Sinusitis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk kegunaan lain, lihat Sinus (disambiguasi).
Sinusitis
bagian kiri maxillary sinusitis ditandai dengan tanda panah menunjukan ketidakadaan udara yang transparan.
Informasi umum
SpesialisasiOtolaringologi Sunting ini di Wikidata
Ilustrasi sinusitis

Sinusitis, dikenal juga sebagai rhinosinusitis, adalah pembengkakan dari sinus (terdapat 6 sinus, 3 di kiri dan 3 di kanan). Dapat disebabkan oleh infeksi, alergi, atau masalah-masalah auto imunitas. Jika disebabkan oleh virus, biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam 10 hari. Hal ini merupakan suatu hal yang umum terjadi di daerah berhawa dingin (4 musim), di mana di Amerika Serikat terjadi 24-31 juta kasus sinusitis tiap tahunnya.[1]

Definisi[sunting | sunting sumber]

Sinusitis berasal dari akar bahasa Latinnya, akhiran umum dalam kedokteran itis berarti peradangan karena itu sinusitis adalah suatu peradangan sinus paranasal. Di sekitar rongga hidung terdapat empat sinus yaitu sinus maksilaris ( terletak di pipi), sinus etmoidalis ( kedua mata), sinus frontalis (terletak di dahi) dan sinus sfenoidalis ( terletak di belakang dahi).

Sinusitis adalah peradangan, atau pembengkakan, dari jaringan yang melapisi sinus. Biasanya sinus berisi udara, tetapi ketika sinus tersumbat dan berisi cairan, kuman (bakteri, virus, dan jamur) dapat berkembang dan menyebabkan infeksi.

Secara klinis sinusitis dibagi atas berbagai jenis, termasuk:

1. Sinusitis akut: Sebuah kondisi mendadak seperti gejala seperti pilek, hidung tersumbat dan nyeri wajah yang tidak hilang setelah 10 sampai 14 hari. Sinusitis akut biasanya berlangsung 4 minggu atau kurang. 2. Sinusitis subakut: Sebuah peradangan yang berlangsung 4 sampai 8 minggu. 3. Sinusitis kronis: Suatu kondisi yang ditandai dengan gejala radang sinus yang berlangsung 8 minggu atau lebih. 4. Sinusitis berulang: Beberapa serangan dalam setahun.[2]

Etiologi[sunting | sunting sumber]

Sedangkan berdasarkan penyebabnya sinusitis:

1. Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis. Termasuk flu biasa, rhinitis alergi (pembengkakan pada lapisan hidung), polip hidung (pertumbuhan kecil di lapisan hidung), atau septum menyimpang (pergeseran di rongga hidung).

2. Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering menyebabkan sinusitis infeksi pada gigi geraham atas (pre molar dan molar)

Pemeriksaan Sinusitis[sunting | sunting sumber]

Sebagian besar sinusitis sudah dapat didiagnosis hanya berdasarkan pada riwayat keluhan pasien serta pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter.

Pemeriksaan Fisik: Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan adanya kemerahan dan pembengkakan pada rongga hidung, ingus yang mirip nanah, serta pembengkakan disekitar mata dan dahi. Rhinoskopi adalah sebuah cara untuk melihat langsung ke rongga hidung, diperlukan guna melihat lokasi sumbatan ostia. Terkadang diperlukan penyedotan cairan sinus dengan menggunakan jarum suntik untuk dilakukan pemeriksaan kuman. Pemeriksaan kuman berguna untuk menentukan jenis infeksi yang terjadi.

Pemeriksaan menggunakan CT Scan dan MRI: Pemeriksaan menggunakan CT Scan dan MRI akan diperlukan bila sinusitis gagal disembuhkan dengan pengobatan awal.

Pengobatan[sunting | sunting sumber]

1. Sinusitis karena virus

Untuk sinusitis yang disebabkan oleh karena virus tidak diperlukan pemberian antibiotik. Obat yang biasa diberikan untuk sinusitis virus adalah penghilang rasa nyeri seperti parasetamol dan dekongestan.

2. Sinusitis karena bakteri

Curiga telah terjadi sinusitis infeksi oleh bakteri apabila terdapat gejala nyeri pada wajah, ingus yang bernanah, dan gejala yang timbul lebih dari seminggu. Sinusitis infeksi bakteri umumnya diobati dengan menggunakan antibiotik. Pemilihan antibiotik berdasarkan jenis bakteri yang paling sering menyerang sinus karena untuk mendapatkan antibiotik yang benar benar pas harus menunggu hasil dari biakan kuman yang memakan waktu 5-7 hari. Tetapi ini tidak menjamin bahwa obat yang diberikan akan cocok dengan bakterinya, apalagi sekarang ini banyak resistensi obat berganda, sehingga sebaiknya sebelum minum pertama kali obat antibiotik dilakukan terlebih dahulu kultur swab hidung, di mana hasil kultur bisa saja cocok/tidak dengan pengobatan yang diberikan.

Lima jenis bakteri yang paling sering menginfeksi sinus adalah ''Streptococcus pneumoniae'', ''Haemophilus influenzae'', ''Moraxella catarrhalis'', ''Staphylococcus aureus'', dan ''Streptococcus pyogenes''.

Antibiotik yang dipilih harus dapat membunuh kelima jenis kuman ini. Beberapa pilihan antiobiotika seperti amoxicillin, cefaclor, azithromycin, dan cotrimoxazole. Jika tidak terdapat perbaikan dalam lima hari maka perlu dipertimbangkan untuk memberikan amoxicillin plus asam klavulanat. Pemberian antibiotik dianjurkan minimal 10 sampai 14 hari.

Pemberian dekongestan dan mukolitik dapat membantu untuk melancarkan drainase cairan mukus. Pada kasus kasus yang kronis, dapat dipertimbangkan melakukan drainase cairan mukus dengan cara pembedahan. Cara lainnya yaitu memasukkan kain kasa yang berfungsi sebagai penyerap dan mengeluarkannya kembali, hal ini dilakukan terutama bagi mereka yang tak mampu membuang/mengeluarkan ingusnya sendiri.

Gejala Sinusitis[sunting | sunting sumber]

Pada penderita sinusitis, biasanya bisa di temukan gejala-gejala seperti di bawah ini:

  • Napas berbau
  • Sakit kepala
  • Hidung tersumbat
  • Postnasal Drip
  • Batuk, biasanya akan memburuk saat malam
  • Rasa sakit atau adanya tekanan di daerah dahi, pipi, hidung & di antara mata
  • Berkurangnya daya pengecap
  • Hidung terus meler dengan warna hijau pekat
  • Demam
  • Berkurangnya daya penciuman
  • gejala memburuk ketika malam hari

Komplikasi[sunting | sunting sumber]

Komplikasi sinusitis lebih sering terjadi pada anak-anak daripada pada orang dewasa. Jika anak anda mengalami sinusitis dan telah pembengkakan di sekitar tulang pipi atau kelopak mata, ini mungkin merupakan infeksi bakteri pada jaringan kulit dan lembut atau infeksi pada jaringan sekitarnya mata.

Jika Anda melihat gejala ini, bawa anak Anda untuk periksa ke dokter, yang mungkin mereka akan merujuk ke spesialis telinga, hidung dan tenggorokan (THT).

Infeksi tulang

Bila kondisinya parah, antibiotik sering dapat mengendalikan penyebaran infeksi ke tulang di dekatnya. Namun, dalam kasus yang sangat jarang (sekitar satu dari 10.000), infeksi dapat menyebar ke daerah sekitar mata, tulang, darah atau otak.[3]

Prognosis[sunting | sunting sumber]

1. Viral sinusitis

Biasanya sembuh tanpa pengobatan khusus

2. Bakteri sinusitis

a. Akut bakteri sinusitis: Sampai dengan 10% dari pasien tidak menanggapi terapi antimikroba awal.

b. Bakteri sinusitis kronis: Kekambuhan adalah umum. Kesembuhan klinis sangat sulit, meskipun kursus berulang agen antibakteri dan operasi sinus.

3. Jamur sinusitis

Akut sinusitis jamur (misalnya, mucormycosis). Pasien biasanya datang dengan penyakit lanjut. Prognosis buruk, terutama dalam kasus-kasus otak, sinus kavernosus, atau keterlibatan karotis. Angka kematian keseluruhan dari mucormycosis rhinocerebral adalah 25-50%. Sinusitis jamur kronis sering berulang.[4]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Anon JB (April 2010). "Upper respiratory infections". Am. J. Med. 123 (4 Suppl): S16–25. doi:10.1016/j.amjmed.2010.02.003. PMID 20350632. 
  2. ^ www.webmed.com, An Overview of Sinusitis. Diakses pada 20 Agustus 2012.
  3. ^ www.nhs.uk, Sinusitis. Diakses pada 20 Agustus 2012.
  4. ^ www.harrisonspractice.com[pranala nonaktif permanen], Sinusitis. Diakses pada 20 Agustus 2012.