Dullah: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Razifpahlevi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Reverted 1 edit by Razifpahlevi (talk)
Tag: Pembatalan
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Dullah, Pekan Buku Indonesia 1954, p185.jpg|250px|jmpl|Dullah (k. tahun 1954)]]
[[Berkas:Dullah, Pekan Buku Indonesia 1954, p185.jpg|250px|jmpl|Dullah (k. tahun 1954)]]
'''Dullah''' ({{lahirmati|[[Surakarta]]|19|09|1919|[[Yogyakarta]]|1|01|1996}}) adalah salah satu pelukis [[Realisme (seni rupa)|aliran realisme]] ternama [[Indonesia]]. Ia adalah salah satu pelukis dan kurator seni rupa istana, semasa kepemimpinan Presiden Soekarno.<ref>{{cite news
'''Dullah''' ({{lahirmati|[[Surakarta]]|17|09|1919|[[Yogyakarta]]|1|01|1996}}) adalah salah satu pelukis [[Realisme (seni rupa)|aliran realisme]] ternama [[Indonesia]]. Ia adalah salah satu pelukis dan kurator seni rupa istana, semasa kepemimpinan Presiden Soekarno.<ref>{{cite news
| title = Benarkah Sukarno tak Terlalu Suka Lukisan Affandi?
| title = Benarkah Sukarno tak Terlalu Suka Lukisan Affandi?
| first = Deni | last = Yudiawan
| first = Deni | last = Yudiawan

Revisi per 19 September 2020 02.46

Dullah (k. tahun 1954)

Dullah (17 September 1919 – 1 Januari 1996) adalah salah satu pelukis aliran realisme ternama Indonesia. Ia adalah salah satu pelukis dan kurator seni rupa istana, semasa kepemimpinan Presiden Soekarno.[1]

Dullah lahir di Surakarta, dari keluarga dari keluarga pembatik.[2] Ia belajar melukis dari S. Sudjojono dan Affandi, sewaktu menjadi anggota kelompok Seniman Indonesia Moeda (SIM).[2] Semasa pendudukan Belanda di Yogyakarta, Dullah dan pelukis-pelukis muda lainnya banyak mengabadikan berbagai peristiwa perjuangan dan peperangan yang terjadi, sehingga ia juga dikenal sebagai "pelukis revolusioner".[2] Atas rekomendasi S. Soedjono, pada masa pendudukan Jepang, Dullah pernah bergabung dengan Poetera (Poesat Tenaga Rakjat).[2] Salah satu poster perjuangan terawal, Boeng, Ajo Boeng, menggambarkan laki-laki memutus belenggu dengan latar bendera merah putih, dilukis oleh Affandi dengan menggunakan Dullah sebagai modelnya.[3]

Pada tahun 1950, Dullah sempat mendirikan Himpunan Budaya Surakarta (HBS).[2] Pada tahun yang sama, ia kemudian ditunjuk sebagai seniman dan kurator seni rupa istana, yang dijabatnya kira-kira selama 10 tahun.[2] Dullah pernah menjadi penyusun buku Lukisan-lukisan dan Patung-Patung Koleksi Presiden Sukarno, yaitu jilid pertama dan kedua (dari keseluruhan empat jilid) yang diselesaikannya pada tahun 1956.[4] Sebagai pelukis istana, Dullah juga berpartisipasi memperbaiki rancangan Garuda Pancasila yang dibuat oleh Sultan Hamid II, berdasarkan arahan dari Presiden Soekarno, sehingga menjadi bentuknya sekarang.[5]

Pada tahun 1974, Dullah mendirikan sanggar lukis di Pejeng, Bali, dan memberikan bimbingan pada seniman muda setempat.[2] Pada tahun 1984, menerbitkan buku Karya dalam Peperangan dan Revolusi, yang memuat karya-karya di masa perjuangan.[2]

Dullah menikah dengan Jan Jaerabby Fatima, yang berketurunan India, serta mengangkat anak angkat bernama Sawarno.[6][7] Dullah meninggal dunia di RS Panti Rapih, Yogyakarta, pada tanggal 1 Januari 1996.[8] Ia dimakamkan di pemakaman umum Purwoloyo, Surakarta, berdampingan dengan makam istrinya.[8]

Ratusan karya Dullah ditampilkan secara khusus dalam sebuah museum, yaitu Museum Dullah di Surakarta, yang mencakup karya-karyanya antara tahun 1939 sampai dengan tahun 1993.[9] Pada tahun 2016, museum tersebut resmi dibuka untuk kunjungan rombongan, dengan syarat dan tujuan tertentu.[9]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Yudiawan, Deni (1 Mei 2017). "Benarkah Sukarno tak Terlalu Suka Lukisan Affandi?". © 1996 - 2018 Pikiran Rakyat. Pikiran Rakyat. 
  2. ^ a b c d e f g h "Dullah". Indonesian Visual Art Archive is licensed under a Creative Commons BY-NC Unported License. Indonesia Visual Art Archive. Diakses tanggal 19 Maret 2018. 
  3. ^ S. Sudjojono (2017). Cerita Tentang Saya dan Orang-orang Sekitar Saya. Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 167. ISBN 9786024243074. 
  4. ^ Agus Dermawan T. (2004). Bukit-bukit perhatian: dari seniman politik, lukisan palsu sampai kosmologi seni Bung Karno. Gramedia Pustaka Utama. hlm. 73. ISBN 9789792207958. 
  5. ^ Moh. Mahfud MD, Taufiq Ismail, Sri Sultan Hamengkubuwana X, Hamdan Zoelva, Ahmad Syafii Maarif, Muhammad Jazir ASP, Harjono, Arief Hidayat, A.R. Wetik, Achmad Sodiki, Sri-Edi Swasono, Siswono Yudo Husodo, Harjiyanto Y. Thohari, Heri Santoso, Daud Aris Tanudirjo (2012). Prosiding Kongres Pancasila IV: Srategi Pelembagaan Nilai-nilai Pancasila dalam Menegakkan Konstitusionalitas Indonesia. Pusat Studi Pancasila UGM. hlm. 170. ISBN 9786021818084. 
  6. ^ Kartaredjasa, Butet (1990). 33 profil budayawan Indonesia. Direktorat Televisi, c/q Televisi RI Stasiun Yogyakarta. hlm. 101. 
  7. ^ "Indonesian art world mourns realist painter Dullah". Diarsipkan oleh jawawa.id. Jakarta Post. 3 Januari 1996. Diakses tanggal 15 Maret 2016. 
  8. ^ a b "Maestro Seni Lukis Indonesia Meninggal Dunia". Media Caraka. Bagian Penerangan Kedutaan Besar R.I.: 198 1996. 
  9. ^ a b Agustien, Ayesha Ayu (19 September 2016). "Museum Dullah - Resmi Dibuka, Hanya Orang Khusus yang Boleh Masuk, Begini Alasannya". TRIBUNnews.com © 2018. travel.tribunnews.com. 

Pranala luar