Lompat ke isi

Pengguna:Willyshayudana

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Willy shayudana[sunting | sunting sumber]

Penyair

Puisi-puisi pembentukan[sunting | sunting sumber]

Di bawah bulan[sunting | sunting sumber]

Malam yang bertanya mengapa kesepian berada kembali

Di langit yang merah, bulan yang merah

Kau memberai suatu dunia!

Pernah dulu kita di buru, dan bibir beradu ke arah surga

Pecah terbenah di bawah kaki sepasang gagak

Berteriak di kelopak mata bulan yang memerah

Dan sedikit hitam mengalir air mata itu,

Rasa cemas luas pandang segala arah.

Bagaimana bisa ?

Kau sungguh menggila untuk bercium

Gigitan merasai luka, dan terasai

Sungguh pun lebar kepuasan. o, kekasih

Apalah bulan memandang tajam

Hai! manusia ku menyinari Cinta dan bayang-bayang

Hai! Manusia ku menyinari cinta dan bayang-bayang

O, kekasih sekali hari itu mengulang lagi

Lagi kepada kisah yang baru, mata-mata

AKu dan kau. Begitu erat di malam yang sepi

Bayang-bayang sendiri akan meminta suatu kini

Jika hanya malam mengarungi kisah yang baru

Ku terbuka segala pintu, segala yang dulu pernah membentuk. Akulah yang tak pernah membagi,

Diantara kisah yang melupa dan mati di bulan sepi


Medan, Juni 2021

Willy shayudana



Pengakuan[sunting | sunting sumber]

Jika waktu memutar keadaan ketika memulang kembali

Ku ingin hubungan yang memisah antara kelam,

Dan Merta kisah yang merajut membelam

Penuh yang salah dan tersalahkan, mempercaya di

Penghujung. Dan cinta adalah bahaya kepasrahan.


Ada yang ingin ku buka, di hadapan kau!

Ini mulut melucut kabut membuka suara

Hai cintaku, alasan di pangkalan Sukma telah lusuh

Meriak sih anak miskin memicing duka


Hidup membeda suatu merintang

Ku ambil peduli, dan kau jauh tak mempeduli?

Pintu yang membuka telah siap jauh menyelam langit

Jauh mengabur pergi mepermaut luka sendiri

Dan kau tak mau tau-

Malam di antara pohonan manis,

Ku bertanya;

adakah sedikit rasa yang jatuh terbasah bujuk rayuan?”

Jalur menempuh terletak ranjau yang rumit

Cukup! Ku ingin merdeka, juga dengan Nesda

Mesti ajal memisah-ku kan' berada sunyi

Ria di jalur dunia yang kau bentuk dan selamat jalan.


12, Juni 2021

Willy shayudana


Bungaku yang gugur[sunting | sunting sumber]

Dialah, bungaku (T.P.sari) mereka ria sebagai kekasih

Memeluk pelangi dan menari-menari gelisah

Nanap menatap lama tubuhnya bersinar rembulan malam

Di rumah pandang tajam cinta kita bagikan berdua


Waktu malam yang kelam

Hujan membasahi kulit, berwangi doa

Agar cepat. Bibir beradu ke angkasa, ke langit

Yang berbunga. Kita meminta sekali lagi

Adakah mesra menanti ajal

Ketika semua selesai secara murni,

Dan keindahan yang ku tanam-

Ku tanam, menabur segala tiba

paksa dunia dengan kegagalan”

Tidak! Di lorong yang gelap bungaku

Tetap tumbuh. Musti keadaan ku tagih

Deras membelam. Bisa katakan!

Dia yang jauh kini, tiup nyawa

Tiup jiwa, bagaimana putus benang ibuku?


Masa rendah kekalahan itu,

Raba dada kita kan sampai

Menemui luka. Bungaku berjarak mati

Terbang kering berguguran


Juni, 2021

Willy shayudana


Penentuan[sunting | sunting sumber]

Tinggal kesepian yang menerjang rumah ini

Ini ruang penuh harap, penuh cinta?

Berapa waktu harus di nanti

Tiap jalan menghantam nyawa,

Hidup tak mengenal siapa kau!

Siapa yang mengada kemurnian jiwa?

Bahkan sedikit laju terhenti

Menghidupkan yang tak pasti,

Sedikit malam mempersiangku

Sedikit pula kita berbicara

Geming dunia, yang terbakar lagi

Sudah!

Hembus tubuh tak peduli,

Sekilap pandangan serupa meliat rendah

Keras membatu itu muka?

Menyerah enggan di sapa,

Dan aku-

Dalam Hitam mendera sunyi.


Juni, 2021

Willy shayudana


Sia-sia menerima[sunting | sunting sumber]

Tidak perempuan! Yang hidup dalam diri

Masih bergelincing lincah ganas memeluk gelap,

Kau keras tajam memaling mata, memicing dunia!

Lagu-lagu tipuan meninggi, tanpa makna di mengerti


Langit-langit di daerah perkotaan tidak mengajarkan

Apa-apa padaku! Bahkan segala cinta minta tak ria

Orna sunyi germelap keputusan-keputusan

Orna sepi pada perempuan yang penuh permata

Segala telah tiba

Datang menyambut

Sia-sia menerima

Badan menyelam dingin

Mata-mata yang kosong perih

Darah membiru asin

Pahit!

Pahit!

Mengaum di udara

Mati

Duka

Hati

Terluka


29, Mei 2021

Willy shayudana


Yang kini tidak berumah[sunting | sunting sumber]

Tak sempat ria terpancar di muka

Ada sedikit waktu?

Mari isi sepi yang kering

Hitam di sekujur tubuh

Tapi!

Aku tak ikut pada alasan

-dendam

Api membara di kepala!

-tak terjaga

Kehilangan tempat menyendiri,

Anak-anak bercita-cita;

“kebebasan bukanlah kekuasaan”

Tak terima segala bentuk permata

Tenaga mencurah mengalah

Kenali burung-burung di persinggahan

Berenang tak tau arah!

Kehilangan rumah sendiri

Menjadi gugur tak menama


Mei, 2021

Willy shayudana


Buat pelukis alfitac[sunting | sunting sumber]

Antara

Malam menderu, ini mulut kelu membeku

Hujan menyinari muram

-terasa dingin

Air tajam kering, di mata berdoa

Dia yang datang sendiri Berlari-lari

Jauh bangunkan cinta?

Itu muka!

Penuh warna. Di atas langit bertahta!

Beri nafas, sekali ruang ku kenali

Maka ku kan' mengabur

Dan Cintaku, kita terapit

-kau terlahir Gana

Dan aku mengecil diri

Di daerah kosong! Mimpi mentanduskan

Mari kita lepas, lepas segalanya

Sekarang!

Biarku terbang jauh serupa gipsy

Hari ketemu, hari mendarat

Cengkaman mata, ketemu batas!

Mengenal tiba, kan' mati tak bergerak.


Mei, 2021

Willy shayudana


Cintaku jauh di luas samudera[sunting | sunting sumber]

Gadis manis, cintaku berada jauh di luas samudera

Tak mengira tujuh tahun sudah!

Masih sama, api yang mengobar di jiwa

Memancar malam, memancar tubuh

Perasaan kusut terlucut debu

Kentara tak sampai tuk bercium

Suara sengau laut

Di bawah bulan sepi

Ada suatu buat cintaku

Segala adalah kepuasan birahi

Sendiri! Telah ku bawak luka ini!

Bertahun-tahun bersama 'kan merapuh!

Mengapa cepat benar kau berlabuh

Sebelum cinta kita benahi kembali?

Gadis manisku, jauh di luas samudera

Kalau ku terluka mengembara, kau bahagia menyendiri

25, Mei 2021

Willy shayudana














Willy shayudana[sunting | sunting sumber]

Penyair

Puisi-puisi pembentukan[sunting | sunting sumber]

Pengakuan[sunting | sunting sumber]

Jika waktu memutar keadaan ketika memulang kembali

Ku ingin hubungan yang memisah antara kelam,

Dan Merta kisah yang merajut membelam

Penuh yang salah dan tersalahkan, mempercaya di

Penghujung. Dan cinta adalah bahaya kepasrahan.

Ada yang ingin ku buka, di hadapan kau!

Ini mulut melucut kabut membuka suara

Hai cintaku, alasan di pangkalan Sukma telah lusuh

Meriak sih anak miskin memicing duka

Hidup membeda suatu merintang

Ku ambil peduli, dan kau jauh tak mempeduli?

Pintu yang membuka telah siap jauh menyelam langit

Jauh mengabur pergi mepermaut luka sendiri

Dan kau tak mau tau-

Malam di antara pohonan manis,

Ku bertanya;

adakah sedikit rasa yang jatuh terbasah bujuk rayuan?”

Jalur menempuh terletak ranjau yang rumit

Cukup! Ku ingin merdeka, juga dengan Nesda

Mesti ajal memisah-ku kan' berada sunyi

Ria di jalur dunia yang kau bentuk dan selamat jalan.

12, Juni 2021

Willy shayudana

Bungaku yang gugur[sunting | sunting sumber]

Dialah, bungaku (T.P.sari) mereka ria sebagai kekasih

Memeluk pelangi dan menari-menari gelisah

Nanap menatap lama tubuhnya bersinar rembulan malam

Di rumah pandang tajam cinta kita bagikan berdua

Waktu malam yang kelam

Hujan membasahi kulit, berwangi doa

Agar cepat. Bibir beradu ke angkasa, ke langit

Yang berbunga. Kita meminta sekali lagi

Adakah mesra menanti ajal

Ketika semua selesai secara murni,

Dan keindahan yang ku tanam-

Ku tanam, menabur segala tiba

paksa dunia dengan kegagalan”

Tidak! Di lorong yang gelap bungaku

Tetap tumbuh. Musti keadaan ku tagih

Deras membelam. Bisa katakan!

Dia yang jauh kini, tiup nyawa

Tiup jiwa, bagaimana putus benang ibuku?

Masa rendah kekalahan itu,

Raba dada kita kan sampai

Menemui luka. Bungaku berjarak mati

Terbang kering berguguran

Juni, 2021

Willy shayudana

Penentuan[sunting | sunting sumber]

Tinggal kesepian yang menerjang rumah ini

Ini ruang penuh harap, penuh cinta?

Berapa waktu harus di nanti

Tiap jalan menghantam nyawa,

Hidup tak mengenal siapa kau!

Siapa yang mengada kemurnian jiwa?

Bahkan sedikit laju terhenti

Menghidupkan yang tak pasti,

Sedikit malam mempersiangku

Sedikit pula kita berbicara

Geming dunia, yang terbakar lagi

Sudah!

Hembus tubuh tak peduli,

Sekilap pandangan serupa meliat rendah

Keras membatu itu muka?

Menyerah enggan di sapa,

Dan aku-

Dalam Hitam mendera sunyi.

Juni, 2021

Willy shayudana

Sia-sia menerima[sunting | sunting sumber]

Tidak perempuan! Yang hidup dalam diri

Masih bergelincing lincah ganas memeluk gelap,

Kau keras tajam memaling mata, memicing dunia!

Lagu-lagu tipuan meninggi, tanpa makna di mengerti

Langit-langit di daerah perkotaan tidak mengajarkan

Apa-apa padaku! Bahkan segala cinta minta tak ria

Orna sunyi germelap keputusan-keputusan

Orna sepi pada perempuan yang penuh permata

Segala telah tiba

Datang menyambut

Sia-sia menerima

Badan menyelam dingin

Mata-mata yang kosong perih

Darah membiru asin

Pahit!

Pahit!

Mengaum di udara

Mati

Duka

Hati

Terluka

29, Mei 2021

Willy shayudana

Yang kini tidak berumah[sunting | sunting sumber]

Tak sempat ria terpancar di muka

Ada sedikit waktu?

Mari isi sepi yang kering

Hitam di sekujur tubuh

Tapi!

Aku tak ikut pada alasan

-dendam

Api membara di kepala!

-tak terjaga

Kehilangan tempat menyendiri,

Anak-anak bercita-cita;

“kebebasan bukanlah kekuasaan”

Tak terima segala bentuk permata

Tenaga mencurah mengalah

Kenali burung-burung di persinggahan

Berenang tak tau arah!

Kehilangan rumah sendiri

Menjadi gugur tak menama

Mei, 2021

Willy shayudana

Buat pelukis alfitac[sunting | sunting sumber]

Antara

Malam menderu, ini mulut kelu membeku

Hujan menyinari muram

-terasa dingin

Air tajam kering, di mata berdoa

Dia yang datang sendiri Berlari-lari

Jauh bangunkan cinta?

Itu muka!

Penuh warna. Di atas langit bertahta!

Beri nafas, sekali ruang ku kenali

Maka ku kan' mengabur

Dan Cintaku, kita terapit

-kau terlahir Gana

Dan aku mengecil diri

Di daerah kosong! Mimpi mentanduskan

Mari kita lepas, lepas segalanya

Sekarang!

Biarku terbang jauh serupa gipsy

Hari ketemu, hari mendarat

Cengkaman mata, ketemu batas!

Mengenal tiba, kan' mati tak bergerak.

Mei, 2021

Willy shayudana

Cintaku jauh di luas samudera[sunting | sunting sumber]

Gadis manis, cintaku berada jauh di luas samudera

Tak mengira tujuh tahun sudah!

Masih sama, api yang mengobar di jiwa

Memancar malam, memancar tubuh

Perasaan kusut terlucut debu

Kentara tak sampai tuk bercium

Suara sengau laut

Di bawah bulan sepi

Ada suatu buat cintaku

Segala adalah kepuasan birahi

Sendiri! Telah ku bawak luka ini!

Bertahun-tahun bersama 'kan merapuh!

Mengapa cepat benar kau berlabuh

Sebelum cinta kita benahi kembali?

Gadis manisku, jauh di luas samudera

Kalau ku terluka mengembara, kau bahagia menyendiri

25, Mei 2021

Willy shayudana


Tak mengira tujuh tahun sudah!

Masih sama, api yang mengobar di jiwa

Memancar malam, memancar tubuh

Perasaan kusut terlucut debu

Kentara tak sampai tuk bercium

Suara sengau laut

Di bawah bulan sepi

Ada suatu buat cintaku

Segala adalah kepuasan birahi

Sendiri! Telah ku bawak luka ini

Bertahun-tahun bersama 'kan merapuh

Mengapa cepat benar kau berlabuh

Sebelum cinta kita benahi kembali

Gadis manisku, jauh di luas samudera

Kalau ku terluka mengembara, kau bahagia menyendiri


25, Mei 2021

Willy shayudana

Menulislah dalam keabadianwilly shayudana adalah penyair asal Deli Serdang, Sumatra utara.[sunting | sunting sumber]

Ku ingin hubungan yang memisah antara kelam,

Dan Merta kisah yang merajut membelam

Penuh yang salah dan tersalahkan, mempercaya di

Penghujung. Dan cinta adalah bahaya kepasrahan.

Ada yang ingin ku buka, di hadapan kau!

Ini mulut melucut kabut membuka suara

Hai cintaku, alasan di pangkalan Sukma telah lusuh

Meriak sih anak miskin memicing duka

Hidup membeda suatu merintang

Ku ambil peduli, dan kau jauh tak mempeduli?

Pintu yang membuka telah siap jauh menyelam langit

Jauh mengabur pergi mepermaut luka sendiri

Dan kau tak mau tau-

Malam di antara pohonan manis,

Ku bertanya;

adakah sedikit rasa yang jatuh terbasah bujuk rayuan?”

Jalur menempuh terletak ranjau yang rumit

Cukup! Ku ingin merdeka, juga dengan Nesda

Mesti ajal memisah-ku kan' berada sunyi

Ria di jalur dunia yang kau bentuk dan selamat jalan.

12, Juni 2021

Willy shayudana

Bungaku yang gugur[sunting | sunting sumber]

Dialah, bungaku (T.P.sari) mereka ria sebagai kekasih

Memeluk pelangi dan menari-menari gelisah

Nanap menatap lama tubuhnya bersinar rembulan malam

Di rumah pandang tajam cinta kita bagikan berdua

Waktu malam yang kelam

Hujan membasahi kulit, berwangi doa

Agar cepat. Bibir beradu ke angkasa, ke langit

Yang berbunga. Kita meminta sekali lagi

Adakah mesra menanti ajal

Ketika semua selesai secara murni,

Dan keindahan yang ku tanam-

Ku tanam, menabur segala tiba

paksa dunia dengan kegagalan”

Tidak! Di lorong yang gelap bungaku

Tetap tumbuh. Musti keadaan ku tagih

Deras membelam. Bisa katakan!

Dia yang jauh kini, tiup nyawa

Tiup jiwa, bagaimana putus benang ibuku?

Masa rendah kekalahan itu,

Raba dada kita kan sampai

Menemui luka. Bungaku berjarak mati

Terbang kering berguguran

Juni, 2021

Willy shayudana

Penentuan[sunting | sunting sumber]

Tinggal kesepian yang menerjang rumah ini

Ini ruang penuh harap, penuh cinta?

Berapa waktu harus di nanti

Tiap jalan menghantam nyawa,

Hidup tak mengenal siapa kau!

Siapa yang mengada kemurnian jiwa?

Bahkan sedikit laju terhenti

Menghidupkan yang tak pasti,

Sedikit malam mempersiangku

Sedikit pula kita berbicara

Geming dunia, yang terbakar lagi

Sudah!

Hembus tubuh tak peduli,

Sekilap pandangan serupa meliat rendah

Keras membatu itu muka?

Menyerah enggan di sapa,

Dan aku-

Dalam Hitam mendera sunyi.

Juni, 2021

Willy shayudana

Sia-sia menerima[sunting | sunting sumber]

Tidak perempuan! Yang hidup dalam diri

Masih bergelincing lincah ganas memeluk gelap,

Kau keras tajam memaling mata, memicing dunia!

Lagu-lagu tipuan meninggi, tanpa makna di mengerti

Langit-langit di daerah perkotaan tidak mengajarkan

Apa-apa padaku! Bahkan segala cinta minta tak ria

Orna sunyi germelap keputusan-keputusan

Orna sepi pada perempuan yang penuh permata

Segala telah tiba

Datang menyambut

Sia-sia menerima

Badan menyelam dingin

Mata-mata yang kosong perih

Darah membiru asin

Pahit!

Pahit!

Mengaum di udara

Mati

Duka

Hati

Terluka

29, Mei 2021

Willy shayudana

Yang kini tidak berumah[sunting | sunting sumber]

Tak sempat ria terpancar di muka

Ada sedikit waktu?

Mari isi sepi yang kering

Hitam di sekujur tubuh

Tapi!

Aku tak ikut pada alasan

-dendam

Api membara di kepala!

-tak terjaga

Kehilangan tempat menyendiri,

Anak-anak bercita-cita;

“kebebasan bukanlah kekuasaan”

Tak terima segala bentuk permata

Tenaga mencurah mengalah

Kenali burung-burung di persinggahan

Berenang tak tau arah!

Kehilangan rumah sendiri

Menjadi gugur tak menama

Mei, 2021

Willy shayudana

Buat pelukis alfitac[sunting | sunting sumber]

Antara

Malam menderu, ini mulut kelu membeku

Hujan menyinari muram

-terasa dingin

Air tajam kering, di mata berdoa

Dia yang datang sendiri Berlari-lari

Jauh bangunkan cinta?

Itu muka!

Penuh warna. Di atas langit bertahta!

Beri nafas, sekali ruang ku kenali

Maka ku kan' mengabur

Dan Cintaku, kita terapit

-kau terlahir Gana

Dan aku mengecil diri

Di daerah kosong! Mimpi mentanduskan

Mari kita lepas, lepas segalanya

Sekarang!

Biarku terbang jauh serupa gipsy

Hari ketemu, hari mendarat

Cengkaman mata, ketemu batas!

Mengenal tiba, kan' mati tak bergerak.

Mei, 2021

Willy shayudana

Cintaku jauh di luas samudera[sunting | sunting sumber]

Gadis manis, cintaku berada jauh di luas samudera

Tak mengira tujuh tahun sudah!

Masih sama, api yang mengobar di jiwa

Memancar malam, memancar tubuh

Perasaan kusut terlucut debu

Kentara tak sampai tuk bercium

Suara sengau laut

Di bawah bulan sepi

Ada suatu buat cintaku

Segala adalah kepuasan birahi

Sendiri! Telah ku bawak luka ini!

Bertahun-tahun bers