Mapasilaga tedong: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
RafiHdwrd (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi ''''Mapasilaga tedong''' atau lebih dikenal dengan '''Tedong Silaga''' merupakan salah satu tradisi unik dari daerah Toraja. Tradisi ini rutin dilakukan pada saat u...'
 
RafiHdwrd (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
'''Mapasilaga tedong''' atau lebih dikenal dengan '''Tedong Silaga''' merupakan salah satu tradisi unik dari daerah [[Toraja]]. Tradisi ini rutin dilakukan pada saat upacara pemakaman orang yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, biasa disebut [[Rambu Solo]]. Acara Mapasilaga Tedong ini dilakukan sebelum upacara adat di mulai.<ref name="Tradisi">{{cite web |title=Tradisi Unik Mapasilaga Tedong, Tana Toraja, Indonesia |url=https://indonesianunik.wordpress.com/2014/02/10/tradisi-unik-mapasilaga-tedong-tana-toraja-indonesia/ |accessdate=16 Maret 2019}}</ref>
'''Mapasilaga tedong''' atau lebih dikenal dengan '''Tedong Silaga''' merupakan salah satu tradisi unik dari daerah [[Toraja]]. Tradisi ini rutin dilakukan pada saat upacara pemakaman orang yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, biasa disebut [[Rambu Solo]]. Acara Mapasilaga Tedong ini dilakukan sebelum upacara adat di mulai.<ref name="Tradisi">{{cite web |title=Mengenal Mapasilaga Tedong |url=https://newswantara.com/budaya/mengenal-mapasilaga-tedong |accessdate=17 Maret 2019}}</ref>


== Proses upacara ==
== Proses upacara ==

Revisi per 17 Maret 2019 16.55

Mapasilaga tedong atau lebih dikenal dengan Tedong Silaga merupakan salah satu tradisi unik dari daerah Toraja. Tradisi ini rutin dilakukan pada saat upacara pemakaman orang yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, biasa disebut Rambu Solo. Acara Mapasilaga Tedong ini dilakukan sebelum upacara adat di mulai.[1]

Proses upacara

Adu kerbau ini dilakukan sebelum upacara adat Rambu Solo dilakukan. Kerbau yang diadu bukanlah kerbau sembarangan. Jenis kerbau yang istimewa adalah kerbau bule (Tedong Bonga) atau kerbau albino. Kerbau pilihan ini masuk dalam kelompok kerbau lumpur (Bubalus bubalis) dan hanya ditemukan di Tana Toraja. Di antara jenis terbaik adalah tedong salepo, yaitu kerbau yang memiliki bercak hitam di punggung. Ada juga jenis lontong boke, yaitu kerbau yang memiliki punggung berwarna hitam. Namun, jenis yang paling sering dijumpai dalam ritual Mapasilaga Tedong adalah tedong pudu. Jenis kerbau berkulit legam ini dipilih karena mudah dilatih dan harganya tidak semahal kerbau lain. Beberapa jenis kerbau yang digunakan untuk aduan ini sangat mahal harganya, terlebih kerbau yang sering menang yang harganya bisa mencapai ratusan juta hingga 1 miliar rupiah. Bagi masyarakat Toraja, kerbau menduduki posisi sangat penting dan menjadi salah satu simbol prestise dan kemakmuran.[2]

Puluhan kerbau yang akan diadu dibariskan di lapangan tempat upacara akan dilaksanakan. Kerbau-kerbau yang akan diadu tersebut kemudian diarak dengan didahului oleh tim pengusung gong, pembawa umbul-umbul, dan sejumlah wanita dari keluarga yang berduka ke lapangan yang berlokasi di rante (pemakaman). Pada saat barisan kerbau meninggalkan lokasi, musik pengiring akan dimainkan. Irama musik tradisional tersebut berasal dari sejumlah wanita yang menumbuk padi pada lesung secara bergantian. Sebelum adu kerbau dimulai, panitia menyerahkan daging babi yang sudah dibakar, rokok, dan air nira yang sudah difermentasi (tuak), kepada pemandu kerbau dan para tamu. Arena adu kerbau harus ditempatkan di sebuah sawah yang luas dan berlumpur atau direrumputan. Tradisi ini dimulai dengan dua kerbau yang diadu dan menghantamkan tanduk masing-masing ke tanduk lawannya dan saling menjatuhkan satu sama lain. Kerbau yang dinyatakan kalah adalah kerbau yang berlari dari arena Mapasilaga Tedong. Selain itu, ada juga prosesi pemotongan kerbau ala Toraja. Prosesi ini adalah menebasan kepala Kerbau dengan sebuah Parang yang dilakukan dalam sekali tebasan saja.[2]

Walaupun upacara adat ini terbilang sangat mahal, tradisi ini tetap dilakukan setiap tahunnya karena berkaitan dengan upacara Rambu Solo.[3]

Referensi

  1. ^ "Mengenal Mapasilaga Tedong". Diakses tanggal 17 Maret 2019. 
  2. ^ a b "Mapasilaga Tedong, Adu Kerbau Khas Tana Toraja". Diakses tanggal 16 Maret 2019. 
  3. ^ "Mapasilaga Tedong, Adu Kerbau Untuk Menghargai Orang Meninggal". Diakses tanggal 16 Maret 2019.