Sodomi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 April 2013 21.14 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 34 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q206426)
Kaum Sodom Menuai Murka Tuhan karya François Elluin, dari "Le pot pourri de Loth" (1781).

Sodomi adalah istilah hukum yang digunakan dalam untuk merujuk kepada tindakan seks "tidak alami"[1], yang bergantung pada yuridiksinya dapat terdiri atas seks oral atau seks anal atau semua bentuk pertemuan organ non-kelamin dengan alat kelamin, baik dilakukan secara heteroseksual, homoseksual, atau antara manusia dan hewan.[2]

Definisi

Istilah ini berasal dari Bahasa Latin: peccatum Sodomiticum, atau "Dosa kaum Sodom."

Tindakan ini dikaitkan dengan kisah mengenai kebejatan moral kota Sodom dalam kisah Alkitab. Dalam kitab Injil Kitab Kejadian (bab 18-20), the Tuhan melihat kota Sodom dan Gomora sebagai tempat kejahatan dan dosa hebat, dan Ia ingin menyelidiki apakah dosa ini benar sebelum Ia memutuskan untuk membinasakan kota ini beserta seluruh penghuninya. Dua malaikat (yang menyamar sebagai manusia) diutus untuk menyelidiki kota Sodom. Setelah tiba di kota itu pada malam hari, malaikat itu diundang - kemudian diminta oleh Luth untuk bermalam dan berlindung di rumahnya.

Ringkasan:
Kaum lelaki kota Sodom berhasrat agar Luth menyerahkan kedua pria itu agar mereka dapat "mengenalnya". (dalam Alkitab, istilah "mengenal" terkadang merujuk kepada tindakan seksual.) Luth menolak menyerahkan mereka, dan (pergi keluar) dan menawarkan dua anak gadisnya. Penawaran itu ditolak, dan setelah kaum lelaki Sodom mendesak Luth dan mendorongnya, kedua malaikat menarik Luth dan mengunci pintu. Mereka menjatuhkan kebutaan kepada kaum lelaki kota itu, sehingga orang-orang di dalam rumah menjadi aman. Bahkan dalam keadaan buta, kaum lelaki Sodom tetap berusaha masuk ke rumah Luth hingga mereka kelelahan.

Kota Sodom dan Gomora kemudian dibinasakan dengan hujan belerang dan api. Dari kisah alkitab ini lahirlah istilah 'Sodomi'. Istilah ini telah menadi sinonim "seks tidak alami".

Istilah ini lazim digunakan dalam dunia hukum.[3] Hukum Sodomi melarang semua aktivitas seks yang tidak lazim dalam standar moral keagamaan Yahudi, Kristen, dan Islam.

Pandangan Islam

Qur'an mengkaitkan antara tindakan agresi homoseksual dan Sodom. Nama kota ‘Sodom’ tidak disebutkan disini, tetapi kaum Sodom disebut sebagai “umat nabi Luth.” Luth adalah keponakan Nabi Ibrahim dan, dalam kisah Ibrani tentang Sodom, adalah satu-satunya kepala keluarga yang diselamatkan dari pembinasaan dan kehancuran Sodom. Dalam Qur'an, ia juga ditunjuk sebagai nabi yang diutus untuk kaumnya. Karena nama negaranya tidak tercatat dan hanya sebutan “umat Nabi Luth” yang tersedia, maka dalam Islam istilah ‘sodom’ disebut dan disamakan dengan ‘liwat,’ dan hingga kini istilah لوطي lūṭiy (secara literal berarti "kaum nabi Luth") digunakan sebagai ungkapan penghinaan yang sangat merendahkan serta bernuansa keagamaan bagi kaum gay dalam bahasa Arab.

menurut pandangan Islam, homoseksualitas adalah tindakan yang tidak alami, dan dihembuskan oleh godaan setan yang menyesatkan penduduk (kota Sodom). Karena itu mereka harus meninggalkan berbuatan sesat tidak bermoral ini, Allah mengutus Luth sebagai nabi bagi umat ini. Menurut Qur'an:

Lihat juga

Referensi

  1. ^ Sullivan, Andrew (2003-03-24). "Unnatural Law". The New Republic. Diakses tanggal 2010-05-25. 
  2. ^ Koerner, Brendan (2002-12-10). "What is sodomy". Slate. Diakses tanggal 2010-05-30. 
  3. ^ sodomy laws

Bacaan lebih lanjut

  • Robert Purks Maccubbin (Ed.), 'Tis Nature's Fault: Unauthorized Sexuality During the Enlightenment (Cambridge University Press, 1988)
  • Mark D. Jordan, The Invention of Sodomy in Christian Theology (Chicago: University of Chicago Press, 1998).
  • Richard B. Hays (2004), The Moral Vision of the New Testament (London: Continuum). pg. 381
  • John Boswell, Christianity, Social Tolerance, and Homosexuality (University Of Chicago Press; 8th Edition. edition, 2005).
  • Louis Crompton, Homosexuality and Civilization (Belknap Press, 2003)

Pranala luar