Penawaran umum perdana

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Penawaran umum perdana merupakan penawaran saham perdana suatu perusahaan yang ditawarkan kepada publik lewat bursa efek.

Penawaran umum perdana atau penawaran saham perdana adalah penjualan saham pertama dari suatu perusahaan kepada investor[1] dan masyarakat umum (individu).[2] Penawaran saham perdana biasanya dilakukan oleh Emiten melalui Perusahaan Sekuritas atau Perusahaan Efek yang telah memiliki izin Penjamin Emisi Efek (Underwriter) dari Regulator (di Indonesia pemberian izin ini diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan/OJK) sehingga Perusahaan Efek/Sekuritas dapat menjalankan fungsinya dalam hal Invesment Banking (IB). Setelah proses IPO maka saham Emiten tsb dicatat dan diperdagangkan di bursa saham atau di bursa efek. Perusahaan yang sudah menawarkan saham perdananya, status perusahaannya berubah, dari perusahaan swasta menjadi perusahaan milik publik. Penawaran saham perdana berfungsi untuk meningkatkan modal ekuitas baru bagi perusahaan, memonetisasi investasi pemegang saham swasta seperti pendiri perusahaan atau investor ekuitas swasta, dan untuk meningkatkan modal di masa depan.

Setelah perusahaan melakukan penawaran saham perdana, saham tersebut diperdagangkan secara bebas atau dikenal dengan istilah free float. Free float adalah total saham yang dimiliki publik dengan kepemilikan kurang dari 5%. Hal ini ditetapkan oleh bursa saham. Meskipun teknik penawaran saham ini memiliki banyak manfaat, namun perusahaan tetap perlu memikirkan tentang biaya perbankan, mengurus tentang hukum, dan kebijakan lebih lanjut sebelum memasarkan saham ke publik.

Detail terkait penawaran investasi kepada publik disusun dalam suatu dokumen yang disebut prospektus. Beberapa perusahaan melakukan penawaran saham perdana dengan bantuan perusahaan perbankan investasi yang bertindak sebagai penjamin emisi. Penjamin emisi menyediakan beberapa layanan, termasuk bantuan untuk mengukur nilai saham (harga saham) dan membangun pasar saham. Metode alternatif lainnya yaitu Dutch auction atau lelang Belanda. Metode ini merupakan suatu cara untuk menjual saham perusahaan di mana harga dikurangi sampai pembeli ditemukan.[3] Metode lelang Belanda ini sering dilakukan oleh beberapa perusahaan ketika IPO atau penawaran saham perdana.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Gambar suana di Halaman Bursa Efek Amsterdam (Beurs van Hendrick de Keyser) oleh Emanuel de Witte, tahun 1653. Penawaran Saham Perdana atau IPO di Belanda abad ke-17. Di tempat ini lahir perusahaan publik pertama yang terdaftar secara resmi di dunia,[4] bursa saham pertama[5] dan pasar.[6][7][8][9]

Bentuk paling awal dari sebuah perusahaan yang menerbitkan saham publik adalah kasus publicani selama Republik Romawi. Seperti perusahaan saham gabungan modern, publicani adalah badan hukum independen dari anggotanya yang kepemilikannya dibagi menjadi saham, atau partes. Bukti sejarah menunjukkan bahwa saham ini dijual kepada investor publik dan diperdagangkan di pasar bebas di Forum, dekat Kuil Kastor dan Polluks. Nilai saham yang fluktuatif mendorong aktivitas para spekulan atau quaestor. Hanya bukti yang tersisa dari harga bagian mana yang dijual, sifat penawaran umum perdana, atau deskripsi perilaku pasar saham. Publicani kehilangan dukungan dengan jatuhnya Republik dan kebangkitan Kekaisaran.[10]

Pada periode modern awal, Belanda adalah inovator keuangan yang membantu meletakkan dasar sistem keuangan modern. IPO modern pertama terjadi pada Maret 1602 ketika Perusahaan VOC menawarkan saham perusahaan kepada publik untuk meningkatkan modal. Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) menjadi perusahaan pertama dalam sejarah yang menerbitkan obligasi dan saham kepada masyarakat umum.[11] Dengan kata lain, VOC secara resmi merupakan perusahaan publik pertama, karena merupakan perusahaan pertama yang benar-benar tercatat di bursa efek resmi.[12] Walau di lain tempat Italia memproduksi obligasi pemerintah pertama yang dapat dialihkan, tetapi mereka tidak mengembangkan komponen lain yang diperlukan untuk menghasilkan pasar modal yang lengkap: pemegang saham perusahaan.[13]

Di Amerika Serikat, IPO pertama adalah penawaran umum Bank of North America sekitar tahun 1783.[14]

Tujuan penawaran umum perdana[sunting | sunting sumber]

Penawaran umum perdana pada dasarnya adalah metode penggalangan dana yang digunakan oleh perusahaan besar, di mana perusahaan menjual sahamnya kepada publik untuk pertama kalinya. Setelah IPO, saham perusahaan diperdagangkan di bursa saham. penawaran umum perdana akan meningkatkan modal perusahaan dan memberikan likuiditas kepada pendiri perusahaan dan investor awal.[15]

Prosedur[sunting | sunting sumber]

Sebelum perusahaan dapat melakukan penawaran perdana, perusahaan perlu melakukan persiapan. Prosedur IPO berbeda di setiap negara. Di Amerika Serikat, IPO diatur oleh Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat.[16] Di Indonesia, IPO diatur oleh Bursa Efek Indonesia berdasarkan Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan peraturan pelaksaan lainnya.[17] Di Britania Raya, terdapat beberapa pasar modal untuk IPO yang memiliki regulasi yang berbeda-beda.[18]

Penawaran umum perdana perusahaan Dynatrace di Amerika Serikat.

Di Indonesia, proses penawaran umum perdana (IPO) dapat dibagi menjadi 4 tahapan berikut :[19]

Tahap awal persiapan[sunting | sunting sumber]

Pada tahap ini, perusahaan perlu meminta persetujuan dari pemegang saham untuk melakukan penawaran umum perdana melalui RUPS (rapat umum pemegang saham). Setelah itu, perusahaan melakukan penunjukkan penjamin emisi (underwriter).[15] Tergantung dari besarnya perusahaan, IPO yang besar mungkin memiliki beberapa bank sebagai penjamin emisi, bank terbesar-lah yang akan memimpin sebagai lead underwriter.[20] Selain penjamin emisi, IPO juga membutuhkan beberapa ahli lainnya seperti auditor dan pengacara.[21]

Tahap pengajuan pernyataan pendaftaran[sunting | sunting sumber]

Peraturan OJK[22] tentang penyelenggaraan kegiatan di pasar modal mewajibkan perusahaan untuk membuat permohonan pencatatan saham ke BEI (Bursa Efek Indonesia) serta memberikan surat penyataan pendaftaran kepada OJK (Otoritas Jasa Keuangan). BEI dan OJK akan mengevaluasi permohonan yang disampaikan oleh perusahaan. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, BEI dan OJK dapat meminta perbaikan atau informasi tambahan untuk memastikan bahwa prospektus memuat semua fakta material tentang perusahaan, termasuk, namun tidak terbatas kepada, kondisi keuangan, saham yang ditawarkan, serta kegiatan usaha perusahaan. Khusus untuk perusahaan yang berstatus BUMN, perlu adanya persetujuan DPR yang merujuk pada UU tentang BUMN.[23]

Setelah BEI dan OJK menyetujui pendaftaran yang diajukan perusahaan, perusahaan akan menyampaikan rentangan harga saham yang akan ditawarkan kepada investor. Terdapat dua cara utama dalam menentukan rentangan harga, yaitu perusahaan bisa menentukan sendiri harga sahamnya (fixed price) atau melalui proses yang disebut bookbuilding .[24] Bagaimanapun cara yang dipilih, rentangan harga yang diajukan dapat semakin tinggi apabila perusahaan diminati oleh banyak investor. Sepanjang sejarah, penentuan harga saham perdana sering kali mengalami harga yang terlalu rendah (underpricing).[25] Hal ini dapat terjadi apabila penjamin emiten sangat khawatir tentang pergerakan harga saham pada hari pertama penjualan.[26]

Tahap penjualan saham[sunting | sunting sumber]

Tahapan ini menjadi tahapan puncak dari semua prosedur karena pada waktu inilah perusahaan mulai menawarkan sahamnya ke publik. Publik sebagai investor dapat membeli saham perusahaan tersebut melalui pelbagai agen penjual yang telah bekerja sama dengan bursa. Masa penawaran saham yang berlangsung di penawaran umum perdana berlangsung tiga sampai lima hari kerja.[27] Selama masa ini, harga saham dapat berubah secara drastis sesuai dengan kondisi pasar yang terjadi.[28]

Pengaruh dari penetapan harga yang terlalu rendah dapat menjadi keuntungan bagi investor melalui flipping. Investor dapat membeli suatu saham untuk dijual dalam waktu cepat. Contohnya adalah IPO theglobe.com, dijamin emisinya oleh Bear Stearns pada 13 November 1998, sahamnya dihargai sebesar $9 per lembar dan meningkat 600% pada hari pertama pembukaan.[29]

Di Amerika Serikat, terdapat masa tenang sampai dengan 40 hari setelah penjualan saham dimulai. Pada masa ini, perusahaan, analis, dan pihak lainnya dilarang untuk mendiskusikan penawaran saham yang dilakukan. Masa ini dibuat agar menciptakan permainan yang adil bagi semua investor dan mencegah terjadinya insider trading.[30]

Lelang Belanda[sunting | sunting sumber]

Alternatif dari penawaran umum perdana adalah menggunakan metode lelang belanda.Jika sebuah perusahaan menggunakan penawaran umum perdana (IPO) lelang Belanda, calon investor memasukkan tawaran mereka untuk jumlah saham yang ingin mereka beli serta harga yang bersedia mereka bayar. Misalnya, seorang investor dapat mengajukan tawaran untuk 100 saham seharga $100 sementara investor lain menawarkan $95 untuk 500 saham.

Setelah semua penawaran diajukan, penempatan yang ditentukan diberikan kepada penawar dari penawaran tertinggi ke bawah, sampai semua saham yang ditentukan diberikan. Namun, harga yang dibayar setiap penawar didasarkan pada harga terendah dari semua penawar yang diberikan, atau pada dasarnya tawaran terakhir yang berhasil.[31]

Tahap pencatatan saham di Bursa Efek[sunting | sunting sumber]

Setelah penawaran umum perdana selesai, saham tersebut selanjutnya akan dicatatkan di BEI. Kemudian kewajiban perusahaan selanjutnya adalah menyampaikan informasi secara berkala sesuai dengan Undang-Undang No.8 Tahun 1995 yang mewajibkan seluruh perusahaan yang terdaftar dalam pasar modal wajib menyampaikan laporan dan mengumumkannya kepada masyarakat.[32]

Investor yang memegang blok besar dapat menjual saham tersebut sedikit demi sedikit di pasar terbuka atau menjual blok besar langsung kepada publik, dengan harga tetap, melalui pasar sekunder. Jenis penawaran ini tidak bersifat dilutif karena tidak ada saham baru yang dibuat.

Keuntungan dan kerugian[sunting | sunting sumber]

Keuntungan[sunting | sunting sumber]

Mendapatkan pendanaan[sunting | sunting sumber]

Pemodalan yang diperoleh dari penawaran umum perdana merupakan alasan utama bagi perusaahaan untuk menawarkan sahamnya di penawaran umum. Uang yang diperoleh dari permodalan ini dapat mendanai pelbagai macam aspek yang membuat perusahaan dapat berkembang, mulai dari meningkatkan modal kerja, membayar hutang, atau aspek-aspek lainnya.[33]

Meningkatkan citra perusahaan[sunting | sunting sumber]

Perusahaan yang melakukan penawaran saham ke publik akan banyak disorot oleh media dan masyarakat. Pelaku riset maupun peneliti yang banyak menganalisis IHSG (indeks harga saham gabungan) akan ikut mengomentari perusahaan. Jika perusahaan dianggap memiliki kinerja yang baik oleh para analis tersebut, tentu hal tersebut akan menjadi image baik bagi perusahaan.[34]

Tumbuh kepercayaan untuk mendapatkan akses pinjaman[sunting | sunting sumber]

Karena saham perusahaan yang didaftarkan di penawaran umum perdana, secara otomatis peruasahaan tersebut menjadi perusahaan publik. Menjadi perusahaan publik membuat perusahaan tersebut diwajibkan untuk membuka kondisi keuangan. Oleh karena itu, transparansi yang dihadirkan dari proses tersebut membuat perusahaan relatif menjadi lebih mudah untuk mendapatkan pinjaman. Selain itu, bunga yang diberikan juga cenderung lebih rendah seiring dengan risiko kredit yang lebih rendah dibanding dengan perusahaan tertutup.[33]

Kerugian[sunting | sunting sumber]

Resiko litigasi meningkat seiring dengan semakin populernya suatu perusahaan. Litigasi dapat dilakukan oleh sekelompok masyarakat ataupun individu terhadap suatu perusahaan.

Beberapa kerugian potensial adalah biaya untuk melakukan penawaran umum perdana sangatlah mahal, dan biaya mempertahankan perusahaan publik biasanya berkelanjutan dan tidak terkait dengan biaya untuk menjalankan bisnis.[15]

Fluktuasi harga saham perusahaan juga dapat menjadi potensi gangguan bagi kinerja manajemen yang digaji dan dievaluasi berdasarkan kinerja saham. Selain itu, perusahaan diwajibkan untuk mengungkapkan informasi keuangan, akuntansi, pajak, dan informasi bisnis lainnya.[17] Dengan adanya laporan terbuka, perusahaan mungkin harus mengungkapkan rahasia dan metode bisnis secara terbuka yang dapat membantu pesaing mereka.

Selain itu beberapa kerugian potensial lainnya dari penawaran saham adalah:

  • Biaya akuntan, legal, dan pemasaran yang sangat tinggi.[35]
  • Kewajiban untuk membuka infomrasi bisnis dan finansial melalui laporan.
  • Resiko bahwa IPO gagal dan tidak membawa modal baru seperti yang diharapkan
  • Meningkatnya risiko litigasi, yaitu risiko bahwa perusahaan akan mendapat tuntutan hukum.[36] Sejak 2010, Sebanyak 14% perusahaan yang melakukan penawaran saham mengalami litigasi.[37]

Penawaran umum perdana di Indonesia[sunting | sunting sumber]

IDX atau Bursa Efek Indonesia adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem juga sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek di Indonesia

Sejak tahun 2017, jumlah penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan yang terbanyak di ASEAN.[38] Perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana bervariasi. Indonesia sempat mengalami penawaran umum perdana paling sedikit yang terjadi pada tahun 1998, dimana hanya empat perusahaan saja yang melakukan penawaran umum perdana.[39]

Bukalapak menjadi emiten unicorn pertama yang melakukan penawaran umum perdana di Indonesia.[40] Dalam hitungan hari, Bukalapak mendapatkan 21,9 triliun rupiah, hampir sebesar pendapatan asli daerah provinsi Jawa Barat di tahun 2020.[41] Indonesia memiliki peerusahaan dengan penawaran umum perdana berkinerja terbaik di dunia pada tahun 2021 ketika harga saham peruGDsahan PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) meningkat lebih dari 100 kali lipat.[42] Perdangan saham DCII sempat disuspensi selama tiga bulan akibat kenaikan yang tidak wajar ini sebelum akhirnya kembali dilanjutkan.[43]

Seorang analis dari lembaga riset CSA Reza Priyambada mengkhawatirkan terbentuknya gelembung akibat peningkatan ang tidak wajar dari harga aset DCII.

Penawaran umum perdana terbesar[sunting | sunting sumber]

Saudi Aramco merupakan perusahaan minyak yang berbasis di Arab Saudi. Penarawan umum perdana Aramco merupakan penawaran umum perdana terbesar sepanjang sejarah.
Perusahaan Tahun Jumlah Penyesuaian inflasi
Saudi Aramco 2019 $29.4M[44] $29.4 miliar
The Alibaba Group 2014 $25M[45] $26 miliar
SoftBank Group 2018 $23.5M[46] $235 miliar
Agricultural Bank of China 2010 $22.1M[47] $254 miliar
Industrial and Commercial Bank of China 2006 $21.9M[48] $272 miliar
American International Assurance 2010 $20.5M[49] $236 miliar
Visa Inc. 2008 $19.7M[50] $229 miliar
General Motors 2010 $18.15M[51] $2.085 miliar
NTT DoCoMo 1998 $18.05M[50] $2.775 miliar
Enel 1999 $16.59M[50] $2.495 miliar
Facebook 2012 $16.01M[52] $1.747 miliar

Pasar penawaran umum terbesar[sunting | sunting sumber]

Sebelum 2009, Amerika Serikat adalah penerbit saham perdana umum terkemuka dalam hal nilai total penjualan.[53] Namun, setelah 2009, China (Shanghai, Shenzhen dan Hong Kong) telah menjadi emiten terkemuka, mengumpulkan $73 miliar (hampir dua kali lipat jumlah uang yang dikumpulkan di Bursa Saham New York dan NASDAQ secara keseluruhan).

Tahun Bursa saham
2009 Hong Kong Stock Exchange[54]
2010
2011
2012[55] New York Stock Exchange
2013[56]
2014[56]
2015[57] Hong Kong Stock Exchange
2016[57]
2017[57] New York Stock Exchange
2018[58] Hong Kong Stock Exchange
2019[59]
2020[60] Nasdaq
2021[61]

Faktor penentu hasil penawaran umum perdana[sunting | sunting sumber]

Beberapa faktor dapat mempengaruhi hasil penawaran umum perdana. Beberapa penawaran mungkin terlalu dibesar-besarkan oleh bank investasi sehingga dapat menyebabkan kerugian di masa depan. Namun, sebagian besar penawawaran pedana yang dilakukan perusahaan memperoleh keuntungan. Ada beberapa faktor yang menentukan hasil dari penawran umum perdana.

Periode Penguncian[sunting | sunting sumber]

Ketika sebuah perusahaan melakukan penawaran perdana, perusahaan akan mendandatangi perjanjian penguncian. Perjanjian penguncian adalah kontrak yang mengikat secara hukum antara penjamin emiten dan manajemen perusahaan, yang melarang mereka menjual saham apa pun untuk jangka waktu tertentu.[62] Jangka waktunya bisa berkisar antara tiga hingga 24 bulan. Indonesia memiliki periode penguncian 6 sampai 8 bulan.[63] Namun, ketika periode penguncian berakhir, semua orang diizinkan untuk menjual saham mereka. Ini megakibatkan banyak orang yang mencoba menjual saham mereka untuk mendapatkan keuntungan. Kebelihan suplai ini menyebabkan harga saham menjadi anjlok.[15]

Masa Tunggu[sunting | sunting sumber]

Beberapa bank investasi memasukkan masa tunggu dalam persyaratan penawaran umum mereka. Ini membuat beberapa saham tidak bisa dibeli selama periode tertentu. Harga bisa naik jika alokasi ini dibeli oleh penjamin emisi dan turun jika tidak.[15]

Flipping[sunting | sunting sumber]

Flipping adalah praktik menjual kembali saham dalam beberapa hari pertama setelah penawaran umum perdana untuk mendapatkan keuntungan cepat. Semakin banyak flipping semakin bmenurun juga harga saham.[64] Praktik ini dihambat dengan adanya periode penguncian dan masa tunggu.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Note: the price the company receives from the institutional investors is the IPO price
  2. ^ Hirst, Scott; Kastiel, Kobi (2019-05-01). "Corporate Governance by Index Exclusion". Boston University Law Review. 99 (3): 1229. 
  3. ^ Reuters, Thomson. "Dutch Auction". Practical Law (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-04. 
  4. ^ Funnell, Warwick; Robertson, Jeffrey: Accounting by the First Public Company: The Pursuit of Supremacy. (Routledge, 2013, ISBN 0415716179)
  5. ^ Petram, Lodewijk: The World's First Stock Exchange: How the Amsterdam Market for Dutch East India Company Shares Became a Modern Securities Market, 1602–1700. Translated from the Dutch by Lynne Richards. (Columbia University Press, 2014, 304pp)
  6. ^ Brooks, John: The Fluctuation: The Little Crash in '62, in Business Adventures: Twelve Classic Tales from the World of Wall Street. (New York: Weybright & Talley, 1968)
  7. ^ Neal, Larry (2005). “Venture Shares of the Dutch East India Company,” in Origins of Value, in The Origins of Value: The Financial Innovations that Created Modern Capital Markets, Goetzmann & Rouwenhorst (eds.), Oxford University Press, 2005, pp. 165–175
  8. ^ Shiller, Robert (2011). Economics 252, Financial Markets: Lecture 4 – Portfolio Diversification and Supporting Financial Institutions (Open Yale Courses). [Transcript]
  9. ^ Macaulay, Catherine R. (2015). "Capitalism's renaissance? The potential of repositioning the financial 'meta-economy'". (Futures, Volume 68, April 2015, p. 5–18)
  10. ^ Chancellor, Edward (2000). Devil take the hindmost: a history of financial speculation (dalam bahasa English). New York: Penguin. ISBN 978-0-452-28180-6. OCLC 412242289. 
  11. ^ Rouwenhorst, William N. Goetzmann and K. Geert (2005). The Origins of Value: The Financial Innovations that Created Modern Capital Markets (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. hlm. 165. ISBN 978-0-19-517571-4. 
  12. ^ "What Was the First Company to Issue Stock?". Investopedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-29. 
  13. ^ Leopold, Les (2009-06-02). The Looting of America: How Wall Street's Game of Fantasy Finance Destroyed Our Jobs, Pensions, and Prosperity–and What We Can Do about It (dalam bahasa Inggris). Chelsea Green Publishing. hlm. 31. ISBN 978-1-60358-222-3. 
  14. ^ Aguilera, Kristin. "America's First IPO | Museum of American Finance". www.moaf.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-29. 
  15. ^ a b c d e Fernando, Jason (19 Oktober 2021). "Initial Public Offering (IPO)". Investopedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-29. 
  16. ^ "The Laws That Govern the Securities Industry | Investor.gov". www.investor.gov. Diakses tanggal 2021-11-29. 
  17. ^ a b Harahap, Agus Salim (2011). "Proses Initial Public Offering (IPO) di Pasar Modal Indonesia". Forum Ilmiah. 8 (2): 132. ISSN 1693-4466. 
  18. ^ "Here's how you undertake an IPO in the UK in the best way". Growth Business (dalam bahasa Inggris). 2018-11-19. Diakses tanggal 2021-11-29. 
  19. ^ Indonesia, Bursa Efek (1 Desember 2015). "Panduan IPO (Go Public)" (PDF). IDX. hlm. 7. Diakses tanggal 29 November 2021. 
  20. ^ Banks, Jason (2018-12-08). Secure The Bag: How To Be an Entrepreneur (dalam bahasa Inggris). Lulu.com. hlm. 88. ISBN 978-0-359-28103-9. 
  21. ^ Beatty, Randolph P.; Welch, Ivo (1996). "Issuer Expenses and Legal Liability in Initial Public Offerings". The Journal of Law & Economics. 39 (2): 545. ISSN 0022-2186. 
  22. ^ Jasa Keuangan, Otoritas (April 2021). "Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia tentang Penyelengaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal" (PDF). OJK. hlm. 58. Diakses tanggal 29 November 2021. 
  23. ^ Nefi, Arman (2020-06-01). Insider Trading: Indikasi, Pembuktian, dan Penegakan Hukum. Sinar Grafika (Bumi Aksara). ISBN 978-979-007-908-3. 
  24. ^ Admin, MOST (7 Januari 2016). "Mengenal Initial Public Offering". MOST. Diakses tanggal 2021-11-29. 
  25. ^ Chambers, David; Dimson, Elroy (2009). "IPO Underpricing over the Very Long Run". The Journal of Finance. 64 (3): 1407. ISSN 0022-1082. 
  26. ^ Kagan, Julia (23 November 2020). "What Is Underpricing an IPO?". Investopedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-29. 
  27. ^ LOTS. "Proses Go Public". www.lots.co.id. Diakses tanggal 2021-11-29. 
  28. ^ Mathews, Jessica (8 Juli 2021). "IPOs: What everyday investors need to know". Fortune (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-29. 
  29. ^ Goldman, David (2010). "10 big dot.com flops - theGlobe.com". money.cnn.com. Diakses tanggal 2021-11-29. 
  30. ^ Kenton, Will (8 Agustus 2021). "What Is a Quiet Period in Investing?". Investopedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-29. 
  31. ^ Chen, James (30 April 2021). "Dutch Auction Definition". Investopedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-29. 
  32. ^ Kuswanto, Hedy (2015). "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Ke Publik (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013)". Jurnal Ekonomi Manajemen Akuntansi. 22 (38): 2. 
  33. ^ a b Adam, Muhammad (30 Agustus 2021). "8 Keuntungan Menjadi Perusahaan Go Public dengan Melakukan Initial Public Offering". Konsultanku. Diakses tanggal 2021-11-29. 
  34. ^ Ariyanti, Fiki (12 Agustus 2021). "6 Manfaat Luar Biasa Perusahaan IPO atau Go Public - Cermati.com". www.cermati.com. Diakses tanggal 2021-11-29. 
  35. ^ PricewaterhouseCoopers. "Considering an IPO? First understand the costs". PwC (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-29. 
  36. ^ Kenton, Will (2 Juli 2021). "Litigation Risk". Investopedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-29. 
  37. ^ Drive, Kevin M. LaCroix 2000 Auburn; Suite 200Beachwood; OH 44122Phone:378-7817 (2021-06-28). "Guest Post: IPO Litigation Risk". The D&O Diary (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-29. 
  38. ^ Olavia, Lana (7 Oktober 2021). "Berpotensi, IPO di Indonesia Tertinggi Empat Tahun Beruntun di ASEAN". investor.id. Diakses tanggal 2021-11-29. 
  39. ^ Arifin, Zaenal (2010). "Potret IPO di Bursa Efek Indonesia". Jurnal Siasat Bisnis (dalam bahasa Inggris). 14 (1). ISSN 2528-7001. 
  40. ^ Malik, Abdul (4 November 2021). "Membesarkan Pasar Modal Indonesia Lewat IPO Bernilai Jumbo". Bareksa.com. Diakses tanggal 2021-11-29. 
  41. ^ "Pendapatan Daerah Jabar Tahun 2020 Akan Naik 15 Persen". Tempo.co. 30 Oktober 2019. Diakses tanggal 5 Desember 2021. [pranala nonaktif permanen]
  42. ^ Alaydrus, Hadijah (2021-11-26). Alaydrus, Hadijah, ed. "Harga Saham Naik 10.000 Persen Lebih, Kinerja IPO DCI Indonesia (DCII) Terbaik di Dunia". Bisnis.com. Diakses tanggal 2021-11-29. 
  43. ^ "Saham DCI Indonesia Naik 100 Kali Lipat, Analis Minta Investor Waspada - Korporasi Katadata.co.id". katadata.co.id. 2021-11-26. Diakses tanggal 2021-11-29. 
  44. ^ "Aramco's 'greenshoe option' pushes IPO to $29.4 billion". Arab News (dalam bahasa Inggris). 12 January 2020. Diakses tanggal 15 January 2020. 
  45. ^ Wires, News (2014-09-19). "China's online retail giant Alibaba surges in market debut". France 24 (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-05. 
  46. ^ "Softbank Corp IPO Second Biggest in History". Fortune.com. 11 December 2018. 
  47. ^ "China AgriBank sets IPO record as sale rises to $US22b". The Sydney Morning Herald (dalam bahasa Inggris). 2010-08-15. Diakses tanggal 2021-12-05. 
  48. ^ Chim, Kennix (2007-01-19). "ICBC shares rise in HK, Shanghai after record IPO". Reuters (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-05. 
  49. ^ Thomas, Denny (2010-10-21). "AIG Raises $17.9 Billion; Prices AIA IPO at Top of Range". Insurance Journal (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-05. 
  50. ^ a b c Grocer, Stephen (17 November 2010). "How GM's IPO Stacks Up Against the Biggest IPOs on Record". Wall Street Journal. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 November 2010. 
  51. ^ Orland, Kevin (27 November 2010). "GM Says Total Offering Size $23.1 Billion Including Overallotment Options". Bloomberg. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 November 2010. Diakses tanggal 5 Desember 2021. 
  52. ^ Editors, History (18 Mei 2012). "Facebook raises $16 billion in largest tech IPO in U.S. history". HISTORY (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-05. 
  53. ^ Dustin, Alan (2017-02-25). How to Profit from the Next Bull Market (dalam bahasa Inggris). Toronto: Dundurn. hlm. 142. ISBN 978-1-4597-3751-8. 
  54. ^ Times, Robert Cookson and Gregory Meyer, Financial (2011-12-28). "China Eclipses US as Top IPO Venue". www.cnbc.com. Diakses tanggal 2021-12-05. 
  55. ^ "Deloitte releases statistics on Hong Kong and Mainland IPOs in 2012 | Deloitte China | Press Release". 
  56. ^ a b "Global IPO market booms 50% in 2014". 18 December 2014. 
  57. ^ a b c Singh, Himanshu (28 Desember 2017). "Thursday Papers: Global number of IPOs highest since financial crisis". City Wire. Diakses tanggal 2021-12-05. 
  58. ^ "Hong Kong regains global IPO crown from New York in 2018 thanks to its listing reforms". 24 December 2018. 
  59. ^ "Hong Kong Ranks Top in Global IPO Markets for 2019". Caixin (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 Januari 2020. Diakses tanggal 2021-11-26. 
  60. ^ "Hong Kong ranks as 2nd largest IPO market in 2020". 13 January 2021. 
  61. ^ "Mainland China and Hong Kong IPO markets - 2021 Q3 review" (PDF). Diakses tanggal 29 October 2021. 
  62. ^ "Lock-up Period". Corporate Finance Institute (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-29. 
  63. ^ "IDS Attorneys | OJK Issues New Rule on IPO Lock-Up Period" (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-11-29. Diakses tanggal 2021-11-29. 
  64. ^ "Flipping Definition". Investopedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-29.