Sawi pagoda

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sawi Pagoda
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
(tanpa takson):
(tanpa takson):
(tanpa takson):
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
Subspesies:
B. r. subsp. narinosa
Nama trinomial
Brassica rapa subsp. narinosa
(L.H.Bailey) Hanelt

Sawi pagoda, yang dikenal juga dengan nama lainnya yaitu Ta Ke Chai dan Tatsoi, adalah jenis sawi yang berasal dari beberapa daerah, salah satunya adalah Tiongkok. Sawi pagoda ini memiliki bentuk dan warna yang unik, yaitu selain bentuk daunnya yang oval, sawi pagoda ini juga memiliki warna hijau pekat yang sangat mencolok, serta bagian batang dan daun yang renyah. Sawi pagoda ini tahan terhadap suhu dingin.

Penyemaian[sunting | sunting sumber]

Benih sawi pagoda.
Semaian sawi pagoda.

Benih sawi pagoda awal mulanya disemai dahulu dan langsung dikenalkan dengan sinar matahari agar tidak terjadi etiolasi. Setelah 2 hari, benih akan sprout. Lalu, sekitar hari ke 9–10, tanaman ini akan keluar daun sejatinya, atau berdaun empat. Saat sudah memiliki daun sejati, baru tanaman ini dapat diberi nutrisi tambahan. Sebelumnya, tanaman ini tidak diberikan nutrisi tambahan, karena mereka masih mendapatkan nutrisinya sendiri yang terdapat dari benihnya itu.

Nutrisi[sunting | sunting sumber]

Nutrisi yang digunakan pada tanaman sawi pagoda ini yaitu nutrisi AB mix dengan ppm 500–1400. Pemberian nutrisi harus sesuai ketentuan, karena jika nutrisi yang diberikan kurang dari 500 ppm, maka daun sawi pagoda akan pucat dan berwarna kuning. Sedangkan jika nutrisi melebihi 1400 ppm, maka rasa sawi pagoda akan terasa pahit. Pemberian nutrisi lebih baik dilakukan pada pagi hari, tepatnya pada pukul 9 pagi. Suhu dari nutrisi AB mix yang diberikan juga tidak boleh melebihi 28 °C. Karena akan menyebabkan daun sawi pagoda ini layu dan memiliki akar cokelat.

Jenis hama yang menyerang[sunting | sunting sumber]

Hama yang menyerang sawi pagoda itu bermacam-macam, yaitu:

  • Kutu aphid

Kutu aphid ini memiliki ukuran yang sangat kecil dan tubuhnya berwarna hijau. Hama ini sering kali disebarkan oleh semut. Karena para kawanan semut akan membawa telur-telur kutu aphid ini ke tanaman, dan meletakkannya di bagian bawah daun.

  • Kutu putih/kutu kebul

Kutu putih atau dikenal juga dengan kutu kebul ini biasanya muncul ketika musim kemarau tiba. Kutu putih ini akan hinggap pada tanaman-tanaman dan lama kelamaan akan menyebabkan tanaman yang dihinggapinya mati.

  • Spider mite

Spider mite ini memiliki ukuran yang kecil dan hidup di atas permukaan daun. Jika pada suatu tanaman terdapat spider mite ini, biasanya di antara daun dengan daun yang lain terdapat jaring laba-laba.

Pestisida[sunting | sunting sumber]

Pestisida yang diberikan untuk membasmi hama-hama pada sawi pagoda adalah pestisida nabati. Terdapat 2 buah bahan berbeda dalam membuat campuran pestisida yang digunakan, yaitu:

  • Bawang putih

Bawang putih yang digunakan dalam pestisida ini yaitu 2 siung dan dihaluskan, lalu ditambahkan dengan 1 liter air dan 1 sdt sabun cuci piring. Saring campuran tersebut dan semprotkan ke bagian daun sawi pagoda.

  • Daun pepaya

Daun pepaya yang digunakan dalam pestisida ini yaitu 5 lembar daun yang diiris tipis, lalu direndam di dalam air sebanyak 1 liter selama 3 jam, serta ditambahkan dengan 1 sdt sabun cuci piring. Saring campuran tersebut dan semprotkan ke bagian daun sawi pagoda.

Fungsi dari sabun cuci piring ini yaitu agar pestisida menempel ke daun sawi pagoda. Penyemprotan pestisida pada tanaman sawi pagoda ini dilakukan secara berulang yaitu 3 hari sekali, pada sore hari.

Kandungan dan manfaat[sunting | sunting sumber]

Sawi pagoda ini tentu saja memiliki kandungan yang sangat berperan baik untuk kesehatan tubuh manusia. Berikut ini adalah beberapa kandungan dan manfaat dari sawi pagoda:

  • Vitamin A

Vitamin A pada tumbuhan sawi pagoda ini tentu berperan sangat baik bagi kesehatan mata manusia.

  • Vitamin E

Vitamin E berfungsi untuk menjaga kesehatan kulit, dan menjaga kulit agar tidak kering.

  • Vitamin K

Vitamin K berfungsi untuk membantu dalam proses pembekuan darah jika adanya luka pada tubuh.

  • Asam folat
Foto hasil panen Sawi Pagoda ini berumur 30 HST (Hari Setelah Tanam) atau 40 hari HSS (Hari Setelah Semai) menggunakan sistem Hidroponik DFT (Deep Flow Technique) di Purwokerto.
Foto hasil panen sawi pagoda ini berumur 30 HST (Hari Setelah Tanam) atau 40 hari HSS (Hari Setelah Semai) menggunakan sistem Hidroponik DFT (Deep Flow Technique) di Purwokerto.

Asam folat berfungsi untuk perkembangan janin, agar janin tumbuh dengan baik pada ibu hamil. Serta membantu pembentukan sel-sel darah merah dan sumsum tulang.

  • Asam glukosinolat

Asam glukosinolat berfungsi untuk mencegah penyakit kanker yang menyerang tubuh.

Pengolahan[sunting | sunting sumber]

Sawi pagoda dapat dijadikan masakan dengan cara ditumis. Ataupun bisa dijadikan jus untuk pengobatan penyakit.

Sumber Referensi[sunting | sunting sumber]

[1][2]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Wibowo, Seno dan Maya (Eds.). 2014. Panduan Lengkap Budi Daya Ikan dan Sayuran dengan Sistem Akuaponik. Yogyakarta: Lily Publisher. ISBN 978-979-29-4223-1
  2. ^ Nixon, M.Topan dkk (Eds.). 2014. Bertanam Sayuran Hidroponik Ala Paktani Hydrofarm. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka. ISBN 979-006-517-5