Raihanah binti Zaid

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Raihanah binti Zaid (Arab: ريحانة بنت زيد) adalah seorang wanita Yahudi dari suku Banu Nadhir, yang dianggap oleh beberapa umat muslim sebagai istri dari Nabi Muhammad.

Biografi[sunting | sunting sumber]

Raihanah berasal dari suku Yahudi, Bani Nadhir yang kemudian menjadi bagian dari Bani Quraizhah melalui pernikahan.[1][2] Nabi Muhammad pernah menyatakan niatan beliau untuk mengusir seluruh Yahudi dan Nasrani dari Jazirah Arab, dan tidak meninggalkan siapapun di dalamnya kecuali orang-orang Muslim.[3] Seusai perang Khandaq, Malaikat Jibril dengan kepalanya tertutup debu datang kepada sang Nabi, dan berkata: "Kau sudah meletakkan senjatamu! Demi Allah, aku belum meletakkan senjataku." Maka Nabi pun bertanya, "Kemana setelah ini?" Malaikat Jibril pun berkata "ke arah sini," dengan menunjuk ke arah pemukiman Bani Quraizhah.[4] Setelah berhasil mengalahkan suku tersebut, beliau memerintahkan agar tiap-tiap pria dari Bani Qurayzhah dieksekusi.[5] Sedangkan harta, serta perempuan-perempuan dan anak-anak mereka beliau bagi-bagikan kepada umat muslim, dan sebagian dari tawanan perempuan beliau kirimkan ke Najd untuk ditukar dengan kuda-kuda dan senjata.[6][7] Nabi Muhammad mengambil seperlima dari harta rampasan sebagaimana yang ditetapkan di dalam Al-Quran,[8] dan mengambil Raihanah untuk diri beliau.[7]

Nabi Muhammad pernah menawarkan kepada Raihanah supaya dirinya dinikahi oleh beliau dan mengenakan hijab. Namun Raihanah menolak dengan mengatakan, "Biarlah aku tetap di bawah kekuasaanmu, karena itu adalah lebih mudah untuk diriku dan untukmu." Maka Nabi pun meninggalkannya. Semenjak menjadi tawanan umat Islam, Raihanah telah menunjukkan kebenciannya terhadap Islam, dan tetap berpegang pada Yahudi / Judaisme. Ketika Nabi sedang bersama sahabat-sahabat beliau, beliau mendengar suara sendal tiba dari belakang, dan beliau berkata: "Ini pasti Thalaba bin Sa'ya yang datang membawakan berita baik kalau Raihanah telah memeluk islam." Dan benar apa kata beliau, yang mana itu membuat beliau begitu senang.[7]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Rahman al-Mubarakpuri, S. (2005). The Sealed Nectar. Darussalam: Darussalam Editing, p. 201.
  2. ^ Abdul-Rahman, M. S. (2009). Tafsir Ibn Kathir Juz’ 21 (Part 21): Al-Ankabut 46 To Al-Azhab 30. Londra: MSA Publication Limited, p. 213.
  3. ^ "Sahih Muslim 1767a - The Book of Jihad and Expeditions - كتاب الجهاد والسير - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-30. 
  4. ^ "Sahih al-Bukhari 2813 - Fighting for the Cause of Allah (Jihaad) - كتاب الجهاد والسير - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-30. 
  5. ^ "Sunan Abi Dawud 4404 - Prescribed Punishments (Kitab Al-Hudud) - كتاب الحدود - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-30. 
  6. ^ Ibnu Hisyam. Sirah Nabawiyah-Ibnu Hisyam vol.2. Darul Falah. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-30. Diakses tanggal 2021-08-30. 
  7. ^ a b c Ibn Ishaq. Sirat Rasul Allah. hlm. 466. 
  8. ^ "Surah Al-Anfal - 41". quran.com. Diakses tanggal 2021-08-30.