Timur Lenk

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Temür
Amir
Ilustrasi era Timuriyah Emir Timur
Berkuasa1370–1405
Penobatan1370, Balkh
PendahuluAmir Hussain
PenerusKhalil Sultan
Kelahiran1320–1330
Kesh, Kekhanan Chagatai (sekarang Uzbekistan)
Kematian18 Februari 1405
Otrar, Sungai Syr Darya (sekarang Kazakhstan)
Pemakaman
WangsaBarlas Timuriyah
Nama lengkap
Shuja-ud-din Timur[1]
AyahMuhammad Taraghai
IbuTekina Mohbegim
PasanganSaray Mulk Khanum
AgamaIslam Sunni

Timur [a] (Bahasa Turki Chagatai: تیمور Tēmōr, terj. har. 'besi'; c. 9 April 1336 – c. 17 Februari 1405), juga dikenal sebagai Timūr Gurkānī[b] (Bahasa Turki Chagatai: تيمور کورگن Temür Küregen),[6], atau Timur i Leng (Lenk) ("Timur si Pincang", karena kaki kirinya yang pincang sejak lahir), adalah seorang penakluk dan penguasa Islam Sunni[7] keturunan Turki-Mongol dari wilayah Asia Tengah, yang terkenal pada abad ke-14, terutama di Rusia selatan dan Persia.

Kehidupan awal[sunting | sunting sumber]

Timur dilahirkan di Kesh (kini bernama Shahr-i-Sabz, 'kota hijau'), yang terletak sekitar 50 mil di sebelah selatan kota Samarkand di Uzbekistan.

Ayahnya bernama Teragai yang merupakan ketua kaum Barlas. Ia adalah cicit dari Karachar Nevian (menteri dari Chagatai Khan, yaitu anak Jenghis Khan sekaligus komandan pasukan tempurnya), dan Karachar terkenal di antara kaumnya sebagai yang pertama memeluk agama Islam. Teragai mungkin saja mewarisi pangkat yang tinggi di bidang ketentaraan; tetapi seperti ayahnya Burkul, ia menggemari kehidupan beragama dan belajar.

Di bawah bimbingan yang baik, Timur ketika berusia dua puluh tahun bukan saja mahir dalam kegiatan-kegiatan luar ruangan, tetapi juga mempunyai reputasi sebagai pembaca Al-Quran yang tekun. Pada masa itu, ia disebutkan telah menunjukkan sifat-sifat yang ramah dan mudah bersimpati.

Timur merupakan seorang muslim yang mengagumi tarekat Naqsabandiyah yang berkembang di wilayah Transoxiana.[8] Di kota Tirmidz, Timur mendapat pendidikan agama islam dari Sayyid Baraka yang juga merupakan seorang ulama dan Ahlul Bayt.[9][10][11] Akan tetapi, ulama yang menjadi penasihat bidang keislaman dari Kekaisarannya kelak adalah Abdul Jabar Khwarazmi, yang merupakan seorang Sunni Mazhab Hanafi.[12][13]

Serangan-Serangan Timur Lenk[sunting | sunting sumber]

Demikian luas kerajaan Dinasti Timuriyah

Timur Lenk menghabiskan waktunya selama 35 tahun dalam berbagai pertempuran dan ekspedisi. Didukung pasukan Turki yang loyalis dan para tokoh Muslim serta ulama, Timur pun melakukan perluasan kekuasaan. Dia dikenal sebagai seorang tentara yang jenius. Kariernya di bidang militer yang gemilang telah mengantarkannya untuk mendirikan Dinasti Timuriyah di kawasan Asia Tengah. Keberanian dan ketangguhannya dalam berekspansi dan memimpin telah berkontribusi bagi perkembangan dan peradaban Islam. Dia dijuluki sebagai sang penakluk. Pemimpin yang dikenal memiliki perhatian besar terhadap penyebaran Islam itu bernama Timur Lenk atau Timurlane. Raja Dinasti Timuriyah pertama itu terlahir di kota Kish, sekitar 80 km sebelah selatan Samarkand, Provinsi Transoksania. Timur adalah keturunan Mongol-Turki. Timur masih keturunan Jengiz Khan, pemimpin bangsa Mongol Raya.

Melalui memoarnya, Timur bercerita, "Ayahku berkata kepadaku bahwa kami adalah keturunan dari Abu Al-Atrak (bapak Turki)." Dari silsilah itulah terungkap bahwa Timur masih merupakan keturunan Moghul. Ayahnya bernama Teragai, ketua kaum Barlas. Ia adalah cicit dari Karachar Nevian yaitu anak Jenghis Khan. Karachar merupakan pemeluk agama Islam pertama di antara kaumnya. Dalam bahasa Mongol, Timur berarti ‘besi’. Sedangkan nama belakang Lenk atau Lame adalah julukan yang berarti ‘pincang’. Ada beberapa versi yang menyatakan penyebab cacatnya salah satu kaki Timur. Salah satu versi menyebutkan, kakinya cacat sejak lahir. Ada pula yang berkisah, kakinya cacat ketika bertempur. Versi lain mengatakan, kaki Timur cacat saat mengembala kambing.

Meski begitu, Timur tumbuh sebagai pemuda yang berbakat. Dunia militer merupakan pilihan hidupnya. Dia pun lalu bergabung sebagai tentara pada penguasa lokal, Amir Husein. Pada 1360 M, Timur telah menjadi seorang pemimpin militer termasyhur. Timur dikenal sebagai komandan yang gigih dalam mempertahankan wilayahnya dari ancaman Tughluq Timur Khan, penguasa Dinasti Chagatai.Ketangguhan dan kehebatannya membuat penguasa Dinasti Chagatai terkesan. Tuglaq lalu menawarkan sebuah jabatan kepada Timur menjadi pembantu utama (wazir) Gubernur Samarkand, Ilyas. Timur pun menerima tawaran itu. Bersama Amir Husein, Timur lalu melakukan pemberontakan dan mengalahkan pasukan Tuglaq Timur Khan hingga membuat Dinasti Chagatai terjungkal.

Naluri militernya yang ambisius membuat Timur lalu berubah sikap. Ia juga menyerang Amir Husein yang menjadi sekutunya. Setelah pasukan Amir Husein ditaklukkan, Timur lalu mendirikan Dinasti Timurid yang pusat di Samarkand pada 10 April 1370. Timur berkuasa selama 35 tahun dari tahun 1370 hingga 1405. Kehadiran Dinasti Timurid yang dipimpin Timur mendapat dukungan umat Islam terutama ulama, Syaikh al-Islam, serta para pemimpin tarikat berpengaruh. Dukungan itu diberikan tokoh Muslim dan ulama, karena Timur memberi perhatian yang besar untuk menyebarluaskan agama Islam. Sebagai bentuk dukungan, para ulama dan pemimpin tarikat juga ikut terlibat dalam pemerintahan Dinasti Timurid. Ada yang menjadi hakim, diplomat, serta tutor kalangan bangsawan.

Bahkan beberapa 'ulama kerap mendampingi Timur sebagai penasihat dalam setiap ekspedisi penaklukan. Sebagai seorang raja, Timur tak pernah mau menggunakan nama belakang Khan. Timur memang dikenal sebagai seorang tentara yang jenius, namun kebijakan politiknya juga kerap gagal. Meski gemar melakukan ekspedisi penaklukan, namun dia tak pernah meninggalkan aparat pemerintah di wilayah yang dikuasainya itu. Akibatnya, Timur harus kembali melakukan penaklukan ulang, jika wilayah yang pernah dikuasainya memberontak. Ekspedisi penaklukan dilakukannya setelah posisi Samarkand kuat dan aman dari berbagai rongrongan.

Timur menghabiskan waktunya selama 35 tahun dalam berbagai pertempuran dan ekspedisi. Didukung pasukan Turki yang loyalis dan para tokoh Muslim serta ulama, Timur pun melakukan perluasan kekuasaan. Dia melebarkan kekuasaannya ke wilayah Barat dan Baratlaut meliputi Mongol, Laut Kaspia, Ural, dan Volga.Ekspedisi yang dilakukannya ke wilayah selatan dan barat daya mampu menaklukkan setiap provinsi di Persia, termasuk Baghdad, Karballa, dan Irak Utara. Tak heran, bila banyak kota dan daerah yang dikuasai dinasti lain berhasil dikuasai Timur. Salah satu lawan yang paling berat bagi Timur adalah Tokhtamysh.

Wilayah Khawarizmi dan Jata berhasil dikuasai pasukan Timur pada 1380 M setelah melalui pertempuran panjang selama 10 tahun. Sepanjang 1381 M -1382 M, Timur sudah menaklukkan wilayah kekuasaan Kerajaan Persia seperti Herat, Masyhad, Sabzavar, Astarabad, Mazandaran, dan Sistan. Pada tahun 1382 M, pasukan Timur berhasil membantu Tokhtamysh untuk menundukkan Moskow. Pasukan Tokhtamysh yang dibantunya ternyata balik menyerang pasukan Timur dan menginvasi Azerbaijan pada 1385 M. Dalam sebuah pertempuran yang dahsyat, kekuatan Tokhtamysh akhirnya berakhir dipatahkan. Guna menghadapi pasukan lawannya itu, Timur memimpin tak kurang dari 100 ribu pasukan yang menempuh perjalanan beratus-ratus mil. Sekitar 100 ribu pasukannya yang bergerak dari Timur sejauh ratusan mil nyaris mengalami kelaparan. Untunglah, Timur memerintahkan pasukannya untuk berburu hingga akhirnya tak sempat mengalami kelaparan. Pasukan Tokhtamysh akhirnya terpojok di wilayah Orenburg dan berhasil dikalahkan pasukan Timur.

Pada 1398 M, Timur melakukan ekspedisi penaklukan ke India. Ia mendengar terjadi perang sipil di wilayah India. Saat itu, di India terdapat kerajaan Islam bernama Dinasti Tughlaq yang dipimpin Sultan Nashirudin Mahmud. Timur mendengar Sultan Delhi Muslim itu terlalu toleran dan bersikap lemah terhadap masyarakat Hindu. Timur lalu memutuskan untuk mengambil alih kekuasaan Sultan Delhi. Pasukannya melintasi Sungai Indus di Attock pada 24 September 1398 M. Pasukan Sultan dengan mudah dikalahkan pada 17 Desember 1398 M. Dia menuliskan penaklukannya di India dalam Tuzuk-Timuri.

Sayangnya, penaklukan Delhi itu diwarnai dengan pertumpahan darah yang sebenarnya tak perlu dilakukan Timur. Dia meninggalkan Delhi pada Januari 1399 M. Menurut Ruy Gonzales de Clavijo, Timur membawa 90 ekor gajah dari Delhi untuk mengangkut batu mulia. Dia lalu menggunakannya untuk membangun masjid di Samarkand. Para sejarawan meyakini masjid itu adalah Masjid Bibi-Khanym. Setelah itu, dia berperang dengan Yildirim Bayezid I, Sulthan Kerajaan Utsmani, dan sulthan Mamluk dari Mesir. Pada 1400 M, Timur menyerbu Armenia dan Georgia. Setahun kemudian, dia menginvasi Baghdad. Sekitar 20 ribu orang tewas dalam invasi itu. Timur tutup usia pada 19 Februari 1405 M saat melakukan pertempuran melawan Dinasti Ming.

Keturunan[sunting | sunting sumber]

Putra dari Timur[sunting | sunting sumber]

Putri dari Timur[sunting | sunting sumber]

  • Aka Begi (m. 1382) – dg Turmish Agha. Menikah dg Muhammad Beg, putra dari Amir Musa Tayichiud
  • Sultan Bakht Begum (m. 1429/30) – dg Oljay Turkhan Agha. Menikah pertama dg Muhammad Mirke Apardi, menikah kedua, 1389/90, Sulayman Shah Dughlat
  • Sa'adat Sultan – dg Dilshad Agha
  • Bikijan – dg Mengli Agha
  • Qutlugh Sultan Agha – dg Toghay Turkhan Agha[14][15]

Putra dari Umar Shaikh Mirza I[sunting | sunting sumber]

Putra dari Jahangir[sunting | sunting sumber]

Putra dari Miran Shah[sunting | sunting sumber]

Putra dari Shah Rukh Mirza[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ /tɪˈmʊər/
     • Juga dieja Taimur atau Temur.
     • Dalam literatur Barat dikenal dengan nama Amir Timur, Tamerlane[2] (Persia: تيمور لنگ Temūr(-i) Lang; Bahasa Turki Chagatai: اقساق تیمور Aqsaq Temür,[3] terj. har. 'Timur the Lame') atau Sahib-i-Qiran), epitetnya.[4]
  2. ^ Untuk mengesahkan pemerintahannya, Timur mengambil gelar Guregen (terj. har. 'menantu raja') ketika menikahi Saray Mulk Khanum, putri dari dinasti Jenghis Khan.[5]
  1. ^ W. M. Thackston, A Century of Princes: Sources on Timurid History and Art (1989), p. 239
  2. ^ /ˈtæmərln/
  3. ^ Johanson, Lars (1998). The Turkic Languages. Routledge. hlm. 27. ISBN 0-415-08200-5. 
  4. ^ ʻInāyat Khān, Muḥammad Ṭāhir Āšnā ʿInāyat Ḫān (1990). The Shah Jahan Nama of 'Inayat Khan: An Abridged History of the Mughal Emperor Shah Jahan, Compiled by His Royal Librarian: the Nineteenth-century Manuscript Translation of A.R. Fuller (British Library, Add. 30,777. Oxford University Press. hlm. 11–17. 
  5. ^ Manz 1999, hlm. 14.
  6. ^ Heissig, Walther; Sagaster, Klaus (1989). Gedanke und Wirkung: Festschrift zum 90. Geburtstag von Nikolaus Poppe. hlm. 115. ISBN 9783447028936. 
  7. ^ Maria E. Subtelny, Timurids in Transition: Turko-Persian Politics and Acculturation in Medieval Persia, Vol. 7, (Brill, 2007), 201.
  8. ^ Beatrice Forbes Manz (25 March 1999). The Rise and Rule of Tamerlane. Cambridge University Press. pp. 17–. ISBN 978-0-521-63384-0.
  9. ^ "The Descendants of Sayyid Ata and the Rank of Naqīb in Central Asia" by DevinDeWeese Journal of the American Oriental Society, Vol. 115, No. 4 (Oct. – Dec., 1995), pp. 612–634
  10. ^ Four studies on the history of Central Asia, Volume 1 By Vasilij Vladimirovič Bartold p.19
  11. ^ Islamic art By Barbara Brend p.130
  12. ^ ^ Vasilij Vladimirovič Bartold. Four studies on the history of Central Asia, Volume 1. E.J. Brill; 1962. p. 19.
  13. ^ V.V. Barthold. Four Studies on Central Asia. E.J. Brill archives; 1956. p. 59.
  14. ^ John E Woods, The Timurid Dynasty (1990), p. 17-9
  15. ^ Vasilii Vladimirovitch Barthold, Four Studies on the History of Central Asia, Vol. 2 (1963), p. 31
  • Maria E. Subtelny,Timurids in Transition: Turko-Persian Politics and Acculturation in Medieval Persia, Vol. 7, (Brill, 2007), 201
  • Tarikh Islamiyyah, Ibn Khaldun.
  • Sejarah Islam, Muhammad Syu'Ub.
Timur Lenk
Didahului oleh:
Tidak ada
Amir Timuriyah
Sultan Turan

1370–1405
Diteruskan oleh:
Pir Muhammad ibn Jahangir
dan Khalil Sultan