Satria dari Kasepuhan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Sultan Sepuh Satria)

Sultan Sepuh Satria atau yang lebih dikenal dengan nama Sultan Sepuh Raja Depati Satria merupakan putera dari Sultan Sepuh Sulaeman, ketika ayahnya meninggal, posisinya digantikan oleh Volmacht (wali) yang bernama Pangeran Adiwijaya yang bergelar Pangeran Syamsuddin IV disebabkan Pangeran Raja Satria pada masa itu dianggap belum cukup umur.

Sultan Sepuh
Satria
Sultan Sepuh Ke-10
Masa jabatan
1872–1875
Informasi pribadi
MeninggalCirebon, Hindia Belanda
KebangsaanCirebon - Kasepuhan
Orang tuaSultan Sepuh Sulaeman
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Penetapan aturan pergantian Sultan oleh Belanda[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1844, pemerintahan Belanda melalui Menteri Jajahan Jean Chrétien Baud memberitahukan surat penetapan dari Raja Belanda mengenai aturan tentang penerus tahta atau kepemimpinan kesultanan harus putera kandung yang tertua selama yang bersangkutan tidak menyalahgunakan gelar tersebut.[1]

Pangeran Raja Satria menuntut tahta[sunting | sunting sumber]

Pada 28 Nopember 1867 Residen Cirebon ditugaskan menegaskan kepada Pangeran Raja Satria selaku putra sah yang tertua dari Sultan Sepuh terakhir pada waktu itu bahwa pengangkatannya selaku Sultan Sepuh setelah ada berita wafatnya Pangeran Adiwijaya (pangeran Syamsudin IV) yang melakukan perbaikan pada Gua Sunyaragi tahun 1852.[2] selaku volmacht atas beheer Kasepuhan.

Pelantikan Pangeran Raja Satria[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1871 Pangeran Adiwijaya meninggal dunia, sesuai penegasan Residen Cirebon pada tahun 1867 maka Pangeran Raja Satria berhak untuk dilantik sebagai Sultan Sepuh sesuai haknya, maka acara pelantikannya digelar di kawasan Kebumen (wilayah di depan Bank Indonesia, Cirebon) pada pukul 10 pagi tanggal 9 Safar 1289 hijriah atau bertepatan dengan hari Kamis tanggal 18 April 1872[3]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Keputusan Rahasia Tgl. 30 September 1844 la za hal "Verhandelde Missive" dari Menteri Jajahan 23 Maret 1844 No. 169/0 Rahasia, Berisi al. Pemberitahuan ketetapan Raja Belanda
  2. ^ Sulendranigrat, P.S. 1985. Sejarah Cirebon. Jakarta: Balai Pustaka
  3. ^ Arovah, Eva Nur. Nina H. Lubis, Reiza D. Dienaputra, Widyo Nugrahan. 2017. Wewekas Dan Ipat-Ipat Sunan Gunung Jati Beserta Kesesuaiannya Dengan Al-Qur’an. Sumedang Universitas Padjajaran