Yu Qian
Yu Qian 于謙 | |
---|---|
Lahir | 1398 Hangzhou, Zhejiang |
Meninggal | 1457 (umur 58–59) Beijing |
Nama lain |
|
Pekerjaan | Pejabat |
Suami/istri | Lady Dong |
Anak |
|
Orang tua |
|
Yu Qian (Hanzi: 于谦, 1398-1457) adalah seorang jenderal pada pertengahan Dinasti Ming. Ia adalah seorang pejabat yang jujur dan dicintai rakyat. Ketika terjadi Insiden Tumubao tahun 1449 dimana Kaisar Zhengtong tertangkap dalam pertempuran dengan Mongol, Yu menghalau serbuan bangsa barbar itu terhadap ibu kota Beijing dan mendukung adik kaisar, Zhu Qiyu naik tahta sebagai Kaisar Jingtai sehingga Dinasti Ming selamat dari kehancuran. Setelah Kaisar Zhengtong pulang dan kembali naik tahta, ia termakan fitnah dari lawan-lawan politik Yu sehingga menjatuhkan hukuman mati padanya.
Kehidupan awal
[sunting | sunting sumber]Yu Qian dilahirkan di Qiantang, Provinsi Zhejiang. Sejak kecil ia sudah memiliki aspirasi tinggi, juga mahir dalam ilmu beladiri dan menulis puisi. Banyak dari puisi-puisinya yang berisi ekspresi patriotisme dan kecintaan pada negara. Tokoh yang dikaguminya adalah Wen Tianxiang, perdana menteri terakhir Dinasti Song yang gugur dengan mulia karena mempertahankan kesetiaan pada negara. Ia meraih gelar Jinshi (gelar akademis tertinggi pada masa itu) pada tahun 1421, masa pemerintahan Kaisar Yongle dan langsung mendapat jabatan sebagai petugas adminstrasi kekaisaran. Tahun 1426, ketika Kaisar Xuande baru bertahta, Yu berpartisipasi dalam menumpas pemberontakan oleh paman kaisar, Zhu Gaoxu. Itulah yang menjadi sukses pertama dalam kariernya, sejak itu reputasinya mulai dikenal luas.
Tahun 1427, ia dikirim ke Jiangxi untuk menjadi komandan militer di wilayah itu. Tiga tahun setelahnya ia dipindahkan ke Departemen Perang sebagai wakil menteri. Tahun 1431, ia mendapat tanggung jawab lebih besar lagi dengan memangku jabatan sebagai inspektur militer yang berkuasa atas wilayah Henan dan Shanxi. Ia menduduki jabatan ini selama 19 tahun ke depan. Selama menjabat ia banyak menangani kasus-kasus sulit dan membela rakyat kecil yang menjadi korban penindasan para pejabat korup dan tuan tanah. Ia membangun banyak lumbung-lumbung padi untuk persiapan menghadapi gagal panen dan kelaparan. Dananya dihimpun dari sumbangan para pejabat dan orang-orang kaya di wilayah kekuasaannya. Ia juga pernah ikut bekerja bersama para kuli merenovasi tanggul Sungai Kuning yang dibangun untuk menahan banjir bila air sungai meluap.
Tahun 1445, Provinsi Henan dibanjiri oleh pengungsi dari Shandong, Shanxi dan Shaanxi yang ditimpa bencana kelaparan. Menurut hukum pada saat itu, rakyat yang tidak memiliki tanda pengenal yang memasuki wilayah lain harus dikembalikan ke tempat asalnya dan namanya akan dimasukkan dalam daftar hitam. Namun atas alasan kemanusiaan, Yu dengan berani melanggar peraturan itu dan menyatakan siap menerima konsekuensinya. Ia memberi tempat penampungan bagi para pengungsi itu dan membuka lumbung-lumbung di Henan untuk memberi makan mereka. Ia bahkan membantu mengurus izin tinggal bagi mereka yang ingin menetap dan memberikan modal berupa bibit dan hewan ternak untuk memulai hidup baru. Atas kebaikannya, rakyat menganggap Yu sebagai reinkarnasi Bao Zheng (hakim legendaris pada masa Dinasti Song yang terkenal sebagai pejabat yang berintegritas tinggi).
Kemunduran Dinasti Ming
[sunting | sunting sumber]Tahun 1435, putra Kaisar Xuande, Zhu Qizhen, naik tahta dengan gelar Kaisar Zhengtong. Tidak seperti ayahnya yang bijak, Zhengtong adalah seorang penguasa yang malas dan gemar main perempuan. Ia mempercayakan urusan negara pada kasim kesayangannya, Wang Zhen, seorang penjilat dan korup. Wang menyalahgunakan kekuasaan untuk kepentingannya sendiri. Semua dokumen yang masuk ke istana harus melaluinya terlebih dahulu. Kecewa dengan semua ini, Yu Qian berencana mengundurkan diri dan merekomendasikan seorang pejabat lain untuk menggantikan posisinya. Mendengar hal itu, Wang Zhen marah dan memvonis Yu dengan hukuman mati atas tuduhan memberontak. Namun hukuman itu akhirnya diubah menjadi hukuman penjara. Setelah tiga bulan mendekam di penjara, barulah ia dibebaskan namun dimutasikan ke jabatan yang lebih rendah. Ribuan pejabat dan rakyat dari Shanxi dan Henan yang mencintainya mengirim petisi ke istana untuk meminta Yu dipulihkan ke jabatannya semula, bahkan beberapa pangeran Ming pun turut membelanya. Kaisar pun akhirnya memulihkan jabatan Yu karena banyaknya tuntutan dari berbagai pihak itu.
Tahun 1448, Yu Qian kembali menempati jabatan wakil menteri perang. Pada tahun 1449, Esen Khan, seorang pemimpin suku Wala (cabang suku Mongol) yang ambisius dan bercita-cita membangkitkan Dinasti Yuan, menyerang kota-kota di perbatasan utara Tiongkok seperti Liaodong, Xuanfu, Datong, dan Ganzhou. Wang Zhen membujuk kaisar agar turun ke medan perang dan memimpin pasukan secara pribadi demi meninggikan semangat prajurit, Wang berbuat demikian karena ia khawatir kampung halamannya di Hebei jatuh ke tangan pasukan Mongol. Banyak pejabat termasuk Yu Qian menentang rencana ini karena terlalu berisiko. Sayangnya, Kaisar Zhengtong yang keras kepala itu tidak mendengarkan nasihat mereka, ia tetap berangkat ke perbatasan utara dengan persiapan yang terburu-buru. Karena kegegabahan Wang Zhen dan juga 500.000 pasukan itu belum terlatih dengan baik, mereka mengalami kekalahan dari pasukan Mongol. Pasukan Ming mundur dan terkepung di Benteng Tumu di Kabupaten Huailai, Provinsi Hebei. Hampir seluruh pasukan itu binasa, Kaisar Zhengtong ditangkap oleh Mongol, dan Wang Zhen dibunuh oleh Jenderal Fan Zhong yang mempersalahkannya atas malapetaka ini. Peristiwa yang dikenal dengan nama Insiden Tumubao ini merupakan awal kemunduran Dinasti Ming.
Sang Penyelamat Negara
[sunting | sunting sumber]Kabar tertangkapnya Kaisar Zhengtong itu menimbulkan kegemparan di ibu kota. Beberapa menteri mengusulkan untuk memindahkan ibu kota ke Sichuan untuk menyelamatkan pemerintahan dari serbuan Mongol. Yu Qian dengan berani mengecam mereka yang mengusulkan untuk kabur ke Sichuan. Ia berpendapat bahwa berbuat demikian akan memperlihatkan kelemahan pada musuh, ia juga mengingatkan jangan sampai tragedi Penghinaan Jingkang (靖康之耻,peristiwa pada masa Dinasti Song dimana dua kaisar Song ditangkap dan keluarga istana mengungsi ke selatan menghindari invasi suku Jurchen sehingga kehilangan banyak sekali wilayah di utara) terulang kembali. Ibusuri menerima argumen Yu dan memerintahkan agar pasukan dari Henan dan Shandong dipanggil ke Beijing untuk memperkuat pertahanan. Rapat darurat memutuskan untuk mengangkat adik tiri Zhengtong, Zhu Qiyu, Pangeran Cheng sebagai kaisar dengan gelar Kaisar Jingtai untuk mengisi kevakuman kuasa. Yu dipromosikan sebagai menteri perang dan bertanggung jawab penuh atas pertahanan kota Beijing.
Bulan berikutnya Esen Khan beserta pasukannya sudah akan tiba di Beijing. Jenderal Shi Heng mengusulkan untuk menutup kesembilan gerbang kota dan menyerang musuh dari balik tembok. Yu menolak usul itu, ia memerintahkan para perwira pemberani memimpin 220.000 pasukan untuk menyambut musuh di tiap gerbang kota sementara ia sendiri juga turut memimpin pasukan di Gerbang Desheng. Pertempuran sengit terjadi selama lima hari di luar tembok kota. Tidak satupun dari gerbang kota itu berhasil diduduki pasukan Mongol sehingga mereka terpaksa mundur ke pinggiran kota dimana mereka mereka masih harus menghadapi perlawanan sengit dari rakyat yang menyerang mereka dengan batu dan senjata seadanya. Esen pun akhirnya menyerah dan menarik mundur pasukannya. Sebelum mundur ia mengajukan negosiasi damai dengan Kaisar Zhengtong sebagai sandera untuk meminta tebusan berupa emas dan sutra, tetapi Yu dengan tegas menolaknya.
Pada awal tahun 1450, Esen Khan kembali menyerang wilayah perbatasan namun selalu berhasil dipukul mundur oleh pasukan Ming. Esen masih menggunakan Kaisar Zhengtong sebagai alat untuk meminta tebusan dari Tiongkok, tetapi permintaannya selalu ditolak. Yu selalu menolak permintaan negosiasi damai dari Esen karena sebelumnya beberapa utusan Ming yang dikirim untuk bernegosiasi selalu menemui kebuntuan bahkan pernah dibuntuti untuk melakukan serbuan terhadap pos-pos jaga di perbatasan. Meskipun para menteri dan keluarga istana mengharapkan Zhengtong dikembalikan dengan selamat, Yu selalu menegaskan bahwa kedaulatan negara lebih penting daripada kaisar karena sekarang negara sudah memiliki kaisar baru dan jangan sampai tunduk oleh tekanan musuh hanya demi kembalinya Zhengtong. Di dalam negeri, Yu juga banyak membantu Kaisar Jingtai menjalankan pemerintahan.
Hingga pertengahan 1450, Esen Khan semakin frustasi, usahanya menembus perbatasan tidak pernah ada yang berhasil karena Yu telah membuat persiapan-persiapan perang yang matang, selain itu konflik internal di pihaknya semakin membara. Esen merasa tidak ada gunanya lagi menahan Zhengtong lebih lama sehingga ia memutuskan untuk mengakhiri perang dan mengembalikan Zhengtong ke Tiongkok. Tak lama kemudian Esen tewas terbunuh dalam konflik internal itu. Kembalinya Zhengtong disambut gembira oleh para menteri dan keluarganya, kecuali adiknya. Kaisar Jingtai tidak rela mengembalikan singasana yang telah didudukinya pada kakaknya. Ia mengenakan tahanan rumah pada kakaknya dan memberinya gelar sebagai mantan kaisar (太上皇, Taishanghuang). Dalam hal ini, Yu berpihak pada Jingtai dan mendukungnya untuk tetap bertahta.
Walaupun telah berjasa besar bagi negara, Yu tidak pernah bersikap besar kepala dan selalu disiplin terhadap dirinya sendiri. Ketika Kaisar Jingtai menghadiahi sebuah rumah mewah di daerah elit padanya, ia lebih memilih tetap tinggal di rumahnya yang sederhana, jawabnya pada sang kaisar, “Negara kini sedang susah, hamba sebagai menteri tidak dapat mendahului kepentingan pribadi.” Shi Heng yang kurang memberi kontribusi ketika Beijing diserang, mencoba mencari muka pada Yu Qian. Ia mengirim surat rekomendasi untuk mengangkat Yu Mian, putra Yu Qian, sebagai pejabat di ibu kota. Yu Qian, yang anti nepotisme dan tahu persis bahwa putranya bukanlah orang yang tepat untuk jabatan itu, menolak. Ia menegaskan alasannya di hadapan kaisar, “Shi Heng sebagai pejabat seharusnya mencari dari kalangan rakyat bukannya dari kalangan keluarga menteri, putra hamba bukanlah orang yang mampu untuk jabatan itu, hamba yakin masih banyak orang berbakat di kalangan bawah yang lebih pantas mengisi jabatan itu, tindakan Shi Heng itu sangat tidak etis di hadapan publik.”
Restorasi Zhengtong dan kematian
[sunting | sunting sumber]Pada awal tahun 1457, Kaisar Jingtai jatuh sakit akibat terlalu berduka atas kematian putra mahkotanya setahun sebelumnya dan ia tidak memiliki putra lain untuk dijadikan pewarisnya. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pejabat yang tidak puas padanya seperti Shi Heng, Xu Youzhen dan kasim Cao Jixiang untuk menyerbu ke istana selatan, tempat Zhengtong dikenai tahanan rumah. Keesokan harinya menjelang fajar, Zhengtong telah resmi bertahta untuk kedua kalinya. Tak lama setelah bertahta, ia menangkapi para pejabat yang pro-Jingtai termasuk Yu Qian.
Ketika Yu dan Wang Wen, seorang menteri lain yang pro-Jingtai diadili atas tuduhan pemberontakan, hakim tidak menemukan bukti apapun mengenai tuduhan itu. Namun Xu Youzhen dan Shi Heng berkata, “Walau tidak ada bukti yang jelas, tetapi maksud pemberontakan mereka telah jelas.” Wang Wen yang tidak terima dengan tuduhan yang dibuat-buat itu, membela diri dengan penuh amarah. Namun Yu Qian hanya tersenyum sinis dan berkata, “Sudahlah Tuan Wang, sekuat apapun pembelaan anda tidak akan ada gunanya, mereka tidak akan peduli benar ataupun salah, mereka hanya menginginkan kematian kita.” Zhengtong sendiri sebenarnya ragu untuk menghukum mati Yu mengingat kontribusinya yang sangat besar pada negara, tetapi karena hasutan Xu Youzhen, dengan berat hati ia memutuskan Yu Qian untuk dihukum mati.
Pada 1457, Yu Qian yang telah berusia 59 tahun digiring ke pasar timur Beijing untuk dihukum mati. Setelah itu keluarganya dikirim ke pengasingan. Ketika istana mengirim prajurit untuk menyegel rumahnya dan menyita harta bendanya, mereka tidak menemukan barang berharga di rumah itu. Disana hanya terdapat buku-buku, senjata untuk latihan beladiri, dan peralatan rumah tangga seadanya. Para prajurit itu sangat terharu dan meneteskan air mata mengetahui pejabat yang demikian jujur dan setia harus berakhir setragis itu. Rakyat jelata juga sangat berduka setelah mendengar kabar ia dihukum mati. Pada tahun 1460, Shi Heng dan Cao Jixiang melakukan pemberontakan yang gagal. Saat itulah Zhengtong sangat menyesal telah menghukum mati Yu Qian. Ia merehabilitasi nama Yu Qian dan keluarganya. Jenazah Yu dibawa pulang ke kampung halamannya dan dimakamkan dengan layak di tepi Danau Barat (Xihu), Hangzhou.