Technische Faculteit, Nood-Universiteit van Nederlandsch-Indië

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 19 Agustus 2012 03.13 oleh Cucuganesha (bicara | kontrib) (menyesuaikan background-color: #19476F seperti website resmi)
Artikel ini adalah tentang salah satu periode sejarah Institut Teknologi Bandung dalam kurun waktu 1946 – 1947 sebagai kelanjutan secara simultan sejak berdirinya Technische Hoogeschool te Bandoeng, Bandung Kogyo Daigaku, Sekolah Tinggi Teknik Bandung, hingga menjadi Technische Faculteit yang merupakan bagian dari Nood-Universiteit van Nederlandsch Indie. Untuk informasi tentang fakultas lain dalam Nood-Universiteit van Nederlandsch Indie di Jakarta, lihat sejarah Universitas Indonesia.
Technische Faculteit, Nood-Universiteit van Nederlandsch-Indië
Didirikan21 Januari 1946 - 12 Maret 1947
KampusUrban
Nama julukanNood-Universiteit

Nood-Universiteit van Nederlandsch Indie biasa disingkat Nood-universiteit yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah Universitas Darurat Hindia Belanda adalah universitas yang dibuka Nederlandsch Indië Civil Administratie - NICA (Pemerintahan Sipil Hindia Belanda) pada tanggal 21 Januari 1946 di Kota Jakarta dan Bandung dalam upaya menunjukkan kembali eksistensinya terutama dalam bidang pendidikan di Indonesia.[2]:13[note 3]

Sejarah

Sebelum pendudukan Jepang ke Indonesia (1942-1945) pihak Hindia Belanda sudah memutuskan untuk mendirikan sebuah universitas. Pada tanggal 12 Desember 1941 Gubernur Jenderal di hadapan Volksraad (Dewan Rakyat) telah menyajikan sebuah rancangan ordonansi dengan nota penjelasan untuk mendirikan sebuah Universiteit van Nederlandsch Indie (Universitas Hindia Belanda). Volksraad menyetujui dengan rencana pendirian tersebut dan ordonansi akan segera diundangkan oleh Gubernur Jenderal dalam Staatsblad (Lembaran Negara) pada awal tahun 1942, jika invasi Jepang tidak menjadi kenyataan.[4]

Namun ternyata sejarah berkata lain, 8 Desember 1941 Belanda menyatakan perang terhadap Jepang. Untuk itu dibentuk ABDACOM (American-British-Dutch-Australian Command) untuk menghimpun kekuatan Sekutu di Asia Tenggara. Tanggal 10-11 Januari 1942 Jepang menyerang Menado di Sulawesi dan Tarakan di Kalimantan. Tanggal 27 Februari 1942 armada Sekutu dikalahkan dalam Pertempuran Laut Jawa. Kemudian disusul dengan pendaratan pasukan Jepang di Pulau Jawa dimulai tanggal 28 Februari hingga 1 Maret 1942. Pada tanggal 8 Maret 1942 pasukan Sekutu di Indonesia menyerah.

Universiteit van Nederlandsch Indie urung untuk didirikan.[4]

Pendudukan Jepang secara resmi berakhir dengan menyerahnya Jepang di Pasifik tanggal 15 Agustus 1945. Selama di dalam kamp interniran, orang Belanda dengan cara yang tekun dan gigih berusaha menyelenggarakan pendidikan.[4] Setelah Jepang menyerah, maka tercetus keinginan untuk meneruskan kembali rencana sebelum perang untuk membuka universitas. Direktur Pengajaran mengambil inisiatif, dengan kekuatan kecil dari sisa-sisa staf pengajar fakultas kedokteran Geneeskundige Hoogeschool (GHS), fakultas hukum Rechts Hoogeschool (RHS), fakultas sastra, fakultas pertanian dan fakultas teknik dari Technische Hoogeschool (THS) berkumpul bersama di sebuah toko kacamata tua. Baas Becking mengatakan tentang sejenis universitas darurat (nooduniversiteit) yang pernah dilaksanakan di Eindhoven selama 26 Februari hingga 20 December 1945.[4]

Pada musim gugur tahun 1944 di mana wilayah Selatan negara Belanda telah dibebaskan dari pendudukan Jerman. Para mahasiswa yang selama ini harus bersembunyi, sekarang dapat kembali bebas. Namun untuk belajar di universitas tidak bisa dilakukan, karena semua universitas terletak di bagian Utara yang masih diduduki Jerman. Kemudian diambillah inisiatif untuk membuka sebuah universitas darurat di Eindhoven. Para pendiri adalah Prof. H. B. G. Casimir, Prof. B. van der Pol, dr. C. J. Bakker dan dr. H. C. Hamaker. Mereka berempat bekerja di Laboratorium Fisika di Eindhoven dan awalnya berasal dari "di atas sungai".

Pada bulan Maret 1945 telah mendaftar lebih dari 1.000 mahasiswa. Dari jumlah ini, lebih dari 600 mahasiswa terdaftar sebagai mahasiswa baru, dengan distribusi sebagai berikut: kedokteran 195 orang; teknik 192 orang; pertanian 62 orang; matematika dan ilmu alam 61 orang; kedokteran hewan 18 orang; dan teologi 7 orang. Jumlah staf pengajar total sebanyak 70 orang. Lokasinya sendiri tersebar di gereja-gereja, ruang dansa, laboratorium, dan lain-lain.

Itulah sekilas sejarah Nooduniversiteit Eindhoven yang telah mewarnai kota ini dengan suasana akademis, kurang lebih sepuluh tahun sebelum sebuah sekolah tinggi "resmi" dan "bukan darurat" dibuka pada tanggal 23 Juni 1956 – Technische Hogeschool Eindhoven (THE).

- Jan Helderman[5]

Akhirnya pada tanggal 21 Januari 1946 Petrus Adrianus Kerstens, fd. Directeur van Onderwijs & Eeredienst (Pejabat Direktur Jawatan Pengajaran dan Agama), mewakili Indische Regering (Pemerintah Hindia) membuka Nood-Universiteit di Rumah Sakit Cikini, Jl. Raden Saleh Jakarta.[2]:13

Saat pembukaannya diumumkan, Nood-Universiteit terdiri dari 5 fakultas, yaitu:[2]:13

  • Geneeskundige Fakulteit (Fakultas Kedokteran),
  • Juridische Faculteit (Fakultas Hukum),
  • Faculteit der Letteren en Wijsbegeerte (Fakultas Sastra dan Filsafat),
  • Landbouwkundige Faculteit (Fakultas Pertanian), dan
  • Technische Faculteit (Fakultas Teknik).

Kesulitan pertama Nood-Universiteit adalah, setelah Jepang kalah dan kemudian dilanjutkan proklamasi kemerdekaan, hampir semua bangunan berada di tangan pihak "Merah Putih", dengan selembar kertas dengan tulisan: "Hak Milik Repoebliek Indonesia" di Rumah Sakit Universitas (sekarang RSCM) dan Sekolah Tinggi ditempatkan, dilakukan dengan metode sederhana namun efektif untuk transfer kepemilikan. Dalam keadaan darurat, maka digunakanlah Rumah Sakit swasta Tjikini, yang baru diperluas untuk kapasitas 350 tempat tidur dan sebagian lagi oleh mahasiswa itu sendiri.[4]

Perkuliahan di Nood-Universiteit diadakan di ruangan dan di kapel Rumah Sakit Cikini tersebut, karena gedung yang dikenal sekarang sebagai Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Jl. Salemba Raya No. 6, pada waktu itu ditempati oleh Perguruan Tinggi Kedokteran Republik Indonesia.

Gabungan Fakultas Hukum dan Fakultas Sastra dan Filsafat menggunakan beberapa ruangan kelas dan sebuah perpustakaan di sebuah gedung pemerintah.[4]

Sementara Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS - sekarang menjadi Kampus ITB) telah menawarkan bangunannya sendiri untuk Technische Faculteit dari Nood-Universiteit, setidaknya itu yang tersisa setelah pendudukan Jepang, yang kemudian diambil alih Ghurka setelah kekalahan Jepang.[4]

Statistik

Data 1 Agustus 1946
(orang)[6]
Agustus 1947
(orang)[6]
Keterangan
Guru besar tetap 27 35 gewone hoogleraren
Guru besar luar biasa/tidak tetap 6 11 buitengewone hoogleraren
Lektor tetap 8 22 lectoren
Lektor luar biasa/tidak tetap 14 12 buitengewone lectoren
Jumlah mahasiswa 226 607
Rasio dosen : mahasiswa 1 : 4,1 1 : 7,6

Pada tanggal 1 Januari 1948 rasio mahasiswa adalah 67,9% orang Tionghoa, 22,3% orang Eropa, dan 9,8% orang Indonesia.[6]

Sementara sumber lain menyatakan bahwa jumlah mahasiswa yang tercatat saat Nood-Universiteit dibuka sebanyak 221 orang, terdiri dari 104 mahasiswa Belanda, 103 mahasiswa Tionghoa, dan 14 mahasiswa Indonesia. Pada bulan April 1946 jumlahnya meningkat menjadi 450 mahasiswa dengan staf pengajar sejumlah 64 orang.[4]

Sedikitnya jumlah mahasiswa Indonesia yang memungkinkan pendaftaran - sekitar dua puluh, dibandingkan dengan lebih dari 200 orang Belanda dan lebih dari 200 orang Tionghoa dapat dimengerti. Suasana perang kemerdekaan, dan adanya dua pemerintahan (Republik Indonesia Jakarta - Jogjakarta di satu sisi dan NICA di sisi lain) tentunya memberikan beban psikologis bagi orang Indonesia yang datang ke suatu lembaga Belanda. Situasi keamanan juga menuntut para mahasiswa tinggal di dalam asrama yang dijaga oleh tentara British Indian (Gurkha).[4]

Presiden Nood-Universiteit

Organisasi universitas ini menggunakan model seperti universitas di Amerika di mana semua fakultas dikoordinasikan oleh Presiden Universitas. Selama perjalanan sejarahnya terdapat dua orang yang menjabat Presiden Nood-Universiteit yaitu:

Technische Faculteit

Pada saat ditutupnya TH Bandung tanggal 8 Maret 1942 korps guru besar terdiri dari 17 orang. Selama masa pendudukan Jepang, tiga orang telah meninggal. Dari 14 anggota yang tersisa sekarang hanya dua orang yang masih bertugas di lembaga ini, salah satunya adalah Prof. Ir. J. W. F. C. Proper. Sebuah gambaran serupa juga terjadi pada korps lektor, asisten dan tenaga staf teknis menengah. Masalah pertama adalah, tentu saja, pengangkatan profesor, lektor dan anggota lain dari staf akademik dan teknis. Pada tahun-tahun 1946 dan 1947 sebagian besar pendidikan diberikan oleh para dosen temporer/sementara yang bertugas melaksanakan fungsi utama pendidikan tanpa bantuan siapapun.[9]

Selanjutnya pada tahun 1946 keadaan sarana prasarana bangunan, lahan, furnitur, peralatan dan perpustakaan dalam kondisi rusak parah dan terlantar. Oleh karena itu persoalan terbesar adalah bagaimana membangun kembali/rekonstruksi kondisi seperti masa sebelum perang. Selain itu juga perlu dipastikan pasokan air, gas dan listrik untuk seluruh kompleks bangunan tersebut.[9]

Dalam kondisi darurat tersebut, jurusan yang diselenggarakan adalah Teknik Sipil, Teknik Kimia, dan Teknik Mesin - sesuai bagian-bagian yang terakhir diselenggarakan pada masa TH Bandung. Selain itu juga mulai dibuka kelas persiapan untuk jurusan Teknik Elektro dan Teknik Pertambangan.[9]

Dalam buku alumni ITB 1920-1979 pada tahun 1946 tercatat tujuh insinyur sipil diluluskan[10]:169, mereka adalah mahasiswa TH Bandung yang pada saat ditutupnya tahun 1942 sudah berada di tingkat-tingkat akhir masa studinya.

Dekan Fakultas Teknik Bandung

Dekan Fakultas Teknik atau Voorzitter der Technische Faculteit te Bandoeng sampai dengan berakhirnya periode Nood-Universiteit adalah Prof. Ir. Paulus Pieter Bijlaard (21 Januari 19461 September 1947)[note 4] - Guru besar Teknik Sipil bidang Bangunan Jalan dan Jembatan, yang pada periode 31 Juli 1936 - 14 Agustus 1937 menjabat Rektor/Voorzitter der Faculteit van Technische Wetenschap TH Bandung.

Catatan

  1. ^ Semula bernama Protestantsch ziekenhuis "Koningin Emma" te Batavia[1]
  2. ^ Sekarang Jl. Ganeća 10 Bandung.
  3. ^ Sementara sumber lain menyatakan tanggal 21 Juni 1946[3]:30 sebagai tanggal pendirian Nood-Universiteit.
  4. ^ "In 1936 and again in 1946 he served the University as Rector Magnificus"[11]

Rujukan

  1. ^ (Belanda) Protestantsch ziekenhuis "Koningin Emma" te Batavia (voorheen Diakonessenhuis Tjikini) uitgaande van de ‘Vereeniging voor Ziekenverpleging in Nederlandsch Indië’.
  2. ^ a b c Somadikarta, S. (1999). Tahun emas Universitas Indonesia, Jilid 1: Dari Balai ke Universitas. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
  3. ^ Sakri, A. (1979a). Dari TH ke ITB: Kenang-kenangan lustrum keempat 2 Maret 1979, Jilid 1: Selintas perkembangan ITB. Bandung: Penerbit ITB.
  4. ^ a b c d e f g h i (Belanda) Wulfften Palthe, P. M. van (1946). "Het ontstaan der Nooduniversiteit van Nederlandsch Indië". Nederlands Tijdschrift voor Geneeskunde, edisi Sabtu, 29 Juni 1946, Tahun ke-90 No.26, hal.748-750.
  5. ^ (Belanda) Helderman, J. (2000). "De nooduniversiteit in bevrijd gebied: de Stichting Tijdelijke Academie te Eindhoven".
  6. ^ a b c (Belanda) "Universiteit Indonesië: Prof. Klopper Doctor Honoris Causa", Harian De locomotief, edisi 10 September 1948, Tahun ke-97 No.9.
  7. ^ (Belanda) Prof. Dr. P. M. van Wulfften Palthe.
  8. ^ (Belanda) Prof. Dr. Cornelis Douwe de Langen.
  9. ^ a b c (Belanda) "Dies Natalis van de Faculteit van Technische Wetenschap van de Universiteit van Indonesie". De ingenieur in Indonesie, edisi Desember 1948, Tahun ke-1 No.2 hal.14-18.
  10. ^ Sakri, A. (1979b). Dari TH ke ITB: Kenang-kenangan lustrum keempat 2 Maret 1979, Jilid 2: Daftar lulusan ITB. Bandung: Penerbit ITB.
  11. ^ (Inggris) Cornell–Paulus Pieter Bijlaard.

Pranala luar

Didahului oleh:
Sekolah Tinggi Teknik Bandung
1945 - 1946
Technische Faculteit
Nood-Universiteit van Nederlandsch Indie

1946 – 1947
Diteruskan oleh:
Universiteit van Indonesie te Bandoeng

1947 - 1950