Pak Tuntung

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pak Tuntung adalah seri kartun strip di harian Analisa yang terbit di Indonesia. Seri kartun yang sederhana ini biasanya hanya terdiri dari 3 kolom. Tema pak tuntung kebanyakan seputar masalah sosial atau lingkungan, jarang mengusung tema politik. Karakter Pak Tuntung juga diciptakan sangat santun. Humornya jauh dari isu peka semacam agama dan ras. Pak Tuntung anti-kejahatan, suka mengkritik, memperhatikan lingkungan hidup dan takut istri. Pak Tuntung selalu muncul menghiasi sudut halaman ke-5 pada surat kabar Harian Analisa setiap harinya kecuali pada hari Minggu atau hari besar.

Tentang Pak Tuntung[sunting | sunting sumber]

Kartun ini adalah buah karya dari Basuki, seorang kartunis yang berdomisili di kota Medan. Pak Tuntung pertama kali muncul di Analisa pada 1973. Saat itu hidung Pak Tuntung panjang, mencuat ke atas, gabungan antara bentuk hidung boneka Pinokio dan Petruk, tokoh pewayangan. Telinganya seperti angka enam. Rambutnya sedikit bergelombang, berjambul, menyerupai penyanyi legendaris Elvis Presley asal Amerika. Setelah revisi secara bertahap, barulah Pak Tuntung sampai pada wujudnya yang sekarang ini. Pak Tuntung disenangi hampir berbagai kalangan biarpun tanpa narasi karena kartun ini dapat menggambarkan situasi masyarakat yang riil dan sesuai dengan kenyataan, juga tema yang diusungnya selalu aktual dan hangat. Misalnya saat musim Piala Dunia, Pak Tuntung juga ikut demam Piala Dunia. Saat ada tren-tren terbaru dalam masyarakat, hampir selalu dijadikan temanya.

Perjalanan waktu membentuk Pak Tuntung lebih dewasa. Kini kartun ini lebih hidup. Sang pencipta, Basuki membuat coretan-coretan dasar Pak Tuntung di kertas sepanjang 23,5 centimeter dan lebar sembilan centimeter. Sentuhan terakhir dilakukan dengan tinta hitam yang halus dan kasar. Sosok Pak Tuntung selalu diikuti dengan latar yang sangat detail. Basuki bisa menghabiskan waktu dan tenaga untuk menggambar latar—sebuah teknik yang membantu kartunis untuk memunculkan konteks sosial kartunnya. Ini yang membedakan Pak Tuntung dengan kebanyakan kartun Indonesia yang dibuat tanpa konteks sosial[butuh rujukan]. Kalau temanya kota Medan, Basuki memunculkan ciri khas Medan berupa gambar menara Perusahaan Air Daerah Tirtanadi. Pekerjaan itu dilakukan pada malam hari. Pagi hari, Basuki harus masuk kantor Analisa, karena Basuki juga bekerja di bagian periklanan. Basuki sesekali membuat kartun lain dan mengirimnya ke surat kabar lain. Salah satunya ke harian Lianhe Saobao, surat kabar berbahasa Mandarin terbesar di Singapura.

Tokoh Pak Tuntung digambarkan sebagai pria yang berbusana ala 1970-an. Dia berkemeja putih yang lengannya selalu digulung plus celana cut brai bergaris hitam putih. Pak Tuntung berpasangan dengan wanita gendut berambut keriting yang tak lain istrinya. Mereka dikaruniai sepasang anak. Ada enam tokoh lain yang muncul selang-seling. Tak ada nama untuk istri, anak, ataupun pendamping Pak Tuntung. Pembaca hanya mengenal sosok-sosok itu sebagai Bu Tuntung, anak-anak Pak Tuntung, Pak Tua, dan sebagainya. Walaupun sederhana tetapi kartun Pak Tuntung mampu mengajak pembaca masuk ke alam ilusi sambil tersenyum-senyum.

Nama Pak Tuntung menurut sekretaris redaksi Harian Analisa War Djamil diilhami dari nama Tuntungan, daerah di pinggiran kota Medan. Daerah ini pada 1970-an dikenal sebagai arena pacuan kuda yang selalu ramai pada akhir pekan. Tuntungan dirasa cukup berarti untuk nama kartun koran itu[butuh rujukan]. Akhiran -an dibuang, kemudian ditambah kata "Pak" jadilah Pak Tuntung. Dalam bahasa Tionghoa, "Tung-tung" artinya anak-anak. Pak Tuntung memang dekat dengan masyarakat Tionghoa di Medan karena surat kabar Analisa, meski secara sosial bukan pembagian yang tepat, dianggap sebagai surat kabar masyarakat keturunan Tionghoa di Medan.

Saat ini kartun Pak Tuntung tak lagi dikerjakan oleh Basuki, setelah 33 tahun berkarya bersama Harian Analisa, dia pindah ke Harian Global pada tahun 2006. Pada harian itu dia juga menelurkan karya yang berformat hampir mirip dengan Pak Tuntung, yakni Pak Bas. Hingga saat ini pengerjaan Pak Tuntung sudah diserahkan seluruhnya kepada kartunis lainnya.

Trivia Pak Tuntung[sunting | sunting sumber]

Berikut ini beberapa hal menarik tentang Pak Tuntung:

  • Pak Tuntung merupakan salah satu tokoh kartun Indonesia yang dijadikan seri perangko pada tahun 2000 bersama Panji Koming (Kompas), Mang Ohle (Pikiran Rakyat), I Brewok (Bali Post), dan Pak Bei (Suara Merdeka)
  • Pak Tuntung adalah pria Indonesia keturunan Tionghoa.
  • Pak Tuntung adalah sosok suami yang takut kepada istrinya.
  • Pada masa Orde Baru, Pak Tuntung pernah beberapa kali diperingatkan oleh pemerintah agar tidak memuat kritik pada kinerja pemerintah.
  • Basuki, kartunis pencipta Pak Tuntung selalu menyediakan 2 buku tulis di rumahnya dan kantornya untuk menampung ide dan inspirasi yang terlintas untuk kartun Pak Tuntung tiap harinya.

Lihat Juga[sunting | sunting sumber]