Polip

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Polip pada usus besar, diperkirakan berdiameter 1 sentimeter

Polip adalah membran mukosa yang mengalami hipertrofi atau radang sehingga ukuran selnya membesar.[1][2] Polip terbagi atas dua jenis, yaitu polip bertangkai dan polip sessile.[3] Polip dapat muncul pada beberapa bagian dalam tubuh seperti hidung.[1][2]

Polip pada usus besar biasanya tanpa gejala dan dapat menjadi kanker usus besar, oleh karenanya perlu pemeriksaan berkala mulai usia 50 tahun.

Jenis[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan bentuknya, polip dibedakan menjadi polip bertangkai dan polip sessile.[3] Polip bertangkai menempel pada dinding organ dengan tangkai yang pendek dan tebal atau panjang dan titpis, sedangkan polip sessile tumbuh langsung dari dinding organ.[3] Polip yang baru tumbuh biasanya berupa polip sessile dan akan berkembang menjadi polip bertangkai bila polip sudah matang.[1]

Lokasi[sunting | sunting sumber]

Polip dapat tumbuh pada hidung, rahim, dan usus besar.[1][2][3]

Polip hidung[sunting | sunting sumber]

Polip hidung biasanya tumbuh pada bagian tengah rongga hidung.[1] Polip juga dapat tumbuh pada saluran penghubung antara rongga hidung dan tenggorokan dan biasanya akan mengganggu pernapasan saat polip sudah matang.[1]

Polip rahim[sunting | sunting sumber]

Polip rahim dapat tumbuh di dinding dalam rahim atau dinding luar rahim.[2] Wanita yang sedang dalam masa pra-menopause lebih sering mengalami polip di dinding dalam rahim, sedangkan wanita yang telah mengalami menopause lebih sering mengalami polip di dinding luar rahim.[2]

Polip usus besar[sunting | sunting sumber]

Biasanya polip pada usus besar tidak bergejala. Kadang-kadang terjadi pendarahan, dan jarang terjadi nyeri, diare atau sembelit. Polip usus besar menjadi perhatian, karena berpotensi menjadi kanker usus besar, yang tadinya jinak menjadi ganas. Karena kebanyakan dari polip tidak bergejala, maka biasanya ditemukan pada saat penapisan tumor. Cara penapisan tumor adalah tes darah samar, kolonoskopi, sigmoidoscopy, lower gastrointestinal series (barium enema), digital rectal examination (DRE) menggunakan CT-Scan atau MRI yang disebut kolonoskopi virtual.[4] Yang terbaru adalah Penapis tumor M2-PK, dimana di negara-negara maju digalakkan untuk menggantikan tes darah samar dengan tingkat sensitivitas setidaknya 80% untuk kanker usus besar, tidak memiliki negatip palsu, tidak terpengaruh adanya darah atau tidak dan dapat mendeteksi polip dengan ukuran minimal 1 sentimeter saja dengan tingkat keakuratan 44%.[5] Penapis tumor M2-PK ini juga bermanfaat untuk pemantauan setelah pengambilan polip-polip, apakah sudah bersih atau belum. Polip-polip secara rutin dihilangkan pada saat kolonoskopi menggunakan polypectomy snare (first description by P. Deyhle, Germany, 1970[6]) atau dengan biopsi menggunakan tang (forceps). Jika polip-polip adenoma ditemukan melalui penggunaan sigmoidoscopy atau penapis tumor lainnya, pasien harus melakukan kolonoskopi untuk menghilangkan polip-polip tersebut. Meskipun kanker usus besar biasanya tidak ditemukan dengan polip berukuran lebih kecil dari 2.5 cm, semua polip yang ditemukan harus dibuang untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kanker usus besar di kemudian hari. Jika polip-polip tersebut telah dibuang, maka kolonoskopi ulang biasanya dilakukan tiap 3 hingga 5 tahun sekali.

Kebanyakan dari polip-polip usus besar tersebar di usus besar.

Secara statistik program penapisan efektif mengurangi kematian akibat kanker usus besar karena adanya polip-polip adenoma. Risiko komplikasi yang timbul dari penggunaan kolonoskopi adalah setengah dari risiko pertumbuhan kanker usus besar.[7] Jika terjadi tanda-tanda kecil kejadian berulang, pemantauan setelah penghilangan polip-polip dianjurkan.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f Gruendemann, Barbara J.; Fernsebner, Billie . 1996 . Buku Ajar Keperawatan Perioperatif . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC . ISBN 979-448-693-0
  2. ^ a b c d e Sinclair, Constance . 2003 . Buku Saku Kebidanan . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC . ISBN 978-979-448-865-2
  3. ^ a b c d Classen, Meinhard; Tytgat, Guido N. J.; Lightdale, Charles J. . 2010 . Gastroenterological Endoscopy . Stuttgart: Georg Thieme Verlag . ISBN 978-3-13-125852-6
  4. ^ American Gastroenterological Association, "Five Things Physicians and Patients Should Question" (PDF), Choosing Wisely: an initiative of the ABIM Foundation, American Gastroenterological Association, diakses tanggal August 17, 2012 
  5. ^ Tonus, C; Sellinger, M; Koss, K; Neupert, G (14 August 2012). "Faecal pyruvate kinase isoenzyme type M2 for colorectal cancer screening: a meta-analysis". World journal of gastroenterology : WJG. 18 (30): 4004–11. PMID 22912551. 
  6. ^ Deyhle P (1980). "Results of endoscopic polypectomy in the gastrointestinal tract". Endoscopy (Suppl): 35–46. PMID 7408789. 
  7. ^ "Colonoscopy Risks". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-11-18. Diakses tanggal 2010-06-25.