Prasasti Ulubelu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Prasasti Ulubelu adalah salah satu dari prasasti yang diperkirakan merupakan peninggalan Kerajaan Sunda dari abad ke-15 M, yang ditemukan di Ulubelu, Desa Rebangpunggung, Kotaagung, Lampung pada tahun 1936. Prasasti Ulubelu saat ini disimpan di Museum Nasional, dengan nomor inventaris D.154.[1]

Aksa pada prasasti[sunting | sunting sumber]

Ada sejarawan yang menganggap aksara yang digunakan dalam prasasti ini adalah aksara Sunda Kuno, sehingga prasasti ini sering dianggap sebagai peninggalan Kerajaan Sunda.[1] Anggapan sejarawan tersebut didukung oleh kenyataan bahwa wilayah Kerajaan Sunda mencakup juga wilayah Lampung. Setelah Kerajaan Sunda diruntuhkan oleh Kesultanan Banten maka kekuasaan atas wilayah selatan Sumatra dilanjutkan oleh Kesultanan Banten. Dalam buku The Sultanate of Banten halamaan 19, Claude Guillot menulis: From the beginning it was abviously Hasanuddin's intention to revive the fortunes of the ancient kingdom of Pajajaran for his own benefit. One of his earliest decisions was to travel to southern Sumatra, which in all likelihood already belonged to Pajajaran, and from which came bulk of the pepper sold in the Sundanese region.[2]

Meskipun demikian, terdapat pendapat lainnya yang menyatakan bahwa aksara berbentuk seperti paku dalam prasasti ini (aksara ka ga nga) merupakan aksara Sumatra yang juga digunakan sebagai aksara Batak, Rejang, dan Lampung, dan merupakan cikal-bakal aksara Lampung pada manuskrip kulit (dalung) pada abad berikutnya hingga sekarang.[3]

Isi[sunting | sunting sumber]

Isi prasasti berupa mantra permintaan tolong kepada kepada dewa-dewa utama, yaitu Batara Guru (Siwa), Brahma, dan Wisnu, serta selain itu juga kepada dewa penguasa air, tanah, dan pohon agar menjaga keselamatan dari semua musuh.[4]

Jenis bahan[sunting | sunting sumber]

Prasasti Ulubelu digoreskan pada batu alam (kecil). Aksara yang tertulis pada prasasti Ulubelu sangat tipis dan kecil, keadaan aksaranya juga sangat aus serta rusak. Batu pada bagian tengah patah, namun masih memperlihatkan gaya dan bentuk menyerupai aksara Sunda Kuno.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Ekajati, Edi Suhardi (2005). Kebudayaan Sunda: Zaman Pajajaran. Pustaka Jaya. ISBN 9794193348, 9789794193341 Periksa nilai: invalid character |isbn= (bantuan). , hlm. 88. Diakses 31 Agustus 2012.
  2. ^ Guillot, Claude. (1990). The sultanate of Banten. Gramedia Book Publishing Division. hlm. 19. 
  3. ^ "Sarwit Sarwono, Peneliti Aksara Kaganga". Diarsipkan dari versi asli (HTML) tanggal 2011-07-22. Diakses tanggal 2012-07-01. 
  4. ^ Lasmidara, Ira (2003), Napak Tilas Aksara Nusantara, hlm. 9., dalam SKH Republika, 2 Februari 2003.

Bacaan lanjutan[sunting | sunting sumber]

  1. Richadiana Kartakusuma (1991), Anekaragam Bahasa Prasastidi Jawa Barat Pada Abad Ke-5 Masehi sampai Ke-16 Masehi: Suatu Kajian Tentang Munculnya Bahasa Sunda. Tesis (yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dalam bidang Arkeologi). Fakultas Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]