Tambang Salido

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tambang Salido

Tambang Salido atau Tambang Gunung Arum merupakan tambang emas tertua di Indonesia yang terletak di Desa Salido Ketek, Nagari Tambang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Di Desa Salido Ketek ini pernah beroperasi sebuah pertambangan emas yang dikelola oleh VOC atau Belanda selama lebih kurang 150 tahun. Di daerah tersebut juga ditemukan bangunan berupa 300 anak tangga yang menuju perbukitan dan terowongan sepanjang 300 meter peninggalan Belanda.[1]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Pulau Sumatra sejak dahulu dikenal dengan nama Svarnadwipa, bahasa Sanskerta (Pulau Emas) yang diduga sebagai Ophir atau Gunung Emas. Catatan mengenai Ophir bermula dari seorang penyair kebangsaan Portugis yang bernama Luiz de Camoens (1524-1580) dalam puisinya Os Lusiadas. Sumber tersebut didapat dari kabar informasi yang dibawa oleh pelaut-pelaut Arab yang ditemuinya.[2]

Pada tahun 1662, akhirnya Belanda melalui VOC berhasil menduduki Desa Salido Ketek untuk keperluan berdagang di pantai barat Sumatera sehingga perlahan-lahan, VOC membangun infrastruktur berupa benteng di Pulau Cingkuk sebagai penunjang kegiatan dagangnya dan benteng pertahanan di Sumatera Barat.[3]

Di bawah pimpinan Commandeur Jacob Joriszoon Pits (1557- 1678), VOC mengeksplorasi pertambangan emas di Desa Salido Ketek. Heeren XVII mengirim dua geologisnya untuk meneliti kandungan emas tersebut. Selanjutnya, VOC mendatangkan tenaga kerja paksa yang dibawa dari Madagaskar, juga tawanan perang dari daerah sekitar sana untuk mengeksploitasi kandungan emas pada tahun 1669.[4]

Pada tahun 1928, Tambang Salido akhirnya ditutup, disebabkan oleh keborosan dan kacaunya administrasi. Hingga kini, bekas kegiatan penambangan masih terlihat di Desa Salido Ketek dan menjadi tujuan wisata.[4]

Kondisi saat ini[sunting | sunting sumber]

Salido Ketek kini adalah sebuah kampung kecil, sekitar 10 kilometer dari Kota Painan, Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Kampung ini menyimpan berbagai macam peninggalan sejarah seperti pembangkit listrik tenaga air yang di bangun oleh Belanda dan jenjang anak tangga yang jumlahnya sekitar 300 buah anak tangga.

Di bagian hulunya, terdapat terowongan air yang panjangnya kira-kira 500 meter yang di atasnya terdapat jembatan air, yaitu sebuah jembatan yang dibuat untuk menyalurkan air di atas sebuah lembah di perbukitan Salido.[5]

Referensi[sunting | sunting sumber]