan berdasarkan alasan seseorang melakukan crossdress serta tingkat keinginan mereka untuk melakukan operasi penentuan ulang seks.[43] Benjamin menyebutkan bahwa penyulihan hormon dibutuhkan untuk tingkat seseorang disebut transseksual asli (true transsexual) sebelum dilakukannya operasi.[43] Orang-orang seperti Miriam Rivera merupakan contoh kasus yang dapat dimasukkan ke dalam definisi Benjamin. Di sisi lain, terdapat pula orang-orang yang telah melakukan operasi namun tidak memenuhi definisi tersebut misalnya Gregory Hemingway.[44][45]

Kategori lain

Pria dan wanita trans berada di inti dari definisi sempit istilah transgender dengan identitas gendernya yang berlawanan dengan seks yang ditunjuk saat lahir. Definisi luas dari istilah tersebut sendiri mencakup beberapa kelompok masyarakat lain yang identitas gendernya tidak secara spesifik hanya maskulin/feminin namun bisa jadi androgini, bigender, pangender, atau agender —umumnya dikelompokkan dalam istilah genderqueer[5] —serta orang-orang gender ketiga. Di beberapa budaya, orang transgender justru merupakan orang dengan gender ketiga.[7] Meskipun beberapa literatur mendefinisikan kata transgender secara luas hingga mencakup orang transvesti/cross-dresser,[8] secara umum kedua istilah tersebut dibedakan karena orang transvesti fetis dianggap memiliki parafilia sehingga bukan sebuah identifikasi gender. Sementara itu, terdapat pula drag king dan drag queen yang merupakan pemain yang melakukan crossdress untuk tujuan hiburan.

Genderqueer

Identitas genderqueer atau non-biner yang tidak secara spesifik maskulin/feminin di antaranya adalah agender, androgini, bigender, pangender, dan genderfluid.[46] Identitas-identitas tersebut berada di luar norma cisgender.[47][48] Identitas bigender dan androgini adalah kategori yang berdekatan. Individu bigender dapat merasa dirinya berubah-ubah antara peran laki-laki dan perempuan (genderfluid) atau merasa sebagai laki-laki dan perempuan secara bersamaan (androgini). Individu androgini di sisi lain dapan mengidentifikasi dirinya berada di luar gender atau tanpa gender (postgender, agender), di antara gender (intergender), berubah-ubah di antara gender (genderfluid), atau secara bersamaan mengekspresikan beberapa gender (pangender). Perilaku androgini umum seperti memakai celana untuk perempuan, atau memakai anting-anting untuk laki-laki, bukan merupakan perilaku transgender. Androgini (androgyne) juga terkadang digunakan dalam istilah medis untuk menyebut kondisi orang interseks.[49] Identitas-identitas genderqueer tidak terikat pula dengan orientasi seksual.

Transvesti dan crossdress

Seorang transvesti adalah sesorang yang ber-cross-dress (lintas busana), atau mengenakan pakaian yang umumnya dihubungkan dengan lawan dari gendernya yang ditunjuk saat lahir.[50]Istilah transvesti (transvestite) digunakan sebagai sebuah sinnonim dari cross-dresser[51][52] walaupun cross-dresser secara umum lebih direkomendasikan.[52][53] Istilah cross-dresser sendiri tidak didefinisikan secara pasti di sumber-sumber pustaka. Michael A. Gilbert, guru besar Departemen Filsafat, Universitas York, Toronto, mengajukan definisi berikut. "[Seorang cross-dresser] adalah seseorang yang memiliki identifikasi gender pada seks tertentu serta ditunjuk sebagai jenis tertentu saat lahir, tetapi mengenakan pakaian lawan jenisnya karena pakaian tersebut merupakan pakaian lawan jenisnya."[54] Definisi ini tidak mencakup seseorang yang mengenakan pakaian lawan jenisnya untuk alasan lain seperti "... peniru perempuan yang melihat berpakaian semata-mata sebagai bagian dari pekerjaan, para aktor yang bermain peran, pria dan wanita yang menyukai pesta kostum, dsb. Mereka ber-cross dressing namun bukan cross dresser."[54]

Seseorang yang ber-cross-dress dapat tidak mengidentifikasi dirinya sebagai, atau ingin menjadi lawan gendernya, tidak ingin bertindak sebagai gender lawannya, serta secara umum tidak ingin mengubah tubuhnya secara medis. Mayoritas cross-dresser mengidentifikasi dirinya sebaga seorang heteroseksual.[55] Seseorang yang ber-cross-dress di kehidupan nyata bisa tidak peduli atau bisa pula memiliki keinginan untuk pass sebagai lawan gendernya sehingga tidak terlihat sebagai seorang cross-dresser.

Istilah transvesti serta isitilah lama transvestisme secara konseptual berbeda dari transvesti fetishisme. Seorang transvesti fetishis dideskripsikan sebagai mereka yang pada beberapa saat mengenakan pakaian lawan gendernya untuk tujuan fetshisme.[56][57] Dalam istilah medis, transvesti fetishisme berbeda dengan cross-dressing dengan digunakannya kode yang berbeda yaitu 302.3[57] dalam DSM dan F65.1[56] dalam ICD.

Drag king dan drag queen

RuPaul adalah salah satu aktor dan drag queen ternama asal Amerika Serikat.

Drag adalah sebuah istilah yang digunakan dalam busana serta tata rias yang dikenakan dalam situasi istimewa untuk pertunjukan pentas atau hiburan, berbeda dengan kondisi transgender atau orang yang ber-cross-dress untuk alasan lain. Sebuah pertunjukan drag mencakup seluruh penampilan dan adegan, selain dari busana dan tata rias, yang dapat berupa drama, komedi, atau grotesque. Drag queen dilihat sebagai penggambaran karikatur perempuan oleh feminisme gelombang kedua. Pemain drag memiliki riwayat panjang dalam budaya LGBT. Secara umum, istilah drag queen merujuk kepada laki-laki yang melakukan drag perempuan, istilah drag king untuk perempuan yang melakukan drag laki-laki, sementara faux queen merujuk kepada perempuan yang melakukan drag perempuan. Meskipun begitu, pemain-pemain drag terdiri atas berbagai gender dan orientasi seksual yang melakukan drag untuk berbagai alasan. Beberapa pemain drag, transvesti, serta orang dalam komunitas gay menggunakan istilah dalam pornografi tranny untuk merujuk kepada drag queen atau transvestisme atau seseorang yang ber-cross-dress. Akan tetapi, istilah tersebut secara umum dinilai ofensif untuk orang transgender.[58]

Interseks

Orang-orang interseks memiliki organ kelamin atau karakteristik seksual fisik lainnya yang tidak memenuhi definisi sempit mengenai kondisi laki-laki atau perempuan. Meskipun begitu, orang-orang interseks belum tentu orang transgender pula karena mereka belum tentu tidak setuju terhadap seks yang ditunjuk kepada mereka saat lahir. Permasalahan kondisi transgender dan interseks seringkali ditemukan secara bersama karena keduanya sama-sama ditentang dengan definisi kecil dari seks dan gender.

Di dalam masyarakat LGBT

Pasangan lesbian Irina Shumilova (kanan) dan Alyona Fursova (kiri). Shumilova adalah seorang wanita trans. (Foto oleh: Роман Мельник)

Konsep identitas gender dan identitas transgender berbeda dengan konsep orientasi seksual.[59] Orientasi seksual merupakan ketertarikan fisik, romantik, emosional, atau spiritual dari seorang individu kepada individu lain sementara identitas gender adalah pribadi seseorang apakah seorang pria atau wanita.[26] Individu transgender memiliki varisi orientasi seksual yang kurang lebihh sama dengan orang cisgender.[60] Di masa lalu, istilah homoseksual dan heteroseksual secara tidak tepat digunakan untuk menyebut orientasi seksual orang transgender berdasarkan seksnya yang ditunjuk saat lahir.[61] Literatur-literatur profesional kini menggunakan istilah seperti tertarik ke pria (androfil), tertarik ke wanita (ginefil), tertarik ke keduanya (biseksual), atau tidak tertarik ke keduanya (aseksual) untuk menjelaskan orientasi seksual seseorang tanpa menyebut identitas gender mereka.[57] Kalangan medis mulai memahami pentingnya istilah yang tepat sesuai dengan identitas gender dari seseorang.[62] Sebagai contoh, seseorang yang ditunjuk laki-laki saat lahir namun bertransisi ke perempuan dan tertarik ke pria adalah seseorang yang heteroseksual.

Walaupun orientasi seksual dan identitas gender adalah hal yang berbeda, sepanjang sejarah, komunitas gay, lesbian, dan biseksual seringkali menjadi satu-satunya tempat orang dengan kondisi gender minoritas dapat diterima dengan peran gender yang mereka kehendaki, terlebih pada masa saat transisi medis nyaris tidak mungkin dilakukan. Penerimaan tersebut namun juga memiliki sejarah yang kompleks. Seperti masyarakat pada umumnya, masyarakat LGB belum tentu membedakan antara seks dan identitas gender—hingga dekade 1970-an—sehingga memandang orang-orang dengan variasi gender sama dengan orang-orang homoseksual yang juga berperilaku dengan gendernya.[63]

Kesehatan

Kesehatan jiwa

Mayoritas ahli kesehatan jiwa merekomendasikan terapi terhadap konflik internal mengenai identitas gender atau ketidaknyamanan terkait peran gender discomfort in an assigned gender role, terutama jika seseorang memiliki keinginan untuk melakukan transisi. Orang yang mengalami ketidaksesuaian antara gendernya dengan ekspektasi orang lain atau orang yang identitas gendernya bertentangan dengan tubuhnya dapat merasa lebih baik dengan berbicara mendalam soal perasaannya. dapat merasa lebih baik dengan berbicara mendalam soal perasaannya.[64] Istilah transseksualisme, transvestisme dengan peran ganda, gangguan identitas gender pada remaja atau orang dewasa, dan gangguan identitas gender yang tidak dispesifikasi merupakan entri yang tertera di dalam International Statistical Classification of Diseases (ICD) dari WHO dan American Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) masing-masing pada kode F64.0, F64.1, 302.85, dan 302.6.[57] Sementara itu, DSM edisi ke-5 memiliki entri disforia gender sembari menegaskan gagasan bahwa kondisi transgender bukanlah sebuah penyakit kejiwaan.[65]

Individu transgender memenuhi diagnosis gangguan identitas gender (gender identity disorder, GID) hanya jika kondisinya tersebut menyebabkan rasa kecemasan yang kuat atau membuatnya kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.[59] Rasa kecemasan tersebut disebut sebagai disforia gender yang bisa berwujud depresi ataupun ketidakmampuan dalam beraktivitas, bekerja, dan membangun hubungan sosial sehat dengan orang lain. Bentuk diagnosis ini seringkali disalahtafsirkan—bahwa orang transgender menderita gangguan identitas gender. Orang transgender yang nyaman dengan gender mereka tanpa disertai dengan rasa tertekan atau kesulitan dalam beraktivitas tidak memenuhi diagnosis GID. Terlebih lagi, GID belum tentu bersifat permanen dan sering dapat diselesaikan melalui terapi atau transisi. Perasaan tertekan oleh perilaku-perilaku negatif orang lain atau pemerintah bukan merupakan gejala GID. GID bukanlah persoalan mengenai masalah perbedaan moral. Kalangan ilmu psikologi menekankan bahwa orang dengan gangguan kejiwaan atau emosional dalam bentuk apapun tidak pantas menerima stigma. Penyelesaian dari GID mencakup apapun yang dapat mengakhiri rasa ketidaknyamanan dan mengembalikan fungsi normal dalam beraktivitas. Solusi tersebut umumnya (namun tidak selalu) adalah menjalani transisi gender.[64]

Pelatihan tenaga medis yang ada dinilai kurang dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan tenaga medis agar dapat melayani individu transgender dengan baik. Hal tersebut menyebabkan tenaga-tenaga medis yang tidak memiliki kesiapan yang cukup dalam melayani populasi transgender.[66] Banyak dari penyedia layanan kesehatan jiwa hanya tahu sedikit mengenai permasalahan transgender. Individu transgender yang kemudian mencari bantuan medis malah yang kemudian memberikan pengetahuan terhadap tenaga medis dan justru tidak menerima pelayanan.[64]

Kurangnya pelatihan medis terhadap permasalahan transgender mulai banyak diketahui. Meskipun begitu, penelitian mengenai masalah-masalah spesifik kesehatan jiwa yang dihadapi oleh masyarakat transgender masih berfokus terhadap pengalaman dari tenaga medis dan bukan dari sisi pengalaman individu transgender.[67] Tidak semua orang transgender mencari bantuan terapi dengan kondisi kesehatan jiwa individu yang berbeda-beda. Sebelum versi ketujuh dari Standards of Care (SOC, standar pelayanan medis bagi individu tranasgender keluaran WPATH), seseorang harus didiagnosis dengan gangguan identitas gender terlebih dahulu untuk berlanjut ke fase penanganan hormon atau operasi. Versi terbaru kini mengurangi fokus terhadap diagnosis dan lebih menekankan kepada pentingnya keterbukaan secara medis agar dapat memenuhi kebutuhan pelayanan medis yang berbeda-beda untuk orang transseksual, transgender, dan orang dengan gender bervariasi lainnya.[68]

Tujuan dari seorang individu ketika mencari bantuan medis dapat bervariasi. Hal tersebut sederhananya disebabkan karena orang transgender yang meminta pelayanan medis belum tentu berarti bahwa mereka memiliki masalah dengan identitas gender mereka. Tekanan emosional dari keberadaan stigma dan transfobia mendorong banyak orang transgender untuk mencari pelayanan medis untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Benson (2013) menjelaskan bahwa seorang wanita trans berkata, "Individu transgender datang ke terapis namun masalah mereka yang paling besar tidak ada hubungannya dengan semata-mata karena mereka transgender, tetapi karena mereka harus sembunyi, mereka harus berdalih, dan mereka telah selama ini merasakan rasa bersalah dan malu, yang sangat disayangkan karena biasanya telah mereka alami hal itu selama bertahun-tahun!"[67] Identifikasi transgender dari seorang individu masih dapat menimbulkan kesulitan yang terkait dengan keberadaan stigma. Banyak orang kemudian mencari penanganan kesehatan jiwa untuk depresi dan ansietas. Beberapa orang transgender menekankan pentingnya mengakui identitas gender mereka oleh tenaga medis agar dapat berkonsultasi dengan baik mengenai masalah kesehatan lainnya.[67]

Masih terdapat masalah mengenai kesalahpahaman tentang hal yang menyangkut kondisi transgender yang dapat memperburuk kondisi kesehatan mental individu transgender. Benson (2013) juga mencatat mengenai seorang mahasiswa trans di jenjang magister psikologi yang berkata kepadanya bahwa, "Kebanyakan orang mungkin tidak merasa asing dengan kata transgender, tetapi ya hanya sampai di situ saja. Saya rasa saya tidak pernah menerima pendidikan formal apapun selama di perkuliahan... saya pikir tidak semua [psikolog] pun tahu. Kebanyakan terapis—tingkat magister, doktor—mereka hanya pernah... satu kelas mengenai permasalahan GLBT. Satu kelas dari bermacam-macamnya pelatihan. Satu kelas. Dan itu paling-paling kebanyakan soal gaya hidup gay."[67] Banyak dari kebijakan perusahaan asuransi tidak mencakup pelayanan medis yang terkait dengan transisi gender sementara banyak orang tidak atau hanya memiliki sedikit cakupan asuransi. Hal tersebut menjadi perhatian terlebih dengan kurangnya pelatihan yang mencukupi bagi kebanyakan terapis dalam melayani klien transgender, yang kemudian dapat meningkatkan biaya pelayanan bagi klien dan menyulitkannya dalam menerima bantuan.[67] Kebanyakan tenaga medis yang melayani klien transgender hanya menerima pelatihan biasa mengenai identitas gender meskipun kini telah ada pelatihan awal mengenai berinteraksi dengan orang transgender bagi tenaga medis untuk meningkatkan tingkat pelayanan bagi individu transgender.[69]

Perancis pada bulan Februari 2010 menjadi negara pertama yang menghapuskan identitas transgender dari daftar penyakit kejiwaan.[70][71]

Kesehatan fisik

Prosedur medis termasuk operasi tersedia bagi individu transgdender dan transseksual. (Kebanyakan individu transgender di bab Kategori lain di atas umumnya tidak mencari bantuan medis untuk sub-bab ini.) Terapi penyulihan hormon untuk pria trans akan memicu pertumbuhan janggut serta mempengaruhi kulit, pertumbuhan rambut, suara, dan distribui lemak pada tubuh. Terapi penyulihan hormon untuk wanita trans mempengaruhi distribusi lemak tubuh dan payudara. Penghilangan rambut atau bulu menggunakan laser atau elektrolisis dilakukan untuk menghilangkan rambut/bulu berlebih untuk wantia trans. Prosedur operasi yang ada untuk wanita trans meliputi feminisasi suara, kulit, wajah, jakun, payudara, pinggang, bokong, serta organ genitalia. Prosedur operasi untuk pria trans meliputi maskulinisasi dada dan organ genitalia, pengangkatan uterus, ovarium, dan oviduk. Istilah terapi penentuan ulang seks (sex reassignment therapy, SRT) digunakan sebagai istilah umum untuk prosedur-prosedur fisik dalam transisi. Penggunaan istilah ganti kelamin menuai kritik karena dinilai menitikberatkan masalah pada sisi operasi. Penggunaan kata transisi lebih disarankan.[4][72] Pelaksanaan prosedur-prosedur tersebut terkait dengan tingkat disforia gender seseorang, ada atau tidaknya ganngguan identitas gender,[57] serta standar pelayanan medis yang berbeda-beda di setiap daerah.

Pria trans yang belum menjalani pengangkatan uterus sembari berada di bawah terapi penyulihan hormon dengan testosteron memiliki peluang terkena kanker endometrium yang lebih tinggi akibat androstenedion, yang dihasilkan dari testosteron di dalam tubuh, dapat diubah menjadi estrogen.[73]

Lambang pride

Transgender Pride flag

Lambang umum yang sering digunakan komunitas transgender adalah bendera Pride transgender. Desain bendera diciptakan oleh Monica Helms serta dikibarkan pertama kalinya pada pawai pride di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat tahun 2000. Bendera tersebut memilki lima baris warna, dua berwarna biru, dua berwarna pink, serta satu baris di tengah berwarna putih. Helms menerangkan makna dari bendera tersebut sebagai berikut.

Baris paling atas dan bawah berwarna biru muda, warna tradisional bagi bayi laki-laki. Baris di bawah dan di atasnya berwarna merah muda, warna tradisional bagi bayi perempuan. Baris di tengah berwarna putih, bagi mereka dengan kondisi interseks, tengah bertransisi, atau menilai diri mereka memiliki gender yang netral atau tidak terdefinisi. Susunannya dibuat seperti itu sehingga bagaimanapun cara kita mengibarkan benderanya, cara tersebut akan selalu benar, sebagaimana cara kita menemukan kebenaran di dalam hidup kita.[74]

Beberapa lambang gender juga digunakan untuk mewakilkan orang transgender, seperti lambang dan .

Catatan kaki

  1. ^ *Pada bulan April 1970, TV Guide menerbitkan sebuah artikel yang membahas seoarang tokoh film transseksual pascaoperasi (post-operative, post-op) dengan menggunakan kata transgendered (ter-transgender, -ed imbuhan pasif dalam bahasa Inggris). Lihat "Sunday Highlights". TV Guide. 26 April 1970. Diakses tanggal 28 Mei 2012. [R]aquel Welch (left), moviedom's sex queen soon to be seen as the heroine/hero of Gore Vidal's transgendered 'Myra Breckinridge'... .
    • Pada edisi tahun 1974 dari Clinical Sexuality: A Manual for the Physician and the Professions, kata transgender digunakan sebagai sebuah kata umum (hipernim) sementara laporan konferensi dari National TV.TS Conference tahun 1974 di Leeds, West Yorkshire, Britania Raya menggunakan trans-gender dan orang trans (trans people) sebagai istilah umum. Lihat Oliven, J. F. (1974). Clinical sexuality: A Manual for the Physician and the Professions (edisi ke-ke-3). University of Michigan (digitasi Agustus 2008): Lippincott. hlm. 110, 484–487. ISBN 978-0-397-50329-2. "Transgender deviance" p 110, "Transgender research" p 484, "transgender deviates" p 485, Transvestites not welcome at "Transgender Center" p 487 ; Elkins, R.; King, D. (2006). The Transgender Phenomenon. Sage. hlm. 13. ISBN 978-0-7619-7163-4. 
    • Akan tetapi, A Practical Handbook of Psychiatry (1974) menyebutkan mengenai operasi transgender (transgender surgery) sebagai berikut. "Transvetis jarang untuk berusaha untuk memperoleh operasi transgender, karena inti dari hal perversi yang ia lakukan adalah untuk merealisasikan seorang perempuan dengan penis." Lihat Novello, J. R. (1974). A Practical Handbook of Psychiatry. University of Michigan, digitasi Agustus 2008: C. C. Thomas. hlm. 176. ISBN 978-0-398-02868-8. 
  2. ^ Sebagai contoh, Virginia Prince menggunakan istilah transgender untuk membedakan cross-dresser dari orang transseksual (Lihat Matzner, A. "Prince, Virginia Charles (1913-2009)" (PDF). glbtq, Inc. ), seperti ia tulis dalam Men Who Choose to Be Women (dalam Sexology edisi Februari 1969) bahwa, "Saya setidaknya tahu perbedaan antara seks dan gender dan secara sederhana saya memilih untuk mengubah yang kedua [gender], bukan yang pertama [seks]."
  3. ^ Adanya anggapan bahwa kata transseksual memiliki kaitan arti dengan seksualitas terjadi akibat ketidaktahuan seseorang terhadap perbedaan antara seks dan gender dan kemudian menggunakan kata gender untuk perbedaan-perbedaan antara laki-laki dan perempuan dan seks untuk aktivitas seks. (Lihat Liberman, M. "Single-X Education". Language Log. Diakses tanggal 28 Juni 2012. )

Referensi

  1. ^ Altilio, T.; Otis-Green, S. (2011). Oxford Textbook of Palliative Social Work. Oxford University Press. hlm. 380. ISBN 0199838275. Diakses tanggal 12 April 2016. Transgender is an umbrella term for people whose gender identity and/or gender expression differs from the sex they were assigned at birth (Gay and Lesbian Alliance Against Defamation [GLAAD], 2007). 
  2. ^ a b Forsyth, C. J.; Copes, H. (2014). Encyclopedia of Social Deviance. Sage Publications. hlm. 740. ISBN 1483364690. Diakses tanggal 12 April 2016. Transgender is an umbrella term for people whose gender identities, gender expressions, and/or behaviors are different from those culturally associated with the sex to which they were assigned at birth. 
  3. ^ Berg-Weger, M. (2016). Social Work and Social Welfare: An Invitation. Routledge. hlm. 229. ISBN 1317592026. Diakses tanggal 12 April 2016. Transgender: An umbrella term that describes people whose gender identity or gender expression differs from expectations associated with the sex assigned to them at birth. 
  4. ^ a b Gay and Lesbian Alliance Against Defamation (Mei 2010). "GLAAD Media Reference Guide – Transgender glossary of terms". Diakses tanggal 24 Februari 2011. An umbrella term for people whose gender identity and/or gender expression differs from what is typically associated with the sex they were assigned at birth. 
  5. ^ a b Bilodeau, B. (2005). "Beyond the Gender Binary: A Case Study of Two Transgender Students at a Midwestern Research University". Journal of Gay & Lesbian Issues in Education. 3 (1): 29–44. doi:10.1300/J367v03n01_05. Yet Jordan and Nick represent a segment of transgender communities that have largely been overlooked in transgender and student development research – individuals who express a non-binary construction of gender[.] 
  6. ^ Stryker, S.; Whittle, S. (2006). The Transgender Studies Reader. Routledge. hlm. 666. The authors note that, increasingly, in social science literature, the term 'third gender' is being replaced by or conflated with the newer term 'transgender'. 
  7. ^ a b Chrisler, J. C.; McCreary, D. R. (2010). Handbook of Gender Research in Psychology. Volume 1: Gender research in general and experimental psychology. Springer. hlm. 486. ISBN 1-4419-1465-X. Transgender is a broad term characterized by a challenge of traditional gender roles and gender identity[. ...] For example, some cultures classify transgender individuals as a third gender, thereby treating this phenomenon as normative. 
  8. ^ a b Reisner, S. L.; Conron, K.; Mimiaga, M. J.; Haneuse, S.; et al. (2014). "Comparing in-person and online survey respondents in the US National Transgender Discrimination Survey: implications for transgender health research". LGBT Health. 1 (2): 98–106. doi:10.1089/lgbt.2013.0018. Transgender was defined broadly to cover those who transition from one gender to another as well as those who may not choose to socially, medically, or legally fully transition, including cross-dressers, people who consider themselves to be genderqueer, androgynous, and ... 
  9. ^ "Sexual orientation, homosexuality and bisexuality". American Psychological Association. Diakses tanggal 10 Agustus 2013. 
  10. ^ Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (2015). "Free & Equal Campaign Fact Sheet: Intersex" (PDF). Diakses tanggal 28 Maret 2016. 
  11. ^ Kozee, H. B.; Tylka, T. L.; Bauerband, L. A. (2012). "Measuring transgender individuals' comfort with gender identity and appearance: Development and validation of the Transgender Congruence Scale". Psychology of Women Quarterly. 36: 179–196. doi:10.1177/0361684312442161. 
  12. ^ a b Maizes, V. (2015). Integrative Women's Health. hlm. 745. ISBN 0190214805. Many transgender people experience gender dysphoria—distress that results from the discordance of biological sex and experienced gender (American Psychiatric Association, 2013). Treatment for gender dysphoria, considered to be highly effective, includes physical, medical, and/or surgical treatments [...] some [transgender people] may not choose to transition at all. 
  13. ^ "Understanding Transgender People FAQ". National Center for Transgender Equality. 1 Mei 2009. Diakses tanggal 20 April 2016. 
  14. ^ Lombardi, E. L.; Anne Wilchins, R.; Priesing, D.; Malouf, D. "Gender Violence: Transgender Experiences with Violence and Discrimination". Journal of Homosexuality. 42 (1): 89–101. doi:10.1300/J082v42n01_05. 
  15. ^ Gay and Lesbian Alliance Against Defamation (4 Februari 2011). "Groundbreaking Report Reflects Persistent Discrimination Against Transgender Community". Diakses tanggal 24 Februari 2011. 
  16. ^ Bradford, J.; Reisner, S. L.; Honnold, J. A.; Xavier, J. (Oktober 2013). "Experiences of Transgender-Related Discrimination and Implications for Health: Results From the Virginia Transgender Health Initiative Study". American Journal of Public Health. 103 (10): 1820–1829. doi:10.2105/AJPH.2012.300796. 
  17. ^ Whittle, S. (2002). Respect and Equality: Transsexual and Transgender Rights. Routledge-Cavendish. 
  18. ^ Oliven, J. F. (1965). Sexual Hygiene and Pathology. hlm. 514. Where the compulsive urge reaches beyond female vestments, and becomes an urge for gender ("sex") change, transvestism becomes "transsexualism." The term is misleading; actually, "transgenderism" is what is meant, because sexuality is not a major factor in primary transvestism. Psychologically, the transsexual often differs from the simple cross-dresser; he is conscious at all times of a strong desire to be a woman, and the urge can be truly consuming. 
  19. ^ a b c Bevan, T. E. (2014). The Psychobiology of Transsexualism and Transgenderism. hlm. 42. ISBN 1-4408-3127-0. The term transsexual was introduced by Cauldwell (1949) and popularized by Harry Benjamin (1966) [...]. The term transgender was coined by John Oliven (1965) and popularized by various transgender people who pioneered the concept and practice of transgenderism. It is sometimes said that Virginia Prince (1976) popularized the term, but history shows that many transgender people adovcated the use of this term much more than Prince. 
  20. ^ a b Elkins, R.; King, D. (2006). The Transgender Phenomenon. Sage. hlm. 13–14. ISBN 978-0-7619-7163-4. 
  21. ^ Stryker, S. (2004). "Transgender" (PDF). Diakses tanggal 20 Januari 2017. ... lived full-time in a social role not typically associated with their natal sex, but who did not resort to genital surgery as a means of supporting their gender presentation ... 
  22. ^ Peo, TV-TS Tapestry Board of Advisors, Roger E. (1984). "The 'Origins' and 'Cures' for Transgender Behavior". The TV-TS Tapestry (2). Diakses tanggal 28 Mei 2012. 
  23. ^ "First International Conference on Transgender Law and Employment Policy (1992)". organizational pamphlet. ICTLEP/. 1992. Diakses tanggal 28 Mei 2012. Transgendered persons include transsexuals, transgenderists, and other crossdressers of both sexes, transitioning in either direction (male to female or female to male), of any sexual orientation, and of all races, creeds, religions, ages, and degrees of physical impediment. 
  24. ^ Glicksman, E. (April 2013). "Transgender terminology: It's complicated". Vol 44, No. 4: American Psychological Association. hlm. 39. Diakses tanggal 17 September 2013. Use whatever name and gender pronoun the person prefers 
  25. ^ Sponsored by the American Medical Association and The Fenway Health with unrestricted support from Fenway Health and Pfizer. "Meeting the Health Care Needs of Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender (LGBT) People: The End to LGBT Invisibility" (PowerPoint). The Fenway Institute. hlm. 24. Diakses tanggal 17 September 2013. Use the pronoun that matches the person's gender identity 
  26. ^ a b c Gay and Lesbian Alliance Against Defamation. "GLAAD's Transgender Resource Page". Diakses tanggal 24 Februari 2011. Problematic: "transgendered". Preferred: transgender. The adjective transgender should never have an extraneous "-ed" tacked onto the end. An "-ed" suffix adds unnecessary length to the word and can cause tense confusion and grammatical errors. It also brings transgender into alignment with lesbian, gay, and bisexual. You would not say that Elton John is "gayed" or Ellen DeGeneres is "lesbianed," therefore you would not say Chaz Bono is "transgendered." 
  27. ^ Savage, D. (11 Januari 2014)). "Savage Love: Gayed, Blacked, Transgendered". Creative Loafing. 
  28. ^ "Guardian and Observer style guide". ... use transgender ... only as an adjective: transgender person, trans person; never "transgendered person" or "a transgender..." 
  29. ^ Martin, K. "New words notes June 2015". Oxford English Dictionary. Oxford University Press. Diakses tanggal 2 Agustus 2015. 
  30. ^ Currah, P.; Juang, R. M.; dan Minter, S., ed. (2006). Transgender Rights. ISBN 0-8166-4312-1. 
  31. ^ Alegria, A. C. (2011). "Transgender identity and health care: Implications for psychosocial and physical evaluation". 23 (4): 175–182. Transgender, Umbrella term for persons who do not conform to gender norms in their identity and/or behavior (Meyerowitz, 2002). Transsexual, Subset of transgenderism; persons who feel discordance between natal sex and identity (Meyerowitz, 2002). 
  32. ^ "Sex -- Medical Definition". medilexicon.com. 
  33. ^ "UNCW: Developing and Implementing a Scale to Assess Attitudes Regarding Transsexuality" (PDF). 
  34. ^ Polly, R.; Nicole, J. (2011). "Understanding the transsexual patient: culturally sensitive care in emergency nursing practice". Advanced Emergency Nursing Journal. 33 (1): 55–64. doi:10.1097/TME.0b013e3182080ef4. The use of terminology by transsexual individuals to self-identify varies. As aforementioned, many transsexual individuals prefer the term transgender, or simply trans, as it is more inclusive and carries fewer stigmas. There are some transsexual individuals[,] however, who reject the term transgender; these individuals view transsexualism as a treatable congenital condition. Following medical and/or surgical transition, they live within the binary as either a man or a woman and may not disclose their transition history. 
  35. ^ "GLAAD Media Reference Guide". Diakses tanggal 27 Desember 2013. 
  36. ^ Parker, J. (18 Oktober 1979). "Christine Recalls Life as Boy from the Bronx". Newsday/Winnipeg Free Press. Diakses tanggal 28 Mei 2012. 'If you understand trans-genders,' she says, (the word she prefers to transsexuals), 'then you understand that gender doesn’t have to do with bed partners, it has to do with identity.' 
  37. ^ "News From California: 'Transgender'". Appeal-Democrat/Associate Press. 11 Mei 1982. hlm. A–10. Diakses tanggal 28 Mei 2012. she describes people who have had such operations’ "transgender" rather than transsexual. 'Sexuality is who you sleep with, but gender is who you are,' she explained 
  38. ^ a b "Fenway Health Glossary of Gender and Transgender Terms" (PDF). Januari 2010. Diakses tanggal 27 Desember 2013. 
  39. ^ a b Valentine, D. (2007). Imagining Transgender: An Ethnography of a Category. Duke University. 
  40. ^ a b Stryker, S. (2006). "Introduction". Dalam Stryker, S. dan Whittle, S. The Transgender Studies Reader. Routledge. hlm. 1–17. 
  41. ^ Winters, K. (2008). Gender Madness in American Psychiatry, essays from the struggle for dignity. hlm. 198. Some Transsexual individuals also identify with the broader transgender community; others do not. 
  42. ^ Boyd, H. "The Umbrella". enGender. Diakses tanggal 28 Juni 2012. the only part of the gender binary we *necessarily* challenge is the notion that people are always assigned to the right side of the binary at birth, and don’t need sympathy or help if the assignment goes wrong. 
  43. ^ a b Benjamin, H. (1966). The transsexual phenomenon. Julian Press. hlm. 23. 
  44. ^ Conway, L. (2003). "The Strange Saga of Gregory Hemingway". 
  45. ^ Schoenberg, N. (19 November 2001). "The Son Also Falls From elephant hunter to bejeweled exhibitionist, the tortured life of Gregory Hemingway". CHICAGO TRIBUNE. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 November 2001. 
  46. ^ McCrea, A. (2013). "Under the Transgender Umbrella: Improving ENDA's Protections". Georgetown Journal of Gender and the Law. This article will begin by providing a background on transgender people, highlighting the experience of a subset of non-binary individuals, bigender people, ... 
  47. ^ Wilchins, R. A. (2002). "It's Your Gender, Stupid". Dalam Nestle, J.; Howell, C.; dan Wilchins, R. Genderqueer: Voices from Beyond the Sexual Binary. Alyson Publications. hlm. 23–32. 
  48. ^ Nestle, J. (2002). "Genders on My Mind". Dalam Nestle, J.; Howell, C.; dan Wilchins, R. Genderqueer: Voices from Beyond the Sexual Binary. Alyson Publications. hlm. 3–10. ...pluralistic challenges to the male/female, woman/man, gay/straight, butch/femme constructions and identities... 
  49. ^ "Androgyne – Define Androgyne at Dictionary.com". Dictionary.com. 
  50. ^ Hirsch, Jr., E. D.; Kett, J. F.; Trefil, J. (2002). "Definition of the word "transvestite"". The New Dictionary of Cultural Literacy, Third Edition. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Agustus 2007. Diakses tanggal 13 Agustus 2007. Transvestite: Someone who dresses in the clothes usually worn by the opposite sex. 
  51. ^ Raj, R. (2002). "Towards a Transpositive Therapeutic Model: Developing Clinical Sensitivity and Cultural Competence in the Effective Support of Transsexual and Transgendered Clients". International Journal of Transgenderism. 6 (2). Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 September 2007. Diakses tanggal 13 Agustus 2007. transvestite (TV): n. Synonym: crossdresser (CD) 
  52. ^ a b Komisi Hak Asasi Manusia Ontario (2007). "Discussion Paper: Toward a Commission Policy on Gender Identity" (PDF). Diakses tanggal 22 Januari 2017. ...Many say this term (crossdresser) is preferable to transvestite, which means the same thing..." dan "...transvestite (TV) – same as cross-dresser. Most feel cross-dresser is the preferred term... 
  53. ^ Green, E.; Peterson, E.N. (2006). "LGBTTSQI Terminology" (PDF). Trans-Academics.org. Diakses tanggal 13 Agustus 2007. ...The preferred term is 'cross-dresser', but the term 'transvestite' is still used in a positive sense in England... 
  54. ^ a b Gilbert, M. A. (2000). "The Transgendered Philosopher". International Journal of Transgenderism. Diakses tanggal 16 Desember 2015. 
  55. ^ Docter, R. F.; Prince, V. (1997). "Transvestism: A survey of 1032 cross-dressers". Archives of Sexual Behavior. 26 (6): 589–605. 
  56. ^ a b Organisasi Kesehatan Dunia (1992). "ICD-10, Gender Identity Disorder, category F65.1". Diakses tanggal 13 Agustus 2007. ...Fetishistic transvestism is distinguished from transsexual transvestism by its clear association with sexual arousal and the strong desire to remove the clothing once orgasm occurs and sexual arousal declines.... 
  57. ^ a b c d e American Psychiatric Association (1994). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV. .
  58. ^ "Is 'Tranny' Offensive?". The Bilerico Project. 
  59. ^ a b American Psychological Association. "Answers to Your Questions About Transgender Individuals and Gender Identity". 
  60. ^ Tobin, H. J. (2003). "Sexual Orientation". Sexuality in Transsexual and Transgender Individuals. It has become more and more clear that trans people come in more or less the same variety of sexual orientations as non-trans people... 
  61. ^ Blanchard, R. (1989). "The classification and labeling of nonhomosexual gender dysphorias". Archives of Sexual Behavior. 18 (Agustus 1989). Diakses tanggal 6 April 2007. 
  62. ^ Goethals, S.C.; Schwiebert, V. L. (2005). "Counseling as a Critique of Gender: On the Ethics of Counseling Transgendered Clients" (PDF). International Journal for the Advancement of Counselling. 27 (3). ...counselors to rethink their assumptions regarding gender, sexuality and sexual orientation. In addition, they supported counselors' need to adopt a transpositive disposition to counseling and to actively advocate for transgendered persons... 
  63. ^ Retro Report. "Transforming History". Diakses tanggal 15 Juli 2015. 
  64. ^ a b c Brown, M.L.; Rounsley, C.A. (1996). True Selves: Understanding Transsexualism – For Families, Friends, Coworkers, and Helping Professionals. Jossey-Bass. ISBN 0-7879-6702-5. 
  65. ^ Garloch, K. (9 Mei 2016). "What it means to be transgender: Answers to 5 key questions". Charlotte Observer. Diakses tanggal 18 Desember 2016. 
  66. ^ Carroll, L.; Gilroy, P. J.; Ryan, J. (2002). "Transgender issues in counselor education". Counselor Education and Supervision. 41 (3): 233–242. doi:10.1002/j.1556-6978.2002.tb01286.x. 
  67. ^ a b c d e Benson, H. E. (2013). "Seeking support: Transgender client experiences with mental health services". Journal of Feminist Family Therapy. 25: 17–40. doi:10.1080/0895833.2013.755081. 
  68. ^ "Standards of care for the health of transsexual, transgender, and gender nonconforming people—7th version" (PDF). The World Professional Association for Transgender Health. Diakses tanggal 30 November 2014. 
  69. ^ Hanssmann, C.; Morrison, D.; Russian, E. (2008). "Talking, gawking, or getting it done: Providing trainings to increase cultural and clinical competence for transgender and gender-nonconforming patients and clients". Sexuality Research and Social Policy. 5: 5–23. doi:10.1525/srsp.2008.5.1.5. 
  70. ^ eZ systems. "France: Transsexualism will no longer be classified as a mental illness in France". ilga.org. 
  71. ^ "Le transsexualisme n'est plus une maladie mentale en France". Le Monde.fr. 12 Februari 2010. 
  72. ^ Pfäfflin, F.; Junge, A. (1998). Sex Reassignment: Thirty Years of International Follow-Up Studies: A Comprehensive Review, 1961–1991. ...This critique for the use of the term sex change in connection to sex reassignment surgery stems from the concern about the patient, to take the patient seriously....  Pranala arsip.
  73. ^ Committee on Health Care for Underserved Women (Desember 2011). "Health Care for Transgender Individuals: Committee Opinion No. 512". Obstetrics and Gynecology. American Committee for Obstetrics and Gynecology. hlm. 1454–1458. PMID 22105293. 
  74. ^ Sankin, A. (20 November 2014), "Transgender Flag Flies In San Francisco's Castro District After Outrage From Activists", The stripes at the top and bottom are light blue, the traditional color for baby boys. The stripes next to them are pink, the traditional color for baby girls. The stripe in the middle is white, for those who are intersex, transitioning or consider themselves having a neutral or undefined gender. The pattern is such that no matter which way you fly it, it is always correct, signifying us finding correctness in our lives. 

Pranala luar