Zat antinutrisi pada pakan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Zat antinutrisi merupakan zat pada bahan pakan yang dapat mengganggu proses utilisasi nutrien di dalam saluran pencernaan ternak.[1] Zat antinutrisi dapat menghambat asupan, kecernaan, pemanfaatan pakan, penyerapan, metabolisme nutrisi, kondisi fisiologis hewan, pertumbuhan dan kesehatan hewan.[2] Kebanyakan zat-zat antinutrisi merupakan senyawa metabolit sekunder tumbuhan.[1] Metabolit sekunder tumbuhan, yaitu sekelompok senyawa alami yang dibiosintesis melalui jalur biokimia yang berbeda sebagai bentuk pertahanan tumbuhan untuk melindungi diri dari lingkungan dan predator tumbuhan.[1][2]

Zat antinutrisi ada yang bersifat toksik (racun) dan bersifat tidak toksik pada ternak. Zat antinutrisi yang bersifat toksik, umumnya terdapat pada konsentrasi yang rendah pada tumbuhan dan memiliki efek fisiologis yang negatif ketika diserap, seperti permasalahan kegagalan reproduksi, neurologis, goiter, bahkan dapat menyebabkan kematian. Zat antinutrisi yang bersifat toksik yakni, asam amino toksik, alkaloid, glukosida sianogenik, dan saponin. Sedangkan, zat antinutrisi yang tidak bersifat toksik hanya memengaruhi proses pencernaan, absorpsi, dan palatabilitas. Konsentrasi zat antinutrisi yang tidak bersifat toksik di dalam tumbuhan relatif lebih tinggi. Zat antinutrisi yang bersifat tidak toksik antara lain lignin, silika, tanin, inhibitor protease, dan kutin.[1]

Macam-macam zat antinutrisi[sunting | sunting sumber]

Beberapa zat antinutrisi yang terdapat pada pakan antara lain alkaloid, asam oksalat, asam fitat, forbol ester, gosipol, glukosinolat, glukosida sianogenik, inhibitor protease, lektin, mimosin, nitrat dan nitrit; saponin, dan tanin.[1]

Alkaloid[sunting | sunting sumber]

Alkaloid merupakan senyawa organik mengandung satu atau lebih atom nitrogen dan umumnya merupakan bagian dari sistem siklik. Beberapa tanaman yang mengandung alkaloid, yakni spesies Phalaris sp., rumput gandum hitam (Lolium perenne L.) dan Datura stramonium.[1]

Asam fitat[sunting | sunting sumber]

Asam fitat merupakan senyawa penyimpanan utama fosfor pada biji-bijian.[3] Bahan pakan yang banyak mengandung asam fitat, antara lain dedak padi, jarak pagar, jayanti, kedelai dan kelor.[1]

Asam oksalat[sunting | sunting sumber]

Asam oksalat merupakan anion dari asam dikarboksilat. Bahan yang kandungan oksalatnya tinggi, yaitu daun kelor (Moringa oleifera), singkong, akar bit (Beta vulgaris), eceng gondok (Eichhornia crassipes), lada hitam, bayam, pisang, kakao, belimbing, jerami padi, lentil, kernel biji mangga, teh, Dolichos bilorus, Vigna aconitifolia, dan Lathyrus sativus.[1]

Forbol ester[sunting | sunting sumber]

Forbol ester aktif ditemukan pertama kali pada tanaman puring, semak di Asia Tenggara. Forbol ester pada konsentrasi tinggi terdapat pada tanaman jarak pagar (Jatropha curcas).[1]

Gosipol[sunting | sunting sumber]

Gosipol merupakan senyawa polifenol berwarna kuning. Gosipol terdapat dalam bentuk bebas dan terikat.[4] Pakan yang mengandung gosipol yaitu biji kapas.[1]

Glukosinolat[sunting | sunting sumber]

Glukosinolat adalah senyawa metabolit sekunder tanaman yang mengandung komponen sulfur. Tanaman yang mengandung glukosinolat, yakni kubis-kubisan atau brasika.[1]

Glukosida sianogenik[sunting | sunting sumber]

Glukosida sianogenik (sianogen) merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder tanaman yang disintesis dari asam amino. Produk hidrolisis dari glukosida sianogenik, yaitu sianida (hidrogen sianida, HCN). Glukosida sianogenik terdapat pada tanaman singkong, sorgum, rosaceae, Lotus corniculatus dan flaxseed.[1]

Inhibitor protease[sunting | sunting sumber]

Inhibitor protease merupakan zat antinutrisi berupa protein yang memiliki kemampuan untuk menghambat aktivitas proteolitik dari enzim protease. Pakan yang mengandung inhibitor protease, yaitu kacang hijau, kedelai, kacang tanah, dedak padi, jagung, lamtoro, gamal, lupin, dan biji kelor.[1]

Lektin[sunting | sunting sumber]

Lektin merupakan glikoprotein dengan sisi pengikatan karbohidrat nonkatalitik.[5] Pakan yang mengandung lektin berasal dari kacang merah (Phaseolus vulgaris), kacang hijau (Pisum sativum), kedelai (Glycine max), dan kacang faba (Vicia faba).[1]

Mimosin[sunting | sunting sumber]

Mimosin merupakan asam amino bukan protein yakni β-(3-hidroksi-4- piridon-1-yl)-L-alanin. Pakan yang mengandung mimosin, yakni lamtoro.[1]

Nitrat dan nitrit[sunting | sunting sumber]

Nitrat merupakan ion poliatomik (NO3 -) yang dapat direduksi menjadi nitrit (NO2 - ). Pakan yang mengandung nitrat yaitu, rumput, Brassica, Maize, dan Ryegrass.[1]

Saponin[sunting | sunting sumber]

Saponin merupakan senyawa metabolit sekunder tanaman yang terdiri dari komponen gula (seperti glukosa, galaktosa, asam glukoronat, xilosa, ramnosa, atau metil pentosa) yang berikatan dengan aglikon (komponen nongula) yang bersifat hidrofobik.[1] Secara alami, saponin terdapat pada glikosida aktif permukaan pada sebagian besar tanaman.[6]

Pakan yang mengandung saponin, antara lain lerak, kedelai, alfalfa (Medicago sativa), teh, daun kembang sepatu, jayanti, sejumlah kacang-kacangan, Quillaja saponaria, dan Yucca schidigera.[1]

Tanin[sunting | sunting sumber]

Tanin merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder tanaman, yakni senyawa polifenol. Tanaman yang mengandung tannin dalam jumlah tinggi antara lain lamtoro (Leucaena leucocephala), kaliandra (Calliandra calothyrsus), harendong (Clidemia hirta), akasia (Acacia mangium), dan mahoni (Swietenia mahagony).[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Jayanegara, Anuraga; Ridla, Muhammad; Laconi, Erika B.; "Nahrowi", "Nahrowi" (2019). Komponen Antinutrisi pada Pakan. Bogor: PT Penerbit IPB Press. hlm. 1,11,17,21,25,31,47,53,63,67,89,95,99. ISBN 978-602-440-764-3. 
  2. ^ a b Pavarini, Daniel Petinatti; Pavarini, Saulo Petinatti; Niehues, Michael; Lopes, Norberto Peporine (2012-09-21). "Exogenous influences on plant secondary metabolite levels". Animal Feed Science and Technology. Special Issue: Plant Bioactive Compounds in Ruminant Agriculture - Impacts and Opportunities. 176 (1): 5–16. doi:10.1016/j.anifeedsci.2012.07.002. ISSN 0377-8401. 
  3. ^ Kumar, Awadhesh; Singh, Brajesh; Raigond, Pinky; Sahu, Chandrasekhar; Mishra, Udit Nandan; Sharma, Srigopal; Lal, Milan Kumar (2021-04-01). "Phytic acid: Blessing in disguise, a prime compound required for both plant and human nutrition". Food Research International. 142: 110193. doi:10.1016/j.foodres.2021.110193. ISSN 0963-9969. 
  4. ^ Mena, H.; Santos, J. E. P.; Huber, J. T.; Simas, J. M.; Tarazon, M.; Calhoun, M. C. (2001-10-01). "The Effects of Feeding Varying Amounts of Gossypol from Whole Cottonseed and Cottonseed Meal in Lactating Dairy Cows". Journal of Dairy Science. 84 (10): 2231–2239. doi:10.3168/jds.S0022-0302(01)74670-X. ISSN 0022-0302. 
  5. ^ López-Moreno, M.; Garcés-Rimón, M.; Miguel, M. (2022-02-01). "Antinutrients: Lectins, goitrogens, phytates and oxalates, friends or foe?". Journal of Functional Foods. 89: 104938. doi:10.1016/j.jff.2022.104938. ISSN 1756-4646. 
  6. ^ Lambo, Modinat T.; Ma, Haokai; Zhang, Haosheng; Song, Peng; Mao, Hongxiang; Cui, Guowen; Dai, Baisheng; Li, Yang; Zhang, Yonggen (2023-11-08). "Mechanism of action, benefits, and research gap in fermented soybean meal utilization as a high-quality protein source for livestock and poultry". Animal Nutrition. doi:10.1016/j.aninu.2023.10.003. ISSN 2405-6545.