Pengguna:Y.S. Agus Suseno

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

--Y.S. Agus Suseno (bicara) 13 November 2012 02.08 (UTC)Y.S. Agus Suseno lahir di Banjarmasin, 23 Agustus 1964. Menulis puisi, cerita pendek, naskah drama, esai sastra dan budaya, aktor dan sutradara teater. Menulis puisi di radio swasta awal 1980-an, Untaian Mutiara Sekitar Ilmu dan Seni (UMSIS) RRI Banjarmasin (diasuh Hijaz Yamani), rubrik “Dahaga” Banjarmasin Post (diasuh Yustan Aziddin). Setelah itu, puisi, cerpen, esai sastra dan budayanya dipublikasikan di media cetak lokal maupun nasional: Dinamika Berita, Media Masyarakat, Barito Post, Kalimantan Post, Radar Banjarmasin, Mata Banua, Tabloid Wanyi, Dangsanak, Swadesi, Suara Karya, Sinar Harapan, Pelita, Merdeka, Berita Buana, Bali Post, Yogya Post, Minggu Pagi, Surya, Surabaya Post, Kompas, Mingguan Mutiara, majalah Hai, Nona, Nova, Senang, Ceria Remaja.

Juara Lomba Karya Tulis Kepahlawanan Kalimantan Selatan (1984), Sayembara Menulis Puisi Bahasa Banjar Himpunan Sastrawan Indonesia (HIMSI) Kalimantan Selatan (1985), Sayembara Menulis Puisi Bahasa Banjar dalam rangka Hari Jadi Kota Banjarmasin ke-462 (1988); Terbaik I Penyair UMSIS RRI Banjarmasin (1989) dan Sayembara Menulis Puisi Bahasa Banjar dalam rangka Hari Jadi Kota Banjarmasin ke-464 (1990).

Bulan Juni 1990, puisinya, Menulis Sajak Membuka Cakrawala Membaca Sejarah, salah satu dari 10 Puisi Terbaik Nonperingkat Lomba Cipta Puisi se-Indonesia yang dilaksanakan Sanggar Minum Kopi, Bali, dengan juri Syahruwardi abbas, Frans Nadjira dan Umbu Landu Paranggi. Bulan Juni 1994 puisinya menjadi nominasi dalam dua lomba cipta puisi tingkat nasional yang diadakan Majalah Trubus dan Yayasan Taraju Ekspresi Budaya, Padang, Sumatera Barat.

10 Desember 1989, atas kerja sama Busur Sastra dan Teater Balambika, Himpunan Pencinta Seni Indonesia (HIPSI) dan Taman Budaya Provinsi Kalimantan Selatan, diadakan Pembacaan dan Diskusi Puisi Y.S. Agus Suseno, pembahas Micky Hidayat dan Noor Aini Cahya Khairani, pembanding Ajamuddin Tifani. 16 Februari 1991, atas prakarsa Biro Seni Budaya Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gerakan Pemuda Islam (GPI) Kalimantan Selatan, bersama Micky Hidayat dan Ajamuddin Tifani, tampil dalam Pembacaan dan Diskusi Puisi Keprihatinan Sosial di Gedung Pemuda Banjarmasin.

Sejak 1980-an, setelah memasuki lingkungan pergaulan di Taman Budaya Provinsi Kalimantan Selatan (Banjarmasin), ia juga menjadi aktor teater (tradisi maupun modern), menulis naskah dan sutradara. Mendukung dua pergelaran teater (naskah dan sutradara Ajamuddin Tifani), Abdul Hamid Abulung (1985) dan Nyala di Selatan (1989).

Saat bergabung dengan Teater Banjarmasin (1990-1998), komunitas teater tradisi yang menggelar mamanda, japin carita, wayang gung dan babagungan, ia mengikuti kelompok itu bergelar dari provinsi ke provinsi di Indonesia, dalam tajuk Duta Seni Taman Budaya Provinsi Kalimantan Selatan, juga di Kalimantan Selatan sendiri: dari kabupaten ke kabupaten, dari kampung ke kampung, meramaikan hajatan perkawinan sampai pergelaran di pinggir jalan.

Ketika mendirikan dan menjadi ketua pertama Sanggar Lawang Banjarmasin (1994-1996), ia menulis naskah teater tradisi Banjar japin carita. Naskah itu ditulis (untuk dipentaskan) Forum Apresiasi Seni (FAS) Fakultas Hukum Unlam Banjarmasin yang ikut didirikannya (sebagai pelatih dan pembina, 1994-1998), ketika organisasi seni mahasiswa itu mengadakan Festival Musik Panting Kalimantan Selatan yang pertama (1994).

Di bidang teater, main dalam Batu Gila Batu Tatawa Teater Banjarmasin (naskah dan sutradara Bakhtiar Sanderta), satire tentang kekuasaan absolut yang dipentaskan pada Temu Taman Budaya dan Dewan Kesenian se-Indonesia di Taman Budaya Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar (1992). Mendukung pergelaran mamanda di Anjungan Kalimantan Selatan, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dalam Pekan Budaya Banjar, perhelatan yang diusung Dewan Kesenian Kalimantan Selatan (DKKS) bersama Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (1995). Di saat yang sama, usai acara di TMII, ia ke Taman Budaya Surakarta (TBS), Solo, memimpin rombongan FAS Fakultas Hukum Unlam menggelar naskah yang ditulis dan disutradarainya, Penguasa Kampung.

Bersama Tim Teater Kalimantan Selatan, bergelar dalam Festival Nasional Teater di Bandung, Jawa Barat, dalam lakon Abu Tamsil, Siluman Lok Naga (naskah dan sutradara Bakhtiar Sanderta, 1996) dan Festival Nasional Kesenian (Sastra Nusantara) di Mataram, Nusa Tenggara Barat (memvisualisasikan sastra tradisi Banjar, lamut), dalam lakon Sunduk Winata (naskah dan sutradara Bakhtiar Sanderta, 2007). Bersama Tim Kesenian Dewan Kesenian Kalimantan Selatan, menggelar japin carita dan madihin di Malaysia (2012).

Sebagai aktivis sastra, memprakarsai, memfasilitasi, mengoordinir dan terlibat dalam berbagai diskusi, seminar, workshop dan penerbitan buku sastra; sebagai narasumber, pemandu, pembicara, instruktur maupun juri; juri lomba baca puisi, juri lomba musikalisasi puisi, juri lomba baca cerpen, juri lomba cipta puisi dan mengarang cerpen (berbahasa Indonesia maupun berbahasa Banjar), juri lomba bakisah, juri festival teater .

Puisi, cerpen dan naskah dramanya terbit dalam sejumlah buku, antara lain Perjalanan (SMK, Denpasar, Bali, 1990), Sahayun (Yayasan Taraju Ekspresi Budaya, Padang, 1994), Cerita dari Hutan Bakau (Pustaka Sastra, Jakarta, 1994); Wasi (DKKS, Banjarmasin, 1999), Seribu Sungai Paris Barantai (Kotabaru, 2006), Orkestra Wayang, Antologi Cerpen dan Drama Sastrawan Kabupaten Hulu Sungai Selatan (2007). Naskah teater tradisinya, Tasaluk Atawa Tasalah Sangka, terbit dalam Kompilasi Hasil Pengolahan Seni Taman Budaya Provinsi Kalimantan Selatan (2002) dan cerpennya (juga berbahasa Banjar), Racun, terbit dalam Kompilasi Naskah Cerpen Bahasa Banjar oleh penerbit yang sama (2004). Menerima Hadiah Seni (sastra) Gubernur Kalimantan Selatan (2000).

Sebagai editor, menyunting buku kumpulan puisi, cerpen dan cerita rakyat daerah (berbahasa Indonesia maupun berbahasa Banjar), yang terbit di Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dan Kabupaten Tabalong: Di Batas Laut, Antologi Puisi Eko Suryadi WS (2005), Langkah, Antologi Puisi Andi Amrullah, Aruh Sastra Kalimantan Selatan II, Pagatan, Kabupaten Tanah Bumbu (2005), Seribu Sungai Paris Barantai, Antologi Puisi Aruh Sastra Kalimantan Selatan III, Kabupaten Kotabaru (bersama Burhanuddin Soebely dan Micky Hidayat, 2006), Mahligai Junjung Buih, Antologi Puisi dan Cerpen Sastrawan Hulu Sungai Utara, Aruh Sastra Kalimantan Selatan IV, Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara (bersama Burhanuddin Soebely dan Micky Hidayat, 2007), Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak, Cerita Rakyat Kabupaten Kotabaru (2008), Dongeng Kesetiaan, Kumpulan Cerita Pendek Ratih Ayuningrum (bersama Eko Suryadi WS, 2008), Nyanyian Tanpa Nyanyian, Kumpulan Cerita Pendek Pengarang Perempuan Kalimantan Selatan (2008), Sebatung Melukis dalam Kaca, Antologi Puisi M. Sulaiman Najam (2009), Badai Gurun dalam Darah, Antologi Puisi Ibramsyah Amandit (2009), Menyampir Bumi Leluhur, Bunga Rampai Puisi Aruh Sastra Kalimantan Selatan VII, Tanjung, Kabupaten Tabalong (2010), Manyanggar Banua, Bunga Rampai Puisi dan Cerpen Bahasa Banjar Pemenang Aruh Sastra Kalimantan Selatan VII, Tanjung, Kabupaten Tabalong (2010), Datu Kandangan wan Datu Kartamina, Kisah Rakyat Kabupaten Hulu Sungai Selatan Basa Banjar (2010), Sastra Indonesia Modern di Kalimantan Selatan Sebelum Perang (1938-1945) [2011], Seloka Bisu Batu Benawa, Bunga Rampai Puisi Aruh Sastra Kalimantan Selatan VIII, Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (2011), dan Hikayat Tanjung Puri dan Tangisan Putri Galuh Sewangi, Cerita Rakyat Kabupaten Tabalong (2012).

Editor bahasa Jurnal Kebudayaan "Kandil" (Banjarmasin), tukang alihbahasa "Habar Banua", berita bahasa Banjar TVRI Kalimantan Selatan, Banjarmasin, tayang setiap Minggu, Pukul 17.00 Wita. (*)