Lompat ke isi

Ruang publik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
representasi ruang publik pada zaman dahulu

Ruang publik adalah area ataupun tempat dimana suatu masyarakat atau komunitas dapat berkumpul untuk meraih tujuan yang sama dan berbagi cerita mengenai permasalahan baik pribadi maupun kelompok. Area ini dapat berupa ruang dalam dunia nyata (Real Space) ataupun dunia maya (Virtual Space). Real space dapat berupa taman-taman, sekolah, gedung-gedung bersama, Gym dll. Sedangkan virtual space dapat berupa grup-grup Facebook, WhatsApp, LINE dll. Jika diambil contoh dalam sebuah grup bahasa Inggris di Facebook, semua orang yang berada didalam grup itu bisa dikatakan memiliki satu tujuan sama, yaitu belajar bahasa Inggris (tanpa menghitung beberapa orang yang bertujuan untuk berjualan atau tujuan lain yang tidak diungkapkan). Di dalam grup ini nantinya akan dibahas materi-materi yang dipelajari. Selain itu, pengurus (admin) grup biasanya akan bertanya tentang hal apa yang menjadi permasalahan anggota grup, seperti pada bagian mana seorang anggota grup yang masih kurang dalam memahami materi, lalu pengurus grup bisa memberikan solusi. Jika pengurus tidak mampu, maka pengurus tersebut bisa melemparnya ke semua anggota untuk didiskusikan bersama. Contoh lain, pada taman-taman kota ataupun tempat wisata. Area taman ini tentu saja fungsi utamanya adalah sebagai tempat untuk refreshing, sebagai tempat mendapatkan relaksasi setelah melewati pekerjaan yang cukup membebani pikiran, atau juga sebagai tempat untuk berkumpul bersama keluarga. Jadi, ruang publik dapat dikatakan mempunyai ‘tugas’ untuk menampung dan mewadahi semua kepentingan publik.[1]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Garin Nugroho, Republik Tanpa Ruang Publik (Yogyakarta: IRE Pess, 2005), hlm. 9