Pengguna:Willyshayudana
Willy shayudana[sunting | sunting sumber]
Penyair
Puisi-puisi pembentukan[sunting | sunting sumber]
Di bawah bulan[sunting | sunting sumber]
Malam yang bertanya mengapa kesepian berada kembali
Di langit yang merah, bulan yang merah
Kau memberai suatu dunia!
Pernah dulu kita di buru, dan bibir beradu ke arah surga
Pecah terbenah di bawah kaki sepasang gagak
Berteriak di kelopak mata bulan yang memerah
Dan sedikit hitam mengalir air mata itu,
Rasa cemas luas pandang segala arah.
Bagaimana bisa ?
Kau sungguh menggila untuk bercium
Gigitan merasai luka, dan terasai
Sungguh pun lebar kepuasan. o, kekasih
Apalah bulan memandang tajam
Hai! manusia ku menyinari Cinta dan bayang-bayang
Hai! Manusia ku menyinari cinta dan bayang-bayang
O, kekasih sekali hari itu mengulang lagi
Lagi kepada kisah yang baru, mata-mata
AKu dan kau. Begitu erat di malam yang sepi
Bayang-bayang sendiri akan meminta suatu kini
Jika hanya malam mengarungi kisah yang baru
Ku terbuka segala pintu, segala yang dulu pernah membentuk. Akulah yang tak pernah membagi,
Diantara kisah yang melupa dan mati di bulan sepi
Medan, Juni 2021
Willy shayudana
Pengakuan[sunting | sunting sumber]
Jika waktu memutar keadaan ketika memulang kembali
Ku ingin hubungan yang memisah antara kelam,
Dan Merta kisah yang merajut membelam
Penuh yang salah dan tersalahkan, mempercaya di
Penghujung. Dan cinta adalah bahaya kepasrahan.
Ada yang ingin ku buka, di hadapan kau!
Ini mulut melucut kabut membuka suara
Hai cintaku, alasan di pangkalan Sukma telah lusuh
Meriak sih anak miskin memicing duka
Hidup membeda suatu merintang
Ku ambil peduli, dan kau jauh tak mempeduli?
Pintu yang membuka telah siap jauh menyelam langit
Jauh mengabur pergi mepermaut luka sendiri
Dan kau tak mau tau-
Malam di antara pohonan manis,
Ku bertanya;
“adakah sedikit rasa yang jatuh terbasah bujuk rayuan?”
Jalur menempuh terletak ranjau yang rumit
Cukup! Ku ingin merdeka, juga dengan Nesda
Mesti ajal memisah-ku kan' berada sunyi
Ria di jalur dunia yang kau bentuk dan selamat jalan.
12, Juni 2021
Willy shayudana
Bungaku yang gugur[sunting | sunting sumber]
Dialah, bungaku (T.P.sari) mereka ria sebagai kekasih
Memeluk pelangi dan menari-menari gelisah
Nanap menatap lama tubuhnya bersinar rembulan malam
Di rumah pandang tajam cinta kita bagikan berdua
Waktu malam yang kelam
Hujan membasahi kulit, berwangi doa
Agar cepat. Bibir beradu ke angkasa, ke langit
Yang berbunga. Kita meminta sekali lagi
Adakah mesra menanti ajal
Ketika semua selesai secara murni,
Dan keindahan yang ku tanam-
Ku tanam, menabur segala tiba
“paksa dunia dengan kegagalan”
Tidak! Di lorong yang gelap bungaku
Tetap tumbuh. Musti keadaan ku tagih
Deras membelam. Bisa katakan!
Dia yang jauh kini, tiup nyawa
Tiup jiwa, bagaimana putus benang ibuku?
Masa rendah kekalahan itu,
Raba dada kita kan sampai
Menemui luka. Bungaku berjarak mati
Terbang kering berguguran
Juni, 2021
Willy shayudana
Penentuan[sunting | sunting sumber]
Tinggal kesepian yang menerjang rumah ini
Ini ruang penuh harap, penuh cinta?
Berapa waktu harus di nanti
Tiap jalan menghantam nyawa,
Hidup tak mengenal siapa kau!
Siapa yang mengada kemurnian jiwa?
Bahkan sedikit laju terhenti
Menghidupkan yang tak pasti,
Sedikit malam mempersiangku
Sedikit pula kita berbicara
Geming dunia, yang terbakar lagi
Sudah!
Hembus tubuh tak peduli,
Sekilap pandangan serupa meliat rendah
Keras membatu itu muka?
Menyerah enggan di sapa,
Dan aku-
Dalam Hitam mendera sunyi.
Juni, 2021
Willy shayudana
Sia-sia menerima[sunting | sunting sumber]
Tidak perempuan! Yang hidup dalam diri
Masih bergelincing lincah ganas memeluk gelap,
Kau keras tajam memaling mata, memicing dunia!
Lagu-lagu tipuan meninggi, tanpa makna di mengerti
Langit-langit di daerah perkotaan tidak mengajarkan
Apa-apa padaku! Bahkan segala cinta minta tak ria
Orna sunyi germelap keputusan-keputusan
Orna sepi pada perempuan yang penuh permata
Segala telah tiba
Datang menyambut
Sia-sia menerima
Badan menyelam dingin
Mata-mata yang kosong perih
Darah membiru asin
Pahit!
Pahit!
Mengaum di udara
Mati
Duka
Hati
Terluka
29, Mei 2021
Willy shayudana
Yang kini tidak berumah[sunting | sunting sumber]
Tak sempat ria terpancar di muka
Ada sedikit waktu?
Mari isi sepi yang kering
Hitam di sekujur tubuh
Tapi!
Aku tak ikut pada alasan
-dendam
Api membara di kepala!
-tak terjaga
Kehilangan tempat menyendiri,
Anak-anak bercita-cita;
“kebebasan bukanlah kekuasaan”
Tak terima segala bentuk permata
Tenaga mencurah mengalah
Kenali burung-burung di persinggahan
Berenang tak tau arah!
Kehilangan rumah sendiri
Menjadi gugur tak menama
Mei, 2021
Willy shayudana
Buat pelukis alfitac[sunting | sunting sumber]
Antara
Malam menderu, ini mulut kelu membeku
Hujan menyinari muram
-terasa dingin
Air tajam kering, di mata berdoa
Dia yang datang sendiri Berlari-lari
Jauh bangunkan cinta?
Itu muka!
Penuh warna. Di atas langit bertahta!
Beri nafas, sekali ruang ku kenali
Maka ku kan' mengabur
Dan Cintaku, kita terapit
-kau terlahir Gana
Dan aku mengecil diri
Di daerah kosong! Mimpi mentanduskan
Mari kita lepas, lepas segalanya
Sekarang!
Biarku terbang jauh serupa gipsy
Hari ketemu, hari mendarat
Cengkaman mata, ketemu batas!
Mengenal tiba, kan' mati tak bergerak.
Mei, 2021
Willy shayudana
Cintaku jauh di luas samudera[sunting | sunting sumber]
Gadis manis, cintaku berada jauh di luas samudera
Tak mengira tujuh tahun sudah!
Masih sama, api yang mengobar di jiwa
Memancar malam, memancar tubuh
Perasaan kusut terlucut debu
Kentara tak sampai tuk bercium
Suara sengau laut
Di bawah bulan sepi
Ada suatu buat cintaku
Segala adalah kepuasan birahi
Sendiri! Telah ku bawak luka ini!
Bertahun-tahun bersama 'kan merapuh!
Mengapa cepat benar kau berlabuh
Sebelum cinta kita benahi kembali?
Gadis manisku, jauh di luas samudera
Kalau ku terluka mengembara, kau bahagia menyendiri
25, Mei 2021
Willy shayudana
Willy shayudana[sunting | sunting sumber]
Penyair
Puisi-puisi pembentukan[sunting | sunting sumber]
Pengakuan[sunting | sunting sumber]
Jika waktu memutar keadaan ketika memulang kembali
Ku ingin hubungan yang memisah antara kelam,
Dan Merta kisah yang merajut membelam
Penuh yang salah dan tersalahkan, mempercaya di
Penghujung. Dan cinta adalah bahaya kepasrahan.
Ada yang ingin ku buka, di hadapan kau!
Ini mulut melucut kabut membuka suara
Hai cintaku, alasan di pangkalan Sukma telah lusuh
Meriak sih anak miskin memicing duka
Hidup membeda suatu merintang
Ku ambil peduli, dan kau jauh tak mempeduli?
Pintu yang membuka telah siap jauh menyelam langit
Jauh mengabur pergi mepermaut luka sendiri
Dan kau tak mau tau-
Malam di antara pohonan manis,
Ku bertanya;
“adakah sedikit rasa yang jatuh terbasah bujuk rayuan?”
Jalur menempuh terletak ranjau yang rumit
Cukup! Ku ingin merdeka, juga dengan Nesda
Mesti ajal memisah-ku kan' berada sunyi
Ria di jalur dunia yang kau bentuk dan selamat jalan.
12, Juni 2021
Willy shayudana
Bungaku yang gugur[sunting | sunting sumber]
Dialah, bungaku (T.P.sari) mereka ria sebagai kekasih
Memeluk pelangi dan menari-menari gelisah
Nanap menatap lama tubuhnya bersinar rembulan malam
Di rumah pandang tajam cinta kita bagikan berdua
Waktu malam yang kelam
Hujan membasahi kulit, berwangi doa
Agar cepat. Bibir beradu ke angkasa, ke langit
Yang berbunga. Kita meminta sekali lagi
Adakah mesra menanti ajal
Ketika semua selesai secara murni,
Dan keindahan yang ku tanam-
Ku tanam, menabur segala tiba
“paksa dunia dengan kegagalan”
Tidak! Di lorong yang gelap bungaku
Tetap tumbuh. Musti keadaan ku tagih
Deras membelam. Bisa katakan!
Dia yang jauh kini, tiup nyawa
Tiup jiwa, bagaimana putus benang ibuku?
Masa rendah kekalahan itu,
Raba dada kita kan sampai
Menemui luka. Bungaku berjarak mati
Terbang kering berguguran
Juni, 2021
Willy shayudana
Penentuan[sunting | sunting sumber]
Tinggal kesepian yang menerjang rumah ini
Ini ruang penuh harap, penuh cinta?
Berapa waktu harus di nanti
Tiap jalan menghantam nyawa,
Hidup tak mengenal siapa kau!
Siapa yang mengada kemurnian jiwa?
Bahkan sedikit laju terhenti
Menghidupkan yang tak pasti,
Sedikit malam mempersiangku
Sedikit pula kita berbicara
Geming dunia, yang terbakar lagi
Sudah!
Hembus tubuh tak peduli,
Sekilap pandangan serupa meliat rendah
Keras membatu itu muka?
Menyerah enggan di sapa,
Dan aku-
Dalam Hitam mendera sunyi.
Juni, 2021
Willy shayudana
Sia-sia menerima[sunting | sunting sumber]
Tidak perempuan! Yang hidup dalam diri
Masih bergelincing lincah ganas memeluk gelap,
Kau keras tajam memaling mata, memicing dunia!
Lagu-lagu tipuan meninggi, tanpa makna di mengerti
Langit-langit di daerah perkotaan tidak mengajarkan
Apa-apa padaku! Bahkan segala cinta minta tak ria
Orna sunyi germelap keputusan-keputusan
Orna sepi pada perempuan yang penuh permata
Segala telah tiba
Datang menyambut
Sia-sia menerima
Badan menyelam dingin
Mata-mata yang kosong perih
Darah membiru asin
Pahit!
Pahit!
Mengaum di udara
Mati
Duka
Hati
Terluka
29, Mei 2021
Willy shayudana
Yang kini tidak berumah[sunting | sunting sumber]
Tak sempat ria terpancar di muka
Ada sedikit waktu?
Mari isi sepi yang kering
Hitam di sekujur tubuh
Tapi!
Aku tak ikut pada alasan
-dendam
Api membara di kepala!
-tak terjaga
Kehilangan tempat menyendiri,
Anak-anak bercita-cita;
“kebebasan bukanlah kekuasaan”
Tak terima segala bentuk permata
Tenaga mencurah mengalah
Kenali burung-burung di persinggahan
Berenang tak tau arah!
Kehilangan rumah sendiri
Menjadi gugur tak menama
Mei, 2021
Willy shayudana
Buat pelukis alfitac[sunting | sunting sumber]
Antara
Malam menderu, ini mulut kelu membeku
Hujan menyinari muram
-terasa dingin
Air tajam kering, di mata berdoa
Dia yang datang sendiri Berlari-lari
Jauh bangunkan cinta?
Itu muka!
Penuh warna. Di atas langit bertahta!
Beri nafas, sekali ruang ku kenali
Maka ku kan' mengabur
Dan Cintaku, kita terapit
-kau terlahir Gana
Dan aku mengecil diri
Di daerah kosong! Mimpi mentanduskan
Mari kita lepas, lepas segalanya
Sekarang!
Biarku terbang jauh serupa gipsy
Hari ketemu, hari mendarat
Cengkaman mata, ketemu batas!
Mengenal tiba, kan' mati tak bergerak.
Mei, 2021
Willy shayudana
Cintaku jauh di luas samudera[sunting | sunting sumber]
Gadis manis, cintaku berada jauh di luas samudera
Tak mengira tujuh tahun sudah!
Masih sama, api yang mengobar di jiwa
Memancar malam, memancar tubuh
Perasaan kusut terlucut debu
Kentara tak sampai tuk bercium
Suara sengau laut
Di bawah bulan sepi
Ada suatu buat cintaku
Segala adalah kepuasan birahi
Sendiri! Telah ku bawak luka ini!
Bertahun-tahun bersama 'kan merapuh!
Mengapa cepat benar kau berlabuh
Sebelum cinta kita benahi kembali?
Gadis manisku, jauh di luas samudera
Kalau ku terluka mengembara, kau bahagia menyendiri
25, Mei 2021
Willy shayudana
Tak mengira tujuh tahun sudah!
Masih sama, api yang mengobar di jiwa
Memancar malam, memancar tubuh
Perasaan kusut terlucut debu
Kentara tak sampai tuk bercium
Suara sengau laut
Di bawah bulan sepi
Ada suatu buat cintaku
Segala adalah kepuasan birahi
Sendiri! Telah ku bawak luka ini
Bertahun-tahun bersama 'kan merapuh
Mengapa cepat benar kau berlabuh
Sebelum cinta kita benahi kembali
Gadis manisku, jauh di luas samudera
Kalau ku terluka mengembara, kau bahagia menyendiri
25, Mei 2021
Willy shayudana
Menulislah dalam keabadianwilly shayudana adalah penyair asal Deli Serdang, Sumatra utara.[sunting | sunting sumber]
Ku ingin hubungan yang memisah antara kelam,
Dan Merta kisah yang merajut membelam
Penuh yang salah dan tersalahkan, mempercaya di
Penghujung. Dan cinta adalah bahaya kepasrahan.
Ada yang ingin ku buka, di hadapan kau!
Ini mulut melucut kabut membuka suara
Hai cintaku, alasan di pangkalan Sukma telah lusuh
Meriak sih anak miskin memicing duka
Hidup membeda suatu merintang
Ku ambil peduli, dan kau jauh tak mempeduli?
Pintu yang membuka telah siap jauh menyelam langit
Jauh mengabur pergi mepermaut luka sendiri
Dan kau tak mau tau-
Malam di antara pohonan manis,
Ku bertanya;
“adakah sedikit rasa yang jatuh terbasah bujuk rayuan?”
Jalur menempuh terletak ranjau yang rumit
Cukup! Ku ingin merdeka, juga dengan Nesda
Mesti ajal memisah-ku kan' berada sunyi
Ria di jalur dunia yang kau bentuk dan selamat jalan.
12, Juni 2021
Willy shayudana
Bungaku yang gugur[sunting | sunting sumber]
Dialah, bungaku (T.P.sari) mereka ria sebagai kekasih
Memeluk pelangi dan menari-menari gelisah
Nanap menatap lama tubuhnya bersinar rembulan malam
Di rumah pandang tajam cinta kita bagikan berdua
Waktu malam yang kelam
Hujan membasahi kulit, berwangi doa
Agar cepat. Bibir beradu ke angkasa, ke langit
Yang berbunga. Kita meminta sekali lagi
Adakah mesra menanti ajal
Ketika semua selesai secara murni,
Dan keindahan yang ku tanam-
Ku tanam, menabur segala tiba
“paksa dunia dengan kegagalan”
Tidak! Di lorong yang gelap bungaku
Tetap tumbuh. Musti keadaan ku tagih
Deras membelam. Bisa katakan!
Dia yang jauh kini, tiup nyawa
Tiup jiwa, bagaimana putus benang ibuku?
Masa rendah kekalahan itu,
Raba dada kita kan sampai
Menemui luka. Bungaku berjarak mati
Terbang kering berguguran
Juni, 2021
Willy shayudana
Penentuan[sunting | sunting sumber]
Tinggal kesepian yang menerjang rumah ini
Ini ruang penuh harap, penuh cinta?
Berapa waktu harus di nanti
Tiap jalan menghantam nyawa,
Hidup tak mengenal siapa kau!
Siapa yang mengada kemurnian jiwa?
Bahkan sedikit laju terhenti
Menghidupkan yang tak pasti,
Sedikit malam mempersiangku
Sedikit pula kita berbicara
Geming dunia, yang terbakar lagi
Sudah!
Hembus tubuh tak peduli,
Sekilap pandangan serupa meliat rendah
Keras membatu itu muka?
Menyerah enggan di sapa,
Dan aku-
Dalam Hitam mendera sunyi.
Juni, 2021
Willy shayudana
Sia-sia menerima[sunting | sunting sumber]
Tidak perempuan! Yang hidup dalam diri
Masih bergelincing lincah ganas memeluk gelap,
Kau keras tajam memaling mata, memicing dunia!
Lagu-lagu tipuan meninggi, tanpa makna di mengerti
Langit-langit di daerah perkotaan tidak mengajarkan
Apa-apa padaku! Bahkan segala cinta minta tak ria
Orna sunyi germelap keputusan-keputusan
Orna sepi pada perempuan yang penuh permata
Segala telah tiba
Datang menyambut
Sia-sia menerima
Badan menyelam dingin
Mata-mata yang kosong perih
Darah membiru asin
Pahit!
Pahit!
Mengaum di udara
Mati
Duka
Hati
Terluka
29, Mei 2021
Willy shayudana
Yang kini tidak berumah[sunting | sunting sumber]
Tak sempat ria terpancar di muka
Ada sedikit waktu?
Mari isi sepi yang kering
Hitam di sekujur tubuh
Tapi!
Aku tak ikut pada alasan
-dendam
Api membara di kepala!
-tak terjaga
Kehilangan tempat menyendiri,
Anak-anak bercita-cita;
“kebebasan bukanlah kekuasaan”
Tak terima segala bentuk permata
Tenaga mencurah mengalah
Kenali burung-burung di persinggahan
Berenang tak tau arah!
Kehilangan rumah sendiri
Menjadi gugur tak menama
Mei, 2021
Willy shayudana
Buat pelukis alfitac[sunting | sunting sumber]
Antara
Malam menderu, ini mulut kelu membeku
Hujan menyinari muram
-terasa dingin
Air tajam kering, di mata berdoa
Dia yang datang sendiri Berlari-lari
Jauh bangunkan cinta?
Itu muka!
Penuh warna. Di atas langit bertahta!
Beri nafas, sekali ruang ku kenali
Maka ku kan' mengabur
Dan Cintaku, kita terapit
-kau terlahir Gana
Dan aku mengecil diri
Di daerah kosong! Mimpi mentanduskan
Mari kita lepas, lepas segalanya
Sekarang!
Biarku terbang jauh serupa gipsy
Hari ketemu, hari mendarat
Cengkaman mata, ketemu batas!
Mengenal tiba, kan' mati tak bergerak.
Mei, 2021
Willy shayudana
Cintaku jauh di luas samudera[sunting | sunting sumber]
Gadis manis, cintaku berada jauh di luas samudera
Tak mengira tujuh tahun sudah!
Masih sama, api yang mengobar di jiwa
Memancar malam, memancar tubuh
Perasaan kusut terlucut debu
Kentara tak sampai tuk bercium
Suara sengau laut
Di bawah bulan sepi
Ada suatu buat cintaku
Segala adalah kepuasan birahi
Sendiri! Telah ku bawak luka ini!
Bertahun-tahun bers