Suku Atinggola

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Suku Atinggola merupakan suku yang mendiami mendiami beberapa desa di dalam wilayah Kecamatan Atinggola, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo.[1] Suku ini dianggap masih bagian dari suku Gorontalo, tetapi mereka mempunyai ciri bahasa dan beberapa ada yang berbeda.[1] Jumlah populasi sekitar 8.000 jiwa.[1] Bahasa suku ini termasuk ke dalam rumpun bahasa Gorontalik dari kelompok Bahasa Austronesia.[1]

Asal Usul Suku Atinggola[sunting | sunting sumber]

Suku Atinggola merupakan suku yang masuk dalam sub etnis Gorontalo (Hulondalo) dengan bahasa yang mirip dengan bahasa Mongondow,[2] ciri khasnya adalah pada pengucapan huruf “R” dan “L”, selalu cedal dimana dalam pengucapannya kedua huruf itu sama bunyinya, sedangkan kosa katanya banyak yang mirip bahasa Gorontalo.[3]

Konon orang Atinggola adalah orang Ternate yang pada abad pertengahan tidak setuju atas kebijaksanaan Kolonial Belanda di Ternate hal tersebut dapat dilihat dari nama keluarga “Patilima”. Para leluhur berlayar ke Pulau Lembeh (pulau seberang Kota Bitung, Sulawesi Utara).

Sehingga akhirnya tiba di Tuntung, Dalapuli, Buko dan Tontulouw (Kec. Kaidipang, Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara). Sehingga akhirnya tiba di Muara Sungai Andagile (Andagire), yang konon sungai ini berhulu di gunung Tilong Kabila (merupakan gunung tertinggi di Gorontalo). Dimuara sungai ini dibangunlah kerajaan di Ota Jin (konon dulu dikuasai oleh para Jin), sehingga sampai saat ini dapat dilihat dengan nama Kotajin (merupakan Batu Karang besar mirip rumah / orang dulu menyebut rumah / kerajaan Jin) yang saat ini menjadi salah satu tempat wisata.

Bahasa Suku Atinggola[sunting | sunting sumber]

Suku Atinggola menggunakan Bahasa Atinggola[4] dalam percakapan sehari-hari yang merupakah salah satu bahasa di Provinsi Gorontalo.[5] Bahasa Atinggola disebut juga bahasa Andagile. Bahasa ini merupakan salah satu bahasa daerah yang terancam punah.[5] Bahasa Atinggola sekarang masih bisa dijumpai di Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara dan beberapa kecamatan lain hasil pemekaran. Hingga kini hanya sedikit saja jumlah penuturnya. Bahasa Atinggola memiliki kesamaan dengan bahasa Bolango. Bahkan ada yang menyebut sebagai nama lain bahasa Bolango.[6]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d Hidayah, Zulyani (2015). Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. hlm. 36. ISBN 978-979-461-929-2. 
  2. ^ Lauder, Multamia R. M. T; Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (2000). Penelitian kekerabatan dan pemetaan bahasa-bahasa daerah di Indonesia: Propinsi Sulawesi Utara (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 27. ISBN 978-979-685-074-7. 
  3. ^ MTN. "Mengenal Asal Usul "Suku Atinggola" Gorontalo". Diakses tanggal 2020-09-15. 
  4. ^ Pateda, Mansoer; Pusat Bahasa (Indonesia) (2001). Sistem perulangan bahasa Atinggola (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 5. ISBN 978-979-685-193-5. 
  5. ^ a b "Bahasa Atinggola di Ambang Kepunahan". Hargo. 2017-01-06. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-25. Diakses tanggal 2020-09-15. 
  6. ^ Azhar, Rosyid A. Wiwoho, Laksono Hari, ed. "Masih Adakah Penutur Bahasa Bulango di Provinsi Gorontalo?". Kompas.com. Diakses tanggal 2020-09-17.