Lompat ke isi

Karma (film 2008)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Karma (film))
Karma
SutradaraAllan Lunardi
ProduserYeyet Sugriyati
Elvin Kustaman
Ditulis olehElvin Kustaman (ide cerita)
Salman Aristo (Skenario)
PemeranDominique Agisca Diyose
Joe Taslim
HIM Damsyik
Jonathan Mulia
Henky Solaiman
Verdi Solaiman
Jenny Chang
Jonathan Mulia Waluyo
Leny Jaya Dewi
Adi Kurdi
Lucy Roswita
Maria Glenon
Jaya Suprana
Penata musikAksan Sjuman
SinematograferEnggong Supriadi
PenyuntingRamatyo Wicaksono
Perusahaan
produksi
DistributorKharisma Starvision Plus
Tanggal rilis
24 Juli 2008
Durasi87 Menit
NegaraIndonesia

Karma adalah film horor Indonesia yang diproduksi oleh Credo Pictures & Starvision Plus dan distribusikan oleh PT. Kharisma Starvision Plus dan dirilis 24 Juli 2008 dan dibintangi oleh Dominique Diyose, Joe Taslim, HIM Damsyik, Henky Solaiman, Verdi Solaiman, dan Jonathan Mulia. Film ini adalah film horor yang pertama menampilkan kebudayaan Tionghoa-Indonesia di Indonesia sebagai latar ceritanya.

Ide dasar cerita berawal dari eksekutif produser, Elvin Kustaman. Mendapati surat elektronik misterius yang menceritakan sosok keturunan Tionghoa bergentayangan. Melihat cerita ini, akhirnya muncul ide untuk memfilmkannya. Salman Aristo lalu menuangkannya ke dalam film.

Sandra (Dominique) dan Armand (Joe Taslim) adalah pasangan yang bertemu di Australia dan mengakibatkan kehamilan Sandra. Armand yang ingin bertanggung jawab, ingin menikahi Sandra dan tinggal di Indonesia untuk mengurus bisnisnya. Untuk itu, Sandra harus tinggal bersama keluarga Armand yang bertitel Guan. Keluarga Guan berisi Tiong Guan (HIM Damsyik) sang kakek yang kini menggunakan kursi roda karena mengidap stroke, anaknya Phillip Guan (Henky Solaiman) yang juga ayah Armand, dan Martin Guan (Verdi Solaiman) saudara Armand namun berbeda ibu yang masih lajang. Setelah penyambutan yang cukup tidak menyenangkan, akhirnya Sandra dan Armand memutuskan untuk tetap tinggal setidaknya sampai mereka menikah dan membeli rumah baru. Kejadian-kejadian aneh muncul sejak malam pertama Sandra tinggal di rumah keluarga Guan, terlebih karena Armand harus bolak-balik Jakarta-Singapura untuk pekerjaan.

Kelakuan-kelakuan di rumah Guan juga tak kalah aneh, Martin terdengar sering masturbasi dengan dalih dari para pembantu bahwa itu karena Martin masih lajang. Kemudian tingkah pembantu yang aneh dan menceritakan bahwa para perempuan yang memasuki keluarga Guan selalu kena sial. Dalam kunjungan Sandra ke toko peralatan bayi, tetangga keluarga Guan bernama Ria yang dulunya pacar Martin mengatakan bahwa kelakuan Tiong Guan selalu aneh tiap kali ada wanita yang memasuki rumahnya. Ketika berjalan di dalam rumah, Sandra menelusuri sebuah gudang dimana terdapat foto-foto lama, segera ia menjumpai hantu kembali, hantu ini, berbunyi bersamaan bunyi kerincingan dan semua hal itu cukup untuk membuat Sandra pingsan. Hal itu membuat perdebatan dan argumen yang akhirnya berujung pada pernikahan Sandra dan Armand. Di pernikahan itu Sandra berkenalan dengan fotografer keluarga Guan, Hariman (Adi Kurdi). Lewat fotografer itu, Sandra meminta foto-foto lama di gudang untuk direparasi. Di studio milik Hariman, Hariman menceritakan bahwa ayahnya sudah mengabdi kepada keluarga Guan sejak lama, Tiong Guan sangat menyukai hasil foto ayah Hariman sehingga bisa membuka studio foto dan membeli peralatan. Hariman juga menyatakan bahwa seharusnya keluarga Guan adalah keluarga yang bahagia, tetapi selalu tersandung masalah perempuan. Setelah istri Tiong Guan meninggal setelah melahirkan Phillip, Tiong Guan sering menikah lagi namun istri-istri itu selalu meninggal saat mereka melahirkan berikut bayinya. Dan saat Phillip yang dua kali menikah mengalami nasib serupa kendati anak-anaknya selamat. Sandra membawa foto salah satu istri Tiong Guan bernama Dewi yang kabur sebagai referensi untuk penyelidikan.

Di rumah, Nani, seorang pelayan mengatakan bahwa ibunya pernah berfoto dengan wanita itu. Setelah mendapat alamat dari ibu Nani, Sandra pergi ke rumah Dewi. Dewi justru mengusir Sandra walau Dewi menyarankan satu hal: lihat dalam laci kamar Tiong Guan. Keesokan harinya Sandra menemukan sebuah foto di dalam laci. Sandra menanyakan hal tersebut kepada Dewi lagi dan Dewi menyuruhnya untuk pergi ke Kelenteng Lasem. Seorang pengurus kelenteng bernama Holianto (Jaya Suprana) menjelaskan asal usul foto tersebut. Kisah itu terjadi 70 tahun yang lalu. Tiong Guan muda (Jonathan Mulia) adalah seorang malas yang berbeda dengan pemuda Cina kebanyakan yang rajin berdagang. Dikaruniai wajah yang rupawan, ia selalu mendekati wanita dan hatinya berakhir di Giok Lan, kekasihnya yang sama-sama bosan miskin. Tiong Guanpun membuat rencana untuk kaya dari Ling Ling (Jenny Chang), anak dari seorang juragan batik. Tiong Guan medekati Ling Ling untuk mendapatkan hartanya saja semakin semangat untuk menikahi Ling Ling saat tahu kalau wanita itu sakit-sakitan. Kematian Ling Ling dua hari sebelum pernikahan tidak membuat Tiong Guan patah semangat, sebuah adat cina lama bernama Ming Hun memungkinkan perkawinan antara manusia dan mayat terjadi. Tiong Guan lalu kembali kepada Giok Lan dan mengatakan upayanya untuk menjadi orang kaya dapat tercapai. Konon, arwah Ling Ling mengutuk agar wanita yang memasuki dan menjadi keluarga Guan tidak akan selamat.

Sesampai di rumah Guan. Sandra berupaya untuk memusnahkan karma dalam keluarga dan berpikir apabila Tiong Guan sang pembuat karma meninggal, maka karma tidak akan ada lagi. Jadilah Sandra membunuh Tiong Guan dengan cara menceburkannya ke dalam kolam renang. Martin yang menjadi saksi peristiwa itu justru berterima kasih kepada Sandra, mungkin selama ini Martin tidak berhubungan dengan wanita karena Tiong Guan dan karma, dan pemikiran Martin berakhir seperti pemikiran Sandra. Setelah pemakaman Tiong Guan, atmosfer dirumah Guan mencerah, Armand dan Sandra bahagia, Martinpun kini memutuskan untuk mengakhiri masa lajangnya. Sandra, akhirnya melahirkan dan di saat melahirkan, Ling Ling datang dan membunuhnya bersamaan dengan lahirnya anak Sandra, yang berjenis kelamin laki-laki. Menandakan bahwa karma Guan tidak berakhir.

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]