Anonimitas: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kevdave (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Kevdave (bicara | kontrib)
k Rapi
Baris 1: Baris 1:
'''Anonimitas''' ini berasal dari kata [[bahasa Yunani|Yunani]] '''ἀνωνυμία''', anonymia, yang berarti "tanpa nama" atau dalam [[bahasa Inggris|Inggris]] "namelessness" ([[bahasa Indonesia]]: ''keawanamaan''). Dalam penggunaan sehari-hari, keawanamaan biasanya mengacu pada seseorang yang sering berarti bahwa identitas pribadi, informasi identitas pribadi orang tersebut tidak diketahui.<ref>[http://www.merriam-webster.com/dictionary/anonymity Merriam-Webster Online Dictionary: Anonymity]</ref>
'''Keawanamaan''' atau '''anonimitas''', berasal dari kata [[bahasa Yunani|Yunani]] '''ἀνωνυμία''', anonymia, yang berarti "tanpa nama" atau dalam [[bahasa Inggris|Inggris]] "''namelessness''", dalam penggunaan sehari-hari biasanya mengacu kepada seseorang yang informasi identitasnya tidak diketahui.<ref>[http://www.merriam-webster.com/dictionary/anonymity Merriam-Webster Online Dictionary: Anonymity]</ref>
Contoh pada karya-karya [[sastra]] lama (tahun 1920 ke bawah) banyak yang [[pengarang]]nya tidak bisa dilacak sehingga pengarangnya disebut "awanama". Umumnya hal ini disebabkan oleh [[metode]] penceritaan kembali karya sastra lama tersebut yang dilakukan secara naratif.
Contoh pada karya-karya [[sastra]] lama (tahun 1920 silam) banyak yang [[pengarang]]nya tidak bisa dilacak sehingga pengarangnya disebut "awanama". Umumnya hal ini disebabkan oleh [[metode]] penceritaan kembali karya sastra lama tersebut yang dilakukan secara naratif.


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==

Revisi per 1 September 2011 10.47

Keawanamaan atau anonimitas, berasal dari kata Yunani ἀνωνυμία, anonymia, yang berarti "tanpa nama" atau dalam Inggris "namelessness", dalam penggunaan sehari-hari biasanya mengacu kepada seseorang yang informasi identitasnya tidak diketahui.[1] Contoh pada karya-karya sastra lama (tahun 1920 silam) banyak yang pengarangnya tidak bisa dilacak sehingga pengarangnya disebut "awanama". Umumnya hal ini disebabkan oleh metode penceritaan kembali karya sastra lama tersebut yang dilakukan secara naratif.

Lihat pula

Referensi